Villain's 4

36.2K 3.1K 34
                                    

Livi membuka matanya. Sebuah pemandangan aneh tertangkap manik matanya. Livi menoleh. Menatap sekitarnya.

Ruangan yang luas dengan perabot yang dilihat sekilas saja sudah sangat terasa kemewahannya ini jelas bukanlah kamarnya. Apa Livi tidur sambil berjalan dan masuk ke rumah orang lain? Tapi, ruangan ini terlihat seperti kamar bangsawan daripada rumah seseorang.

Livi bangkit dari kasur yang terasa seperti awan. Dia berjalan menuju pintu yang terlihat begitu jauh. Mungkin Livi akan menemukan jawaban kalau dia bertanya pada orang-orang yang ada di luar.

Deg!

Jantung Livi berdetak kencang ketika dia melewati sebuah cermin besar. Livi langsung berdiri di depan cermin itu. Menatap bayangan yang ada di depannya.

Rambut panjang berwarna putih yang terlihat seperti gumpalan awan lembut. Manik mata putih yang bersinar seperti batu kwarsa. Tubuh ramping dengan proporsi yang pas. Jari tangan lentik. Bulu mata hitam. Bibir tipis semerah mawar.

Bayangan yang ada di depan Livi....

Sama seperti...

Lilyana White East.

Ratu dari Kekaisaran East yang akan mati ketika usia putra kembarnya menginjak 7 tahun karena dituduh menggunakan sihir gelap.

Kalau begitu, ini adalah kamar Lilyana? Tapi, kenapa dia tiba-tiba ada di sini?

Perasaan, Livi tadi mengerjakan revisi dokumen sebelum akhirnya dia merasa kalau jantungnya berhenti berdetak. Berhenti berdetak? Apa mungkin Livi sudah mati dan jiwanya masuk ke tubuh Lilyana? Tapi, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?

"Aku beneran jadi Lilyana?!" tanya Livi pada dirinya sendiri.

Livi pikir hal seperti mati dan masuk ke tubuh seorang tokoh buku hanyalah fiksi semata. Tapi, rasanya Livi tidak lagi bisa mengatakan hal seperti itu setelah mengalami kejadian ini.

Bicara soal fiksi, Livi pernah membaca buku dengan cerita yang hampir sama dengan keadaannya saat ini. Dimana seorang wanita bernama Claura masuk ke tubuh ibu dari antagonis. Claura langsung merubah sikapnya pada sang antagonis. Perubahan sikapnya membuat Claura tidak jadi mati. Dan yang paling penting, membuat sang antagonis menjadi protagonis. Lebih bagus lagi, Claura menemukan pasangannya. Siapa lagi kalau bukan ayah sang antagonis yang ternyata adalah paman dan bukan ayah.

Kalau gadis bernama Claura itu bisa mengubah takdirnya, artinya Livi juga bisa, kan?

"Baiklah! Aku bakalan bersikap baik ke pangeran kembar dan mencegah mereka saling membunuh!" kata Livi penuh tekad.

Dia menatap bayangan di depannya sekali lagi.

Bicara soal sikap. Alasan Lilyana mengacuhkan pangeran kembar adalah karena menganggap mereka berdua telah merusak tubuh indahnya. Tapi, perasaan tubuh Lilyana baik-baik saja. Tidak ada sekrup atau mur yang kendur. Dia masih terlihat seperti seorang gadis meski aslinya sudah melahirkan dua kepala sekaligus.

Apa benar alasannya karena itu? Karena Livi merasa seperti ada yang ganjal.

Ah, benar juga! Sebelum Livi berusaha merubah alur cerita ini, bukankah dia seharusnya memastikan dulu kalau alur ceritanya bisa diubah? Siapa tahu Livi masuk ke tubuh Lilyana satu hari sebelum kepala wanita ini dipenggal. Hahaha....

"Anda sudah bangun, Yang Mulia?" tanya seorang pelayan yang terlihat sudah cukup tua. Rambut panjangnya yang digulung rapi hampir memutih sepenuhnya. Wajah dan lehernya dipenuhi keriput.

Livi mengenal pelayan ini.

Namanya Rosemary, pelayan pribadi Lilyana. Orang yang terus mengajak Lilyana bicara meski selalu diacuhkan. Ray _nama panggilanya_ adalah satu-satunya orang yang membela Lilyana ketika wanita ini dituduh menggunakan sihir gelap. Tapi, tentu saja pembelaan Rosemary tidak berguna. Karena Lilyana tetap dihukum dengan tiang guillotine.

"Sudah." jawab Livi refleks.

Rosemary yang sedang meletakkan nampan berisi sarapan Lilyana tersentak. Dia kemudian tersenyum. Menatap Livi yang kini berada di tubuh Lilyana dengan penuh kasih. Livi jadi merasa seperti ditatap oleh mendiang ibunya begitu melihat tatapan Rosemary pada Lilyana.

"Apa suasana hati anda sedang baik?" tanya Rosemary lagi.

Livi tahu kalau Rosemary hanya sedang berbasa-basi saja. Tapi, entah kenapa dia merasa senang. Apa ini adalah perasaan Lilyana? Tapi, dalam buku, Lilyana selalu hanya membalas pertanyaan Rosemary dengan anggukan dan gelengan saja. Itupun dengan wajah yang terlihat datar. Seperti manusia tanpa nyawa.

Rasanya aneh karena Livi bisa merasakan perasaan Lilyana.

"Lumayan." jawab Livi lagi.

Sebenarnya dia ingin menjawab dengan sedikit lebih panjang. Tapi, Livi takut Rosemary akan mengira kalau majikannya ini gila. Jadi, Livi memutuskan untuk merubah kebiasaan Lilyana sedikit demi sedikit.

Orang kan tidak mungkin berubah dalam semalam. Yah, walau sebenarnya dalam kasus Livi dan Lilyana berbeda. Tapi, tetap saja akan aneh kalau Lilyana yang biasanya diam tiba-tiba jadi banyak bicara.

Rosemary tersenyum. Dia kemudian melangkah. Tangannya gesit membuka tirai dan pintu yang menghubungkan balkon dan kamar.

Livi menatap setiap gerakan Rosemary. Lantas, berpikir.

Melihat Rosemary yang membuka pintu balkon dan mengirimkan sarapan, sepertinya hari ini bukanlah hari eksekusi Lilyana. Karena orang yang akan dipenggal kepalanya tidak mungkin diberi sarapan terlebih dahulu, kan?

Dengan kata lain, Livi punya kesempatan untuk mengubah alur cerita ini. Masa bodoh jika alur cerita di buku juga ikut berubah. Toh, orang-orang yang membaca buku sialan ini pasti juga akan mengubah alurnya.

"Apa anda tidur nyenyak, Yang Mulia?" tanya Rosemary lagi.

"Iya. Bagaimana denganmu?" tanya Livi.

Dia merasa tidak enak karena terus menjawab pertanyaan Rosemary sedari tadi. Jadi, Livi memutuskan untuk ganti bertanya.

Rosemary yang sedang menarik tirai jendela terkejut. Dia kemudian tersenyum dengan lebar.

"Tidur saya nyenyak sekali sampai saya bermimpi kalau anda sudah berubah." katanya.

Livi tersenyum. Rosemary kembali tersentak.

Bukankah bekerja dengan Livi akan membuat umur Rosemary semakin berkurang? Wanita paruh ini kan terus saja tersentak sedari tadi. Livi jadi takut dia akan terkena serangan jantung nanti.

Kenapa Rosemary terus tersentak hanya karena tindakan kecil yang Livi lakukan? Menjawab pertanyaan dengan satu kata dan balik bertanya bukanlah hal yang aneh, kan? Ah, tentu saja itu adalah hal yang aneh untuk Lilyana.

Livi lupa kalau dia ada di tubuh Lilyana sekarang.

"Aku tidak berubah, Ray. Aku hanya menjadi lebih baik dari diriku yang kemarin." kata Livi.

Rosemary sepertinya sudah menyadari perubahan sikap Lilyana karena hal kecil yang Livi lakukan. Jadi, lebih baik berikan alasan yang masuk akal saja terkait perubahan sikapnya.

Senyum Rosemary semakin lebar.

"Itu bagus sekali, Yang Mulia. Saya harap anda terus berubah sampai anda tidak bisa lagi menemukan versi terbaik dari diri anda." kata Rosemary ceria.

Tidak Livi sangka kalau reaksi yang Rosemary berikan akan sebaik ini. Padahal, Livi pikir, wanita paruh baya ini akan menaruh curiga pada Livi.

Livi tersenyum.

Mungkin jalannya dalam mengubah alur cerita ini akan jadi sangat mudah. Karena tidak ada antagonis yang harus dia kalahkan dalam cerita ini selain pangeran pertama.

Tapi, apa benar tidak ada satupun antagonis selain pangeran pertama?

Karena di dunia yang dipenuhi dengan segala kepalsuan ini, akan ada satu dua orang jahat yang bersembunyi di balik topeng mereka.

I'm The Villain's And Hero's Mom✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang