09.Menepis ego

204 18 9
                                        

Wellcome to story SenaRaga

Jangan lupa vote dan komen di setiap chapter nya!

Happy reading

.
.
.

09.Menepis ego

Pagi ini, Sena tengah berkutat di dapur, guna menyiapkan sarapan untuknya dan juga Raga. Sena ada kelas siang, jadi dia sedikit bersantai, juga urusan BEM nya pun sudah tidak terlalu padat.

Raga sendiri, dia ada kelas pagi hari ini. Dia juga sudah siap dengan setelan casual nya. Kini dia tengah duduk di meja makan sambil memperhatikan Sena yang tengah memasak.

"Kamu ada kelas siang?" Tanya Raga.

"Iya." Balas Sena.

"Nanti pergi bareng siapa?"

"Arhan." Balas Sena.

Raga mengangguk. "Ada berapa kelas hari ini?" Tanya Raga.

"Satu." Balas Sena, singkat.

"Jam berapa kamu pulang?" Tanya nya lagi.

"Setengah dua belas kaya nya. Kenapa?" Balas Sena, seraya duduk di meja makan.

"Jam dua belas saya tunggu di halte." Ucap Raga.

Sena menatap Raga bingung. "Ngapain deh, gue mau balik bareng Arhan." Balas Sena.

Raga menelan makanan nya, sebelum dia berucap. "Kamu lupa? Hari ini kita harus membawa pulang anak itu." Ucap Raga.

Sena berhenti mengunyah makanan nya. Dia menyimpan sendok nya, kemudian menatap Raga intens. "Emang gue ada bilang setuju?" Tanya Sena.

Raga yang sadar dengan situasi, dia pun ikut berhenti memakan makanannya. Dia menatap Sena datar, Raga tak habis pikir dengan gadis di depannya.

"Kamu masih ingin menolak?" Tanya Raga, dingin.

Sena terdiam, keputusan apa yang harus ia tetapkan. Semua beban yang ia pikul saja belum terselesaikan, ini masalah sudah kembali berdatangan.

Bayi itu memang rezeki dalam sebuah keluarga. Tapi Sena belum yakin untuk menjadi ibu dalam waktu singkat. Meskipun anak itu bukan anak kandungnya. Tetap saja Sena tidak bisa menerima nya dengan mudah.

"Bagaimana?" Tanya Raga, membuyarkan lamunan Sena.

"Gimana ya, Ga. Lo tau kan semua ini berat bagi gue, gue takut ga bisa jadi istri atau ibu yang baik nantinya. Ujung ujungnya juga kita bakal pis-"

"Pisah? Tidak akan ada kata pisah disini." Potong Raga.

"Tapi-"

Lagi dan lagi, ucapan Sena terpotong oleh Raga. Sena hanya menghela nafas nya gusar.

"Saya sudah terlambat, nanti saya tunggu di halte. Jika kamu datang, kamu setuju. Dan jika tidak.... sebaiknya pikirkan baik baik. Assalamu'alaikum." Ucap Raga, seraya keluar dari apartment.

SenaRagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang