Psycho Party -Phobia-

637 61 4
                                    

***

Tepat saat bibir Hye Mi dan Gong Chan bersentuhan, entah mengapa hati Leo merasa janggal. Pria itu ingin memberontak, Hye Mi adalah satu satunya korban yang masih hidup, dia harus mempertaruhkan nyawa Hye Mi demi apapun. Tapi itu bukan satu satunya alasan mengapa hatinya merasa aneh.

Sudah ratusan orang Gong Chan bunuh hanya karena dirinya. Leo merasa berdosa sekali.

Tidak... dia tidak boleh seperti ini..

Semua adalah korban, tak terkecuali Gong Chan. Leo sangat menyayangi pemuda yang menyayanginya itu, dia tahu Gong Chan sangat berhutang budi padanya. Tapi kali ini masalahnya benar benar runyam... dan rumitnya, Leo tidak berniat untuk menyalahkan Gong Chan. Lalu apa dan siapa yang seharusnya dia akhiri sekarang?

Air mata Hye Mi jatuh semakin deras membasahi bahu Gong Chan. Pemuda itu menyadarinya, melepas ciuman mereka perlahan, dan menatap Hye Mi lirih. "Apa kau mengerti apa yang ku rasakan..?"

Hye Mi menatap pemuda itu lembut. Dia bisa merasakan sendu dari binar matanya. Kesedihan, kehampaan, kehancuran, dan kepergian yang mengkombinasi hidup Gong Chan membuat wajahnya kadang terlihat sendu. Walau sebenarnya Hye Mi tidak mengenalnya, tidak mengerti siapa pemuda yang membunuh orang orang tersayangnya ini..

Ia ingin merengkuhnya..

***

"JAYDEN!! YA'!! BOCAH BRE****" Teriak Shin Dong kesal ke HP bututnya yang mungil, berharap si mpunya nama membalas panggilanya yang penting itu, ya.. penting, dia ingin menanyakan dimana voucher karaoke gratisnya yang ia titipkan ke Jayden waktu mereka memenangkan door prize di mall.

Pria tambun ini ingin kencan dengan tunangannya itu, dan karena uangnya tidak banyak.. maka hanya voucher itulah satu satu penyelamat hubungannya. Kebetulan malam minggu, pikirnya.

Shin Dong menghempas tubuhnya kasar kearah kursi empuknya, membuang nafas keras dan sekali lagi mencoba menelepon Jayden dengan kesabaran yang tersisa.

"Ahjussi?" Tiba tiba kepala seorang pria tampan menyembul dari balik pintu ruang kerjanya. Woo Hyun, si anak baru.

"Apa?! Kau tidak lihat aku sedang apa hah!" Bentak Shin Dong sebal, ditengah tengah kasus yang mendesak plus kekasihnya yang mengancamnya akan memutuskan hubungan mereka jika Shin Dong tidak mengajaknya date malam ini membuat urat kepala Shin Dong berdenyut tak karuan.

Woo Hyun tidak memperdulikan bentakan Shin Dong dan langsung duduk asal di depan meja Shin Dong sambil mengacak acak mejanya dengan senyum jahil. "Keponakan kurang ajar.." Batin Shin Dong bete.

"Oh iya, kenapa Ahjussie tidak bersama Jung Leo-ssi?" Tanya Woo Hyun tiba tiba.

Ya, Jung Leo, hanya Shin Dong lah yang memanggilnya Jayden, sesuai permintaan Leo.

"Aku tidak tahu dimana dia.. mungkin dia lagi kerja gila gilaan di TKP.. sampai teleponku saja tidak diangkat.." Keluh Shin Dong, Woo Hyun serentak kaget dan mencecar Shin Dong dengan beberapa pertanyaanya yang bernada polos.

"Huh? Bukankah Jung Leo-ssi sedang melakukan penyamaran di sekolah atas itu, Shin Ahjussie?"

Kali ini Shin Dong yang terkejut. "Mwo?! Dia tidak bilang apa apa padaku..."

"Aku juga awalnya tidak mengetahui itu, namun beberapa minggu yang lalu, saat aku pelatihan di TKP.. aku melihatnya memakai baju seragam SMA yang sedang ada kasus itu Ahjussi.."

"Begitu aku mendekat dan bertanya padanya.. dia pura pura tidak mengenaliku dan berjalan menjauh tanpa kata kata.." Woo Hyun mengelus dagunya sambil memasang wajah menyelidik.

"Kenapa kau baru bilang itu sekarang?!"

"A..aku pikir ahjussi sudah tahu.. memangnya kenapa? Apa yang akan terjadi pada Leo sunbaenim.."

Shin Dong bergegas mengambil mantel tebalnya, sebelum beranjak pergi dia menatap tajam kearah keponakannya itu. "Dia itu bodoh.. sekolah itu sedang berada dalam pembantaian berantai dan dia dengan bodohnya masuk kedalam lingkungan itu..kau pikir apa yang akan terjadi padanya nanti?

***

Ibu..

Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dipeluk ibu sama seperti anak kecil lainnya.. aku ingin disayang oleh ibuku sendiri.. aku ingin... ingin... ingin sekali....

Aku ingin Ibu tidak memukuliku, aku ingin ibu tidak mencecarku dengan bahasamu yang menyakiti hati kecilku..

Bagaimanapun aku masih anak laki lakimu Ibu..

Aku ingin dicintai ibu.. aku ingin ibu menangis karena khawtir akan hal kecil yang menimpaku.. aku ingin! Aku ingin semua itu terjadi padaku!

Ayah..

Siapa ayahku aku tak mengetahuinya dulu.... sehari hari yang ibu katakan bila aku menanyakan tentang sosok itu, ibu langsung diam beribu kata..

Apa yang salah dari hidupku Tuhan.. siapa aku? Bagaimana aku? Kenapa orang lain menghujatku gila?

Apa salahku? Apa kelahiranku membuat kalian tersiksa? Apa kelahiranku bagaikan aib bagimu ibu? Tolong jelaskanlah kenapa Ibu membenciku....

Aku menyayangimu..

Setiap malam aku menangis karena merindukanmu..

Aku ingin... seperti mereka,Bu..

***

Deg...

Mata Gong Chan membelalak begitu hati kecilnya diam diam mengatakan sesuatu.. jantungnya tiba tiba berdebar tak karuan, sekujur tubuhnya merasakan kenaikan suhu yang drastis.

Tangannya yang dingin mengusap kasar jantungnya, menyuruh agar benda kecil itu tenang sejenak sebelum dia berniat untuk menghabisi gadis kecil yang berbeda 4 tahun darinya itu.

Mengingat ibunya memang hanya bisa membuatnya menderita.

Hye Mi menatap Gong Chan sendu. Gadis itu bisa mencuri sedikit alur cerita sesuai dari percakapan Leo dan Gong Chan, dan terlebih sirat matanya.. menyimpan ribuan duka yang bahkan Hye Mi takut untuk menatapnya lebih dalam.

"Aku mencintaimu... "

Gong Chan menatap kaget kearah Hye Mi. Hye Mi tersenyum tulus kepadanya, tangan Hye Mi menggenggam tangan Gong Chan yang berada diatas dada Gong Chan.

" Aku akan selalu bersamamu, aku mengerti apa yang kau rasakan.. aku tidak seperti ibumu.." Ucap Hye Mi, hati Gong Chan seperti tersengat listrik saat mendengar kata 'ibu'.

Gong Chan menatap Hye Mi sungguh sungguh.

Tangan Hye Mi mengulur hendak memeluk punggung Gong Chan, Gong Chan yang mengerti apa yang Hye Mi inginkan menuruti permintaan gadis itu, dia menunduk dan membiarkan tangan mungil Hye Mi memeluknya, hangat.

Suatu kehangatan yang tidak pernah dia temui di hidupnya. Tak terasa air mata Gong Chan menetes perlahan. Jawaban dari setiap pertanyaan yang dia ajukan di semasa hidupnya sudah terjawab sebagian, disini.

Belaian di kepala membuat air mata Gong Chan semakin deras, pria itu mendekap gadis itu erat.

"Menangislah.. aku tahu hidupmu sangat keras... menangislah, semua sudah berakhir... aku akan terus bersamamu.. berhentilah melakukan semua ini.." Bisik Hye Mi lirih sambil mencium pucuk kepala Gong Chan.

Gadis itu berusaha berakting sebaik mungkin..

Pria itu harus merasakan jatuh kedalam jurang penderitaan yang Hye Mi buat untuk dirinya.


***

Wkwk, aneh gak chingu-deul? ._. efek dari buat ff thriller dibarengin sama novel romance nih ._. jadi kebalik balik deh wkwk *iyanih eke mau bua novel romance nanti baca yaa*promosi ilegal*, Kripik pedasnya mastah.. untuk *niatannya* 2 episode terakhir(?). Gomawoo..

Psycho PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang