Suara ayam jantan berkokok tepat disaat mentari pagi merangkak naik perlahan, keluar malu-malu dari persembunyiannya. Langit berwarna merah, mendukung aksi kedua insan yang akan menghadapi Nian. Mereka berkumpul di depan Pohon Bodhi, tempat pertemuan pertama kali. Nampak Liu Xiaoming juga ikut datang bersamaan dengan Shu Yu yang berlari kecil mendekati."Shuxin Jiejie, bolehkah Meimei ikut? Aku berjanji tidak akan menyusahkan kalian."
Telapak tangan Shuxin yang begitu lembut mengusap surai Shu Yu, lalu mengangguk menyanggupi permintaannya. Tentu saja respon dari Shu Yu begitu riang. Yibo yang mengamati mereka sedari tadi baru menyadari bahwa Shuxin mengenakan gaun serba putih, sangat berbeda dari sebelumnya. Shuxin bagaikan seekor angsa putih yang begitu menawan.
Lamunan Yibo buyar ketika Shuxin menyodorkan pedang padanya untuk ia bawa dan digunakan sebagai senjata. Pedang tersebut telah disucikan oleh Shuxin dengan seluruh bagian dari Pohon Bodhi. Shuxin memeriksa kembali kertas mantra yang ia letakkan di dalam tas kecilnya, aman.
"Liu Xiaoming, sebaiknya Anda tidak perlu ikut dengan kami. Karena roh Anda bisa tidak stabil jika pergi ke Gunung Huang. Kami yang akan mewakili dan menuntaskan kewajiban Anda. Saya sarankan Anda datang kembali kemari ketika malam Imlek tiba. Saya rasa Xia He akan berkunjung saat itu."
Xiaoming mengangguk memahami ucapan Shuxin. Yibo mengetahui bahwasanya Xiaoming menahan tangis saat mendengar nama Xia He disebut, apalagi seperti ada harapan untuk bertemu.
Yibo mengeluarkan Rattle Drum yang pernah diberikan oleh Shu Yu dan mulai memainkannya untuk waktu beberapa lama sampai portal menuju masa lalu terbuka dari Pohon Bodhi. Semalam seusainya Liu Xiaoming mengisahkan masa lalunya, Shuxin sudah merencanakan dan menjelaskan secara terperinci bagaimana mereka akan mengalahkan Nian. Maka dari itu, Yibo mengetahui cara membuka portal masa lalu.
Shu Yu melewati batas pagar dan menginjak taman kecil, membuat salju yang menutupi seketika mencair. Shu Yu dan Shuxin telah memasuki portal, Yibo memberanikan diri melewati batas pagar. Saat kakinya benar-benar menginjak tanah, kaus kakinya terasa sedikit basah terkena tetesan air. Hanfu putih yang ia kenakan juga terkena air dari rerumputan. Yibo dapat menghirup aroma bunga yang bermekaran padahal disini belum waktunya musim semi.
Di depan portal, Yibo membalikkan badannya melihat Liu Xiaoming yang tersenyum namun terlihat cemas kepadanya. Yibo membalas tersenyum kepadanya dan akhirnya memasuki portal. Perlahan portal mulai mengecil dan menghilang, Xiaoming pun beranjak pergi dan akan kembali sesuai perkataan Shuxin. Setiap langkahnya, ia berdoa kepada dewa agar mereka diberi keselamatan dan kemudahan.