Bicara. | School AU

718 24 4
                                    

Karakter utama: Malik, Nevin
Genre: Fluff, Comedy
Req dari: KaylilaSaf
A/N: Susunan guru, kepala sekolah, ketua kelas, pengurus OSIS, dll aku buat sesuai imajinasi karna ini bukan dari Universe canon di series YTMC manapun.
--

Sebuah ruangan kelas sedang dipenuhi dengan percakapan. Di ujung kelas ada ketua kelas dan wakilnya yang membicarakan acara. Di tempat lain ada yang sedang membahas acara televisi favorit mereka. Kebisingan dikelas itu tidak bertahan lama saat bel kelas berbunyi, menandakan sudah saatnya mereka belajar agar tidak menjadi beban. Meskipun sesungguhnya, kebanyakan bahkan hanya melamun saat pelajaran berlangsung.

Tidak lama kemudian, guru pun masuk kedalam kelas. Guru itu adalah Fred, di belakangnya ternyata ada seorang remaja.

"Baiklah anak-anak, selamat pagi, hari ini ada murid baru, tapi sebelum itu." Fred lalu memberikan lirikan samping kepada salah satu muridnya, Malik.

"Aduh murid kesayangan bapak, pagi-pagi duduknya udah kayak preman." Ucapnya dengan nada mengejek. Malik ternyata sedang duduk dengan kedua kakinya dia istiraharkan di meja.

"Gak sudi saya jadi murid kesayangan bapak!"

"Ya saya juga gak sudi jadi guru kamu!" Beberapa anak dikelas lalu tertawa kecil. Termasuk Nevin, anak pindahan baru. Akhirnya setelah percakapan guru dan murid itu, Nevin diizinkan memperkenalkan dirinya.

Selama perkenalan diri Malik hanya memutar matanya, bosan. Dia kadang juga memainkan rambutnya sendiri atau iseng mengguncangkan kursi temannya. Sang guru yang sadar lalu langsung menegurnya, namun kali ini bukan sebatas itu saja.

"Sebagai gantinya, kamu akan mendampingi murid baru ini berkeliling sekolah!"

"Hah? Hah! Aku, aku harus, akh! Terserah, tapi jangan harap aku baik padanya!" Seru Malik kesal. Nevin yang tidak mengerti apapun hanya bersuka ria, mengetahui bahwa setidaknya dia diajak berkeliling sekolah barunya itu.

Setelah istirahat Nevin lalu menghentikan Malik didepan pintu kelas. Seolah Malik berhutang kepalanya, jahat sekali. Padahal Malik kan cuman ngutang ke ibu kantin.

"Heyy, kau yang mengajakku berkeliling kan, ayo hap hap! Aku tidak sabar melihat interior gedung ini, dan a-" Malik lalu memukul salah satu meja didekatnya dengan keras. Membuat anak lain dikelas itu ikut terkaget.

"Dengar ya, gw bukan temen lo. Kalo gw mau mukul lo sekarang bisa aja, jadi mending lo pergi dari muka gw." Tanpa memberi Nevin waktu untuk menjawab, dia meninggalkan kelasnya. Kemudian Malik pun minggat ke rooftop, biar keliatan kaya anak dingin yang keren katanya, padahal malah keliatan kayak gapunya temen.

Kasian sekali Malik, karna yang benar saja, Nevin malah menerrornya. Dia hanya ingin makan siang tapi si anak baru ternyata mengikutinya sampai rooftop. Merasa tidak punya pilihan, Malik akhirnya mengajaknya berkeliling.

"Kalo itu apa, Malik?"

"Perpus."

"Ooh, keren banget woi ada sofanya! Eh, kalo disana apa?"

"BK."

"Mhm, kalo... Yang itu apa?"

Bruk

Malik lalu memukul salah satu tembok karna perasaan emosinya yang tertumpuk. Sungguh, remaja satu ini kelihatannya berbakat menjadi penggulat.

"Itu Ruang kepsek, Nevin! Makannya lo tuh kalo mau nanya minimal baca dulu, bodoh! Kan diatasnya ada tulisan!" Bukannya takut, lawan bicaranya ini malah tersenyum. Apa dia serius?

"Santai lah bro, nanti cepet tua loh kalo marah!"

"Kau... Awas kau pulang sekolah."

"Wih lagi peduli nih ceritanya? Makasih loh."

"Bukan! Nanti gw tonjokin lo!"

Jujur dari tadi Nevin sudah agak takut. Bagaimana kalo anak disebelahnya benar-benar memukulnya? Mereka lalu melanjutkan perjalanannya. Malik terus bilang bahwa dia bisa saja membuat Nevin pingsan. Nevin percaya, tapi dia tetap santai berjalan.

Akhirnya masuk ke kelas berbunyi. Mereka lalu bergegas masuk ke kelas. Meskipun tetap saja, guru mereka terlambat. Tapi kali ini spesial, hari ini ada bimbingan tentang acara yang akan datang, dan kelas Malik kebetulan dibimbing oleh Bluze, kepala sekolahnya. Juga disertai dengan Nelson, anaknya yang adalah ketua OSIS.

Beberapa menit setelah acara itu mulai dijelaskan, Nevin mulai kehilangan fokus. Dia tenggelam dalam lautan fakta. Bukan, maksudnya dalam imajinasinya. Dia entah mengapa duduk disebelah Malik, sehingga bisa melihat gerak gerik murid problematik itu.

"Dan seperti yang dipermasalahkan murid lain: Is three enough for five people?" Diam. Bluze menghentikan ucapannya mendadak. Kepala sekolah ini rupanya hobi ngerem seperti mobil.

"Nevin, bisa jelaskan lagi poin keempat yang baru saya jelaskan?" Mampus, itulah yang Malik pikirkan saat mendengar ucapan kepala sekolahnya. Lagian siapa suruh Nevin daritadi sok deket ngeliatin dia. Berasa kriminal aja.

"Hah? Bapak bakal punya istri?" Tanya Nevin tanpa rasa bersalah. Tapi jujur, dia memang dia tau apa salahnya. Toh, dia tidak mendengarkan apa yang dijelaskan dengan baik. Murid lain hanya menahan tawa. Nelson yang berdiri disebelah ayahnya bahkan sedikit tersenyum.

Malik lalu tertawa terbahak-bahak. Sukses mendapatkan tatapan kematian dari kepala sekolahnya.

"Baiklah, Nevin, Malik, Hukuman. Sekarang. Aku akan berbicara kepada orangtua kalian saat penerimaan rapor tentang ini." Dan ini dia, Malik langsung terlihat pucat saat mendengar itu. Dia bahkan tidak membantah dan langsung pergi ke ruang hukuman itu dengan Nevin.

Ruangan tersebut ternyata kosong, guru yang harusnya menjaga mereka sedang ada urusan. Namun Nelson tetap mengantar mereka kesitu dan memastikan mereka duduk dengan manis dan tenang. Setelah ia pergi kembali ke kelas, Nevin dapat melihat Malik yang terus menggerakkan kakinya. Dia juga bergumam hal tidak jelas, terdengar seperti "mereka akan tahu."? Tapi siapa mereka, dan apa yang akan mereka tahu?

"Hei-"

"Diam! Aku tidak punya waktu untuk candaanmu, aku-" Nevin lalu meletakan secarik kertas diatas meja Malik. Kertas itu bertuliskan "Mau berbicara?" dan itu membuat Malik terdiam. Dia lalu menarik napas panjang.

"Aku... Aku tidak suka menjadi anak nakal, aku juga mau jadi anak keren dan bercahaya." Nevin menganggukkan kepalanya dengan bersemangat.

"Tapi aku tidak cukup baik untuk itu. Dan ini adalah satu-satunya cara mendapatkan perhatian guru." Sekarang gantian Nevin yang terdiam.

"Kau takut orang tuamu marah?" Malik kembali menggerakan kakinya, gelisah.

"Untuk apa semua perhatian guru kalau kau tidak cukup perhatian kepada dirimu? Aneh sekali." Ucap Nevin bingung.

"Aku tidak punya teman."

"Kabar baik! Sekarang kau punya satu." Nevin lalu meloncat dari kursinya. Malik terlihat bingung. Dia hanya memasang ekspresi penuh pertanyaan. Tidak mengerti siapa teman yang Nevin bicarakan.

"Dan aku dengar nama teman itu Nevin!" Malik tercengang sesaat, sebelum tertawa dengan keras.

"Hei! Aku ini teman yang baik!"

"Hahaha! Kau- kau!"

Baguslah, memang seperti ini masa remaja seharusnya, bukan? Malik akhirnya mendapatkan teman untuk dirinya. Dan Nevin? Dia mulai percaya diri bahwa dia bisa membuka jasa untuk sekedar memberi nasehat.

--

A/N: Yang ini agak lama nulisnya karna kemaren banyak kegiatan :'
Dan ini agak beda dari fanfic sebelumnya, biasanya aku nulis yang Angst/Fluff, baru kali ini komedi nih.

Teduh | YTMC Oneshoot(s) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang