Suara ledakan terdengar begitu kuat, Yibo melepaskan rangkulannya. Ternyata Nian tersebut meledak menjadi butiran. Keduanya tak mempercayai kejadian yang tak terduga itu. Pedang, belati, maupun Shu Yu ikut menjadi butiran. Shuxin melamun memandangi butiran yang beterbangan dan jatuh mengenai pakaiannya. Ia menggumamkan nama Shu Yu berulang kali."Shu Yu... Shu Yu! Tak mungkin kau meledakkan diri di dalam Nian! Dimana kau?"
Ada cahaya putih yang membentuk diatas keduanya, perlahan turun membuat Shuxin menengadahkan tangan untuk menangkap cahaya putih yang berubah menjadi biji pohon. Shuxin menatap nanar biji tersebut lalu menggenggamnya erat.
Tak jauh dari sana, Huli Jing tertawa tanpa suara menyaksikan keseluruhan adegan pertarungan mereka dengan Nian. Terdapat bayangan hitam seperti Monster Nian di dalam mulutnya. Tetapi sosok Nian itu lebih berisi dan berotot, berbeda dari yang mereka kalahkan.
Yibo memapah Shuxin berjalan memasuki Desa Huangshan yang sepi. Nampaknya para warga takut untuk keluar, trauma akibat Nian yang telah menewaskan beberapa anggota keluarga. Yibo berjongkok dan mulai menggali tanah dengan sarung pedang. Setelah dirasa cukup dalam, Yibo mundur mempersilakan Shuxin meletakkan biji pohon pada lubang galian. Saat Shuxin menyentuh tanah untuk menutupi lubang, Yibo membantunya. Airmata Shuxin menetes tak mampu terbendung lagi. Tetesan airmatanya jatuh membasahi gundukan tanah. Yibo mengusap dan menepuk pelan bahu Shuxin bermaksud menenangkan.
Shuxin berhenti menangis ketika melihat dari gundukan keluar tumbuhan yang perlahan tumbuh besar. Yibo memapah Shuxin untuk berdiri dan mundur beberapa langkah. Keduanya menyaksikan sebuah pohon tumbuh dengan daun yang rindang. Tempat yang mereka pijak tumbuh rumput hijau yang subur. Keberadaan Yibo dan Shuxin menjadi samar dan perlahan menghilang diiringi hembusan angin yang sejuk.
Beberapa kelinci mendekati pohon itu dan membuat lubang di bawahnya untuk ditinggali. Sementara para warga dengan rasa waspada membuka jendela atau pintunya untuk melihat sebuah pohon yang tiba-tiba tumbuh di tengah desa. Mereka berbondong-bondong mendekati pohon tersebut untuk melihatnya lebih jelas.
"Ini adalah Pohon Bodhi yang diyakini sebagai lambang kehidupan. Mungkinkah dewa yang menumbuhkan pohon ini? Ayah saya maupun beberapa anggota keluarga yang lain telah gugur. Mari kita berdoa bersama, semoga mereka diberikan tempat yang layak karena telah melindungi kita semua."
Seorang pemuda yang sepertinya merupakan anak dari kepala desa memimpin jalannya doa. Ia menautkan kedua telapak tangan lalu memejamkan mata. Para warga pun mengikuti setelahnya. Mereka berdoa secara khusyuk, semnetara di barisan bagian belakang terdapat Xia He yang menangis sembari mengusap perutnya. Namun kedua matanya memejamkan mata dan di dalam hati ia mendoakan sang suami.