BAB I

265 11 2
                                    


Desa Huangshan merupakan desa yang tidak terlalu padat penduduk, namun pelancong banyak berdatangan akibat adanya Pohon Bodhi yang merupakan simbol kehidupan dan dikabulkannya keinginan. Desa Huangshan sendiri berjarak 60 kilometer dari Gunung Huang yang terkenal dengan bentuk-bentuk batu unik seperti roh, dewa, ataupun makhluk.

Apalagi ketika tahun baru masehi seperti saat ini, banyak orang berdatangan untuk merayakan dan berdoa. Diantara lautan orang, ada seorang anak perempuan memakai hanfu tengah menjajakan cinderamata. Shu Yu, penduduk Huangshan memanggilnya demikian. Kebiasaannya bermain disekitar Pohon Bodhi dan sepertinya ia yatim piatu karena tidak pernah terlihat orangtuanya maupun pergi bersekolah.

Seorang pria jangkung mengenakan mantel tebal tengah melangkah gontai, tak teralihkan oleh hiruk pikuk. Pria itu Wang Yibo, seorang professor muda disalahsatu universitas Tiongkok. Ia datang di Desa Huangshan untuk melakukan riset mengenai kebudayaan yang ada pada daerah tersebut. Langkahnya terhenti saat ujung mantelnya ditarik oleh sebuah tangan mungil, Shu Yu memberikan Rattle Drum. Dengan sedikit ragu, Yibo mengambil pemberian Shu Yu.

"Gege, sebaiknya jangan sampai bertemu wanita dengan pakaian serba merah. Jauhilah jika masih menyayangi nyawa sendiri. Dan untuk mainannya itu hadiah tahun baru dariku."

Yibo tak bergeming dari tempatnya walaupun Shu Yu telah pergi menjauh. Kedua manik matanya menatap Shu Yu yang hanya memakai hanfu dan tanpa alas kaki padahal salju bertebaran dimana-mana apalagi cuaca sangat dingin. Seseorang menabrak bahu Yibo tanpa sengaja dan itu menyadarkannya dari lamunan. Kepalanya menoleh mencari sosok Shu Yu namun tak berhasil ditemukan. Ia menyadari belum mengucapkan terimakasih kepada gadis kecil itu. Tak ambil pusing, Yibo segera menuju Pohon Bodhi yang rindang walaupun beberapa bagiannya ditutupi oleh salju.

Yibo berdiri di depan pagar yang melingkari Pohon Bodhi, pagar yang tingginya hanya sebatas lutut. Akan tetapi pengunjung tidak berani melewati batas jika tidak ingin mendapatkan musibah. Segera Yibo menautkan tangannya, diantara tautannya terdapat Rattle Drum yang diberikan Shu Yu tadi. Yibo berharap agar ia dapat menebus kesalahan yang pernah diperbuat di masa lalu.

Seorang wanita menatap Yibo tak jauh, Yu Shuxin, mengembangkan senyuman kearahnya. Yibo membalas tatapan Shuxin, pandangannya menelisik dari bawah hingga atas wanita itu. High heels dan gaun yang dikenakan berwarna merah, Yibo merasa heran sekali lagi. Apakah penduduk asli Huangshan tahan terdapat cuaca dingin hingga tak memerlukan mantel?

Shuxin berjalan mendekati Yibo dengan langkah pelan karena jalan disekitarnya licin akibat salju yang mulai mencair akibat pergantian ke musim semi. Tidak terasa Imlek akan segera tiba. Yibo memainkan Rattle Drum menghilangkan kegugupannya, menggoyangkan gagangnya ke kanan kiri membuat manik yang berada pada tali memukuI membran sehingga mengeluarkan bunyi nyaring.

"Aku telah mengabulkan keinginanmu."

Kernyitan dahi Yibo membuat Shuxin tersenyum sekali lagi. Sedaritadi Yibo mendapat kejutan yang diluar nalar. Tak mungkin Shuxin benar-benar mengetahui apa yang ia inginkan. Mengetahuinya darimana.

"Jangan mengatakan hal yang tak masuk akal."

Shuxin hanya mengedikkan bahu menanggapi  membuat Yibo sedikit geram. Kemudian Yibo melihat dari arah belakang Shuxin, terdapat seorang pria yang kehilangan kestabilannya saat mengendarai sepeda, sepertinya rem sepeda itu telah rusak. Sebentar lagi sepeda kayuh itu dapat menabrak kakek tua yang berjalan sedikit membungkuk. Namun sepeda tersebut malah menembus si kakek dan menabrak stan pedagang buah, membuat kegegeran kecil disebelah sana. Kedua mata Yibo melotot dibuatnya, tak percaya.

"Di Huangshan, semuanya masuk akal. Kakek itu adalah Liu Xiaoming yang tiap tahunnya datang ke desa ini untuk mencari istrinya. Sekedar ingin mengetahui masih hidup atau telah meninggal. Tapi beliau tak pernah menemukannya. Jadi, tidak diketahui kabar pastinya."

Yibo baru menyadari ucapan dari Shu Yu yang harus menjauhi wanita serba merah dihadapannya. Namun sepertinya telah terlambat. Pasti terpana oleh parasnya dan tak nengindahkan peringatan dari Shu Yu. Tak ingin berlama lagi dengan Shuxin, Yibo mengikuti kemana Xiaoming pergi. Shuxin mengetahui itu akan terjadi, ia segera mengikuti Yibo dari belakang.

Past Life for The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang