Empat

521 21 0
                                    

Hari ini Jeonghan tidak memiliki jadwal bertugas. Dia sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik dalam rute yang sangat melelahkan sejak delapan hari yang lalu. Maka sebagai hadiah, dia mendapatkan jatah libur selama empat hari kedepan. Musim liburan memang musim yang melelahkan untuknya.

Senyumnya sangat lebar hingga terlihat sangat menyilaukan di mata teman-temannya sesama pramugari yang membalas lambaian tangannya dari dalam mobil milik maskapai tempatnya bekerja. Salah seorang di antara mereka, si pirang berisik bernama Seungwan membuka kaca jendela dan membalas lambaian tangan Jeonghan dengan acungan jari kurangajar. Melihatnya membuat Jeonghan bertolak pinggang meskipun tawa tidak meninggalkan bibirnya yang dipulas lipstik berwarna pink lembut.

"Aku akan melaporkan itu pada Park..."

Seong Seungwan tertawa jauh lebih keras dan kembali membuat gerakan kurangajar dengan jarinya. "Dan kau tahu dengan pasti kalau dia tidak akan peduli dengan itu."

Setelah saling melemparkan umpatan dan ledekan satu sama lain, mobil milik maskapai West Coast Air perlahan melaju meninggalkan kawasan perumahan tempat Jeonghan tinggal.

Jeonghan berbalik, menggeret kopernya dengan sedikit kesulitan karena dia masih mengenakan seragam bertugasnya yang ketat.

"Aku pulang..."  Meskipun sudah hidup terpisah dari orangtuanya dan membeli sebuah rumah menggunakan penghasilannya sendiri, nyatanya kebiasaan mengucapkan kalimat tersebut masih selalu Jeonghan lakukan kapanpun ia tiba di rumah berlantai dua miliknya. Meskipun ia tahu bahwa tidak ada penghuni lainnya selain dia seorang.

Yeah, sebenarnya ada seorang lainnya yang tinggal bersama dengannya di rumah bernomor dua puluh enam itu. Kekasihnya, Lee Minhyuk akan menghabiskan waktu bersama dengannya di rumah tersebut jika mereka berdua mendapatkan waktu libur yang sama.

Kekasihnya adalah seorang pilot dengan bar empat di maskapai yang sama dengan Jeonghan.

Setelah meletakkan koper besarnya diatas lantai kamar yang sedikit berdebu, Jeonghan melepas seragamnya dan menggantinya dengan celana pendek serta kaos milik Minhyuk yang pria itu sengaja simpan di dalam lemarinya.

Tubuhnya terasa luar biasa lelah. Perjalanan ke Eropa tidak pernah terasa menyenangkan. Berada di udara selama lebih dari dua puluh jam, dengan dua kali transit di dua bandara berbeda, jam tidurnya benar-benar terganggu. Dia tidak benar-benar bisa memejamkan matanya selama bertugas dan yang diinginkannya saat ini hanya merebahkan dirinya diatas ranjang.

Tapi sesuatu menahannya.

Sejak beberapa hari lalu, tubuhnya terasa jauh lebih lelah dari hari-hari biasa. Ia merasa mual, tidak berselera untuk menyantap makanan yang ada di hadapannya, emosinya bahkan menjadi lebih mudah meledak beberapa hari terakhir. Bahkan ia nyaris saja membentak seorang penumpang wanita yang meminta dibawakan kopi hitam saat tengah malam di penerbangan mereka.

Tadinya Jeonghan berpikir mungkin apa yang ia alami karena ia tidak bisa beradaptasi dengan mudah dengan hawa dingin Eropa atau makanan di sana. Tapi, kemudian teringat olehnya perkataan Seungwan beberapa waktu lalu saat mereka sudah berada di dalam kamar hotel.

"Kau dan Minhyuk... Kalian bermain aman, kan?!"  Satu pertanyaan yang keluar dari mulut Seungwan cukup membuat tubuh Jeonghan membeku selama belasan menit setelah ia mengeluarkan semua isi perutnya ke dalam kloset.

Jeonghan duduk mematung dengan telapak tangan berada pada tepi kloset, penglihatannya tidak fokus sementara otaknya berusaha mengingat kapan terakhir kali dia dan Minhyuk berhubungan, dan kapan terakhir kali Jeonghan mendapatkan tamu bulanannya.

"Sialan!"  Dengan cepat Jeonghan berlari kembali ke dalam kamar tidurnya, mengganti pakaian santainya dengan celana panjang dan juga mantel bepergian. Dia harus periksa, dan dia harus mengetahui kondisinya saat ini.

Jeonghan mengendarai mobilnya seperti orang gila, memarkirkan mobilnya di depan apotek dan membeli tiga jenis alat tes kehamilan berbeda dengan harga termahal yang ditawarkan dan dalam waktu singkat ia sudah tiba kembali di rumah.

Kaki putihnya berlari memasuki kamar mandi yang ada di lantai satu, kamar mandi yang ditujukan untuk tamu yang datang berkunjung.

Kedua tangannya gemetar hebat ketika ia membuka kotak pelindung alat tes kehamilan yang ada dalam genggaman. Dan debaran jantungnya semakin menggila, sulit sekali diajak bekerja sama.

Ini mudah. Seharusnya ini mudah untuk dilakukan. Jeonghan sering melihat cara menggunakan alat tes kehamilan di dalam serial TV yang sering ia tonton. Berbekal sedikit pengetahuan yang ia dapatkan dari adegan-adegan di TV, dalam hati ia mulai menghitung, tangannya menggenggam alat tersebut sementara tatapannya jatuh pada arloji yang ia kenakan. Kurang lebih satu menit, waktu yang ia butuhkan untuk mengetahui hasilnya.

Satu...

Dua...

Tiga... Napasnya seolah tertahan. Dengan perlahan Jeonghan membuka kelopak mata, dengan gerakan sangat lambat ia mengangkat alat tes dalam genggaman tangannya dan jantungnya berdebar semakin keras dari sebelumnya...

Kala ia melihat dua garis samar berwarna merah muda.

Tidak ada bantahan, tidak ada keraguan setelahnya. Jeonghan mengandung. Dan itu sudah jelas buah cintanya bersama Lee Minhyuk.... Ia tidak perlu mengetes kembali esok pagi, karena dia tahu, hasilnya tetap akan sama. Apa yang ia rasakan sejak beberapa hari---atau mungkin beberapa minggu lalu, bukan karena hawa dingin Eropa atau masakan khas Eropa.

PINWHEEL • JEONGCHEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang