Lilyana jatuh tertidur di bawah dedaunan pohon yang begitu rimbun. Tubuh mungil Lilyana bersandae pada dahan pohon yang sangat lembut. Lebih lembut dibandingkan kasur Lilyana. Padahal, awalnya dahan pohon itu sekeras baja. Angin sepoi yang bertiup lembut membuat Lilyana merasa sejuk. Hutan gelap yang menahan cahaya matahari untuk masuk ke dalam membuat otak Lilyana berpikir kalau sekarang adalah malam hari. Sehingga membuat tidur Lilyana jadi semakin nyenyak.
"Hey, tokek sialan!" teriak seekor kadal berwarna hitam yang berada di depan Lilyana.
Kadal hitam dengan mata berwarna kuning seperti ular itu sama sekali tidak sadar dengan kehadiran Lilyana yang nyenyak dalam tidurnya. Karena kadal itu sudah terbiasa melihat seorang manusia tidur. Untuk selamanya. Iya, dia mengira kalau Lilyana sudah mati.
Dua ekor tokek dewasa dan 3 tokek yang terlihat masih kecil muncul dari lubang yang ada di dahan pohon. Kepala mereka menunduk. Menatap kadal seukuran iguana yang terlihat kesal itu.
"Harus berapa kali aku bilang pada kalian?! Jangan mencoba untuk kabur dari hutan ini! Lihat hasil perbuatan kalian! Kakiku jadi terluka karena terkena sabetan ranting!" seru kadal hitam itu kesal.
Di kaki depan sebelah kanannya memang ada luka memanjang yang terlihat seperti terkena sayatan benda berujung runcing.
"Maaf, Tuan Avelon! Indra pendengaran kami sangatlah buruk!" teriak salah satu tokek dewasa dengan wajah yang terlihat sangat tidak bersalah.
"Jangan mengatakan omong kosong! Telinga kalian sangat tajam sampai bisa mendengar suara jangkrik!" teriak kadal hitam itu tak kalah kencang.
Tokek dewasa itu nyengir. Mereka hanya ingin melihat bagaimana keadaan manusia bodoh yang berani masuk ke hutan ini. Karena ketika mereka mati setelah dibebat oleh sulur rambat dengan duri besar disekujurnya, akan ada bunga yang memakan mereka. Ah, lebih tepatnya melelehkan tubuh mereka hingga hanya tulang yang tersisa. Tulang-belulang itu kemudian akan dimuntahkan oleh bunga itu di luar hutan. Keluarga tokek yang bahagia itu ingin melihat apakah para manusia lain akan menguburkan tulang itu atau tidak.
Rasa keingintahuan mereka begitu besar hingga mereka mengabaikan aturan dalam hutan ini.
"Awas saja kalau kalian berani keluar dari hutan ini dan tertangkap oleh manusia. Aku tidak akan membantu kalian!" teriak kadal hitam itu kencang.
Salah satu tokek dewasa melayangkan kaki kanannya setelah meletakannya di kepala. Dia kemudian kembali masuk ke dalam lubang di dahan pohon tempat Lilyana tertidur, yang merupakan sarang mereka.
Kadal yang dipanggil 'Tuan Avelon' oleh keluarga tokek itu mendesah pelan. Ada alasan tersendiri kenapa dia melarang keluarga tokek itu untuk keluar dari hutan. Sebenarnya, bukan hanya tokek. Semua hewan yang sudah berada di hutan ini sejak mereka dilahirkan tidak boleh keluar. Karena mereka adalah sedikit dari hewan purba yang masih tersisa.
Jaman dahulu, jumlah hewan purba dan manusia hampir seimbang. Malah, rasanya hewan purba sedikit lebih banyak dibandingkan manusia. Namun, jumlah mereka jadi semakin sedikit seiring bertambahnya populasi manusia. Jika makhluk purba melahirkan 10 anak perminggu. Maka, manusia bisa 100 anak perminggunya. Jumlah manusia yang terus bertambah membuat mereka kekurangan lahan pemukiman. Sehingga mereka kemudian menebas pohon di hutan dan meratakan tanahnya. Mereka juga tidak segan membunuh para makhluk purba untuk diambil 'kelebihannya'.
Jumlah makhluk purba kemudian semakin berkurang.
Pengurangan jumlah makhluk purba jadi semakin parah ketika manusia akhirnya menemukan manfaat dari kelebihan para hewan yang memang unik itu. Perburuan makhluk purba jadi semakin menggila. Apalagi permintaan pasar yang semakin melonjak dari hari ke hari.
Manusia jadi makhluk yang paling serakah.
Itulah alasan kenapa kadal ini menciptakan sebuah hutan yang hanya bisa dimasuki oleh makhluk yang memiliki hati sebersih kertas kosong. Dan, makhluk yang memiliki hati seperti itu hanyalah hewan. Karena sebersih apapun seorang manusia, akan tetap ada sedikit kotoran dalam hatinya.
Ah, asal kalian tahu saja. Kadal bernama Tuan Avelon itu bukanlah kadal biasa. Dia adalah Avelon Blue Da Dragon. Iya, Avelon merupakan seekor naga. Lebih tepatnya, satu-satunya naga yang masih tersisa di benua ini. Seperti yang kalian tahu, naga identik dengan makhluk dengan sihir terkuat. Begitu juga dengan Avelon. Dia punya sihir yang begitu kuat dalam dirinya. Sihir itu membuatnya bisa berubah jadi hewan lain, berbicara dengan hewan, termasuk memutar balik waktu. Hutan dengan kemampuan membaca isi hati manusia ini juga adalah salah satu bukti kehebatan Avelon. Dia sengaja menciptakan hutan ini untuk melindungi dirinya sendiri. Tapi, kemudian makhluk purba lain yang masih tersiaa ikut masuk ke dalam hutan ini. Alhasil, Avelon harus berbagi lahan dengan mereka. Sebagai gantinya, para makhluk purba menganggap Avelon sebagai raja mereka. Yah, walau kadang ada juga yang menganggap Avelon sebagai kadal bersayap biasa.
Manusia yang datang kemari biasanya memburu makhluk purba yang ada. Yah, kelebihan makhluk purba adalah hal yang masih diinginkan oleh manusia hingga sekarang. Hanya ada sedikit orang yang tahu tentang keberadaan makhluk purba di hutan ini. Dan, 'sedikit orang' itu mungkin sudah tidak lagi tersisa. Karena terakhir kali manusia datang ke hutan ini adalah 10 tahun lalu. Kelebihan makhluk purba sepertinya perlahan hampir dilupakan. Yah, walau kelihatannya ada bocah gila yang kehilangan akalnya di sini.
Mari kita bahas sedikit kelebihan dari para makhluk purba. Tokek yang baru saja diceramahi oleh Avelon itu memiliki kelebihan berupa telapak tangan yang bisa melekat erat pada benda apapun. Termasuk kaca yang dilapisi minyak. Jika manusia merebus mereka dan mengambil sarinya kemudian merendam kain dengan sari itu, mereka juga bisa mendapatkan kelebihan tokek itu. Hal ini juga berlaku dengan makhluk purba lain.
Iya, makhluk purba pada dasarnya sama dengan hewan biasa. Hanya saja kekuatan yang ada pada tubuh mereka bisa jutaan kali lebih kuat dari hewan biasa. Saking kuatnya, kekuatan itu bisa berpindah ke suatu benda atau makhluk hidup lain. Itulah kenapa manusia memburu mereka.
Avelon mendesah. Rasanya Avelon menyesal sekali karena sudah membiarkan para makhluk purba tidak tahu diri ini tinggal di hutan buatannya.
Anelon bersiap memejamkan matanya. Berniat menyembuhkan luka di kaki kanannya ketika tiba-tiba saja Lilyana terbangun dari tidurnya.
Kadal jadi-jadian dan gadis kecil berusia 6 tahun itu saling tatap. Lilyana menatap Avelon dengan wajah khawatir. Sementara, Avelon menatap Lilyana dengan tatapan bingung sekaligus terkejut.
"Tunggu! Bagaimana mungkin ada manusia yang masih hidup setelah masuk ke hutan ini?" tanya Avelon dalam hatinya.
"Kasihan sekali! Kaki kadal kecil ini terluka. Pasti rasanya sangat sakit." kata Lilyana dalam hati.
Keduanya saling tatap untuk waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya Lilyana mengangkat Avelon yang seketika meronta. Berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Lilyana yang sama sekali tidak kencang.
"Lepaskan aku , dasar bodoh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villain's And Hero's Mom✔
Fantasía[Bukan Novel Terjemahan - END] Obat alami untuk penderita darah rendah. Liviana Putri adalah seorang budak korporat yang selalu bekerja seharian. Dia mati karena kelelahan saat membaca novel setelah punya waktu untuk beristirahat. Bukannya ke alam b...