12.Perhatian kecil

161 11 2
                                    

Wellcome to story SenaRaga

Jangan lupa vote dan komen di setiap chapter nya!

Happy reading

.
.
.

12.Perhatian kecil

Sena dan Raga sudah kembali ke apartment. Sena terus mendiami Raga sejak tadi, tak peduli dengan Raga yang berusaha mengajak nya bicara. Namun, Sena terlanjur kesal karena Raga tidak jujur dari awal jika dia dan Arhan bersaudara.

"Ini sudah malam, masuklah. Tidurkan Zein. Kamu juga tidur, ini sudah larut." Ucap Raga.

Sena masuk kedalam kamar tanpa sepatah kata. Dia menutup pintu kamar cukup keras, untung saja Zein tidak terbangun dari tidurnya.

Sena menidurkan Zein di ranjang khusus bayi. Mengusap usap punggung Zein saat bayi itu terusik dari tidur nya. Zein kembali tenang, Sena menatap wajah Zein dengan seksama.

"Kamu sangat tampan sayang." Gumam Sena.

"Semoga kamu tumbuh menjadi anak yang baik dan bertanggung jawab. Walaupun kamu tidak memiliki ayah dan ibu, tapi sekarang kamu punya aku, ibu kamu." Gumam Sena.

"Enak nya kamu manggil apa ya? Mama, Bunda, atau Ibu. Buset dah, modal diem aja gue udah jadi ibu."

Sena beranjak dari duduk nya, tidak ingin terlalu memikirkan hal itu. Yang dia pikirkan saat ini adalah, bagaimana cara menjelaskan semua nya kepada Arhan, dan memperbaiki semua nya.

Dia membaringkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti baju. Semua tenaga nya sudah terkuras, dia sangat lelah menghadapi semua masalah yang menimpa nya. Masalah satu belum selesai, kini masalah lainnya berdatangan. Kapan semua masalah nya akan usai, dia sudah cukup lelah menghadapinya.

Memandangi langit langit kamar dengan tatapan kosong. Air mata nya keluar tanpa di minta. Rasa sakit yang ia sembunyikan kini begitu terasa jika di malam hari. Menangis di malam hari sudah menjadi makanan sehari hari bagi Sena.

Saat pintu kamar terbuka, Sena berbalik menatap ranjang Zein, dan berpura pura tidur. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan Raga.

Raga berjalan ke arah Sena, dan duduk di tepi ranjang. Memperhatikan wajah sayu nan pilu itu dengan seksama. Mengusap kepala yang terbalut khimar itu lembut.

"Saya tau ujian ini terlalu berat bagi kamu. Tapi percayalah, semua ini akan menjadi titik bahagia kamu nanti nya. Kuatkan lagi bahu nya, tegarkan lagi hati nya, ya. Saya akan terus ada di samping kamu, dan menunggu kamu menerima saya." Ucap Raga pelan, tanpa ia sadari Sena mendengar semua perkataan nya.

Raga memakaikan Sena selimut. Kemudian mendekat ke arah wajah Sena, dia mengecup dahi Sena cukup lama. Sena yang memang belum benar benar tertidur, dia merasakan desiran halus di tubuh nya, detak jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

'Apa jangan jangan... Ishh, nggak mungkin, pasti Raga cuma kasian sama gue. Jangan baper, jangan geer, Sena.'  batin Sena.

Raga bangkit dari duduk nya, kemudian melihat Zein lebih dulu sebelum ia keluar dari sana. Tak lupa ia mengecup singkat dahi Zein dengan penuh kasih sayang. "Semoga Allah melindungi kalian berdua. " Gumam Raga. Setelah itu dia keluar dari kamar.

⋆ ˚。⋆୨୧˚˚୨୧⋆。˚ ⋆

Pagi hari nya, Sena tengah menyiapkan sarapan dengan Zein di dalam pangkuannya. Tak banyak yang Sena lakukan, dia hanya memasak nasi goreng dengan telur mata sapi. Setelah semua nya selesai, dia duduk di sofa untuk mengistirahatkan tubuh nya yang sejak pukul 4 tadi tidak berhenti bergerak.

SenaRagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang