-Bersamamu adalah tujuan awal ku.
Menikah karena fitnah? Memang ada? Tentu saja.
Sebuah kisah yang menceritakan tentang Sena Febiola dan Raga Reynand Rahardja, yang bersatu tanpa cinta. Kedua nya harus bersama dengan cara tidak sengaja.
Tak mudah...
"Untuk kelas hari ini, di cukup kan sampai disini. Sampai jumpa kembali untuk kelas besok. Terimakasih."
"TERIMA KASIH PAK!" Balas semua mahasiswa di sana serempak.
Dosen itu keluar dari kelas, begitupun para mahasiswa yang ikut keluar. Sebagian ada yang masih membereskan buku buku nya, begitu pula dengan Sena dan Lauren. Mereka berdua masih asik berceloteh sambil membereskan semua buku nya.
"Hari ini kita cuma ada satu kelas kan cuy?" Tanya Lauren.
Sena mengangguk. "Iya, kita cuma ada satu kelas." Jawab Sena.
"Balik sama siapa lo?" Tanya Lauren.
"Sama Arhan kaya nya." Balas Sena.
"Emang dia ga ada kelas lagi hari ini?"
Sena berpikir sejenak. "Ga tau juga sih, tapi dia yang ngajak gue buat pulang bareng."
"Coba lo chat deh, kalo tu anak masih ada kelas, ga usah di ganggu. Mending lo balik bareng, shopping dulu gitu." Balas Lauren dengan cengiran nya.
Sena mendelik. "Shopping mulu deh lo." Ucap Sena. "Tapi ayo, katanya ada diskon besar besaran cuy!" Sambung Sena, excited.
"Lo chat dulu." Suruh Lauren.
Sena mengangguk. Meraih gadget nya, menekan nomor Arhan yang terletak paling atas di antara semua kontak. Dan kebetulan, Arhan sedang aktif.
(Daily chat on)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Daily chat off)
Sena menutup kembali gadget nya, Arhan pun sudah tidak membalas karena tidak aktif. Sena memasukkan gadget nya ke dalam saku hoodie nya.
"Gimana?" Tanya Lauren.
Sena mengangguk antusias. "Ayo borong mall!" Seru nya.
"Widih, keren keren. Ayo!"
Dua gadis itu berjalan beriringan. Seakan lupa dengan semua masalahnya, Sena tampak begitu berseri hari ini, entah karena apa. Padahal, masalah yang meliputi nya bukan masalah yang main main.
⋆ ˚。⋆୨୧˚˚୨୧⋆。˚ ⋆
Di fakultas ilmu bedah, Raga tengah membereskan buku dan laptop nya. Beberapa teman perempuan menyapa nya namun Raga enggan untuk menjawab.