°22°

145 25 3
                                    

'Kamu pikir kamu cukup pantas jadi anakku?' Aku nggak akan mau punya anak yang lemah sepertimu'

'Jun, maafkan bunda yah'

'Berhenti nangis! Kamu itu cowok, nggak boleh namanya nangis, ngerti?!'

'Jangan hilangin senyummu yah, nak'

'Jun, makasih banyak'

Junkyu duduk tegak di atas kasurnya, napasnya tersengal-sengal dan peluh membanjiri wajahnya. Setelah sekian lama, mimpi itu kembali lagi. Kata-kata yang selalu menghantuinya, membawa kembali ingatan-ingatan yang selama ini ia coba kubur dalam-dalam.

Kamar yang gelap terasa semakin menyempit, seolah mencekik napasnya. Junkyu mengusap wajahnya dengan tangan gemetar, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Ia melirik ke arah jam di meja samping tempat tidur, baru jam tiga pagi.

"Sialan" umpat Junkyu pelan

Ia nampak bangkit dari tempat tidur, meraih gelas berisi air minum di atas meja dan meneguk isinya dengan cepat. Air dingin itu tak membantu menenangkan pikirannya yang kacau. Dengan lelah, Junkyu berjalan kearah jendela kamar dan menarik gorden sedikit, memandang ke luar. Hanya kegelapan yang menyambutnya.

"Lo cuma perlu bertahan sedikit lagi" bisiknya pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan hatinya. Tapi kenangan itu tak mau hilang dari kepalanya, terus berputar seperti piringan rusak

Perlahan, Junkyu kembali duduk di tepi ranjang, memegang kepalanya yang mulai sedikit pening. Ia menutup mata sejenak, mencoba mengatur napas, namun bayangan mimpi tadi terus membisik di telinganya, membuat hatinya semakin berat.

"Hah~ kenapa terus muncul dipikiran gue sih?" ia bergumam, memaksa dirinya berdiri lagi.

Dengan langkah pelan, Junkyu keluar dari kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju dapur. Ia butuh sesuatu untuk menenangkan pikirannya, mungkin secangkir teh hangat. Saat ia sampai di dapur, ia terkejut melihat Yihyun duduk di sana, memegang cangkir di tangannya.

"Lo belum tidur?" Junkyu bertanya dengan suara serak

Yihyun mendongak, menatap Junkyu dengan alis terangkat. "Gue yang harus nanya begitu ke lo. Jam segini kenapa masih bangun?"

Junkyu tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Nggak bisa tidur."

Yihyun menatapnya lebih lama. "Lo begadang main game lagi, yah? Gue aduin mama" ujarnya

Junkyu hanya tertawa kecil mendengar ancaman Yihyun, tak menanggapi ocehan gadis itu. Sedangkan Yihyun masih sibuk menuduh Junkyu yang pasti begadang lagi untuk bermain game.

Junkyu pun berjalan menuju lemari, mengambil cangkir dan menyiapkan teh hangat untuk dirinya sendiri. Suara air yang mengalir dari ketel menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan di antara mereka. Yihyun masih menatap Junkyu, tak yakin dengan senyum tipis yang kakaknya berikan.

"Serius, lo kenapa? Ada yang gangguin lo, Jun?". Nada suaranya berubah menjadi lebih lembut, penuh perhatian

Yihyun mungkin terlihat cuek, tapi Junkyu tahu bahwa di balik semua omelan dan sikapnya yang keras, adiknya selalu peduli.

Junkyu mengambil cangkir tehnya dan duduk di meja, berhadapan dengan Yihyun. Ia menatap permukaan teh yang beruap, enggan berbicara tentang mimpinya atau beban yang selama ini ia simpan sendiri.

"Nggak, gue cuma mimpi buruk aja. Bukan hal yang penting" jawab Junkyu, berusaha terdengar santai

Yihyun tak segera menanggapi, tapi pandangannya tidak berubah. Ia bisa merasakan bahwa Junkyu sedang menyembunyikan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk.

(SLOW UP) °Love My Way° |Junkyu x All|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang