Tiga

581 24 1
                                    

Suara alarm yang memekakkan telinga, aroma lezat masakan, dan suara keributan yang terdengar dari luar kamar membuat Jeonghan menggeliat diatas ranjang sekaligus menyumpah serapah.

Setengah kelopak matanya terbuka mencari eksistensi jam antik dari kuningan yang ada diatas nakas di sebelah ranjang. Jarum jam menunjuk ke angka delapan.

Tangannya meraba sisi sebelahnya, berusaha mencari eksistensi dari satu sosok yang sejak tadi malam berada di atas ranjang yang sama dengannya, yang setia mendengarkan cerita serta keluh kesahnya.

Tapi Choi Seungcheol tidak berada di sampingnya. Pria itu sudah bangun lebih dulu dan saat ini tengah menyiapkan sarapan untuk mereka nikmati berdua.

Satu hal lainnya dari Seungcheol yang Jeonghan senangi adalah, pria itu selalu bangun lebih awal hanya untuk menyiapkan sarapan jika mereka berdua sama-sama libur bertugas.

"Selamat pagi..."  Satu sapaan dengan suara serak yang Seungcheol ucapkan berhasil menghentikan langkah kaki Jeonghan. Ia berdiri di anak tangga terakhir masih dengan pakaian tidur berwarna hitam polos yang sangat kontras dengan warna kulitnya, rambutnya pun dicepol asal-asalan.

"Hei..."  Jeonghan membalasnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Tanpa kata, Seungcheol meminta Jeonghan untuk duduk di kursi makan sementara dia menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Jeonghan dengan senang hati melakukannya, duduk dengan menumpukan dagu pada meja makan sementara kedua matanya tidak lepas dari sosok Seungcheol yang kini menuangkan susu segar ke dalam dua gelas. Seungcheol selalu menghindari kopi di pagi hari. Perutnya tidak bisa menerima kafein dengan baik.

"Semangkuk besar sup jagung dan roti bawang..."  Bukan menu favorit Jeonghan sebenarnya, karena pencernaannya sedikit bermasalah setiap kali ia mengonsumsi jagung di pagi hari. Terlebih, bawang akan membuat napasnya beraroma sangat mengerikan. Tapi karena Seungcheol sudah berusaha untuk membuatnya dengan susah payah, yang Jeonghan lakukan adalah mulai menyuapkan sup krim jagung ke dalam mulutnya dan menikmati sarapannya dalam diam.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"  Seungcheol menggantung sendoknya di udara. Tatapannya beralih pada arloji mahal berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan. Jeonghan tahu arloji tersebut. Arloji yang Seungcheol beli karena arloji lamanya hilang saat dia bertugas ke luar kota.

"Aku harus menghadiri rapat dadakan dengan atasan..."

Mendengar jawaban Seungcheol tak pelak kerutan terbit di kening mulus Jeonghan. Ia ikut menggantung sendoknya di udara, kedua matanya menatap Seungcheol penuh rasa ingin tahu.

"Kenapa? Apa ada masalah?"

Seungcheol tersenyum tipis dan menggeleng, meyakinkan Jeonghan bahwa semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi Jeonghan tidak bisa dibohongi begitu saja. Dia berusaha menyebut nama Seungcheol hingga kali ketiga namanya disebut, Seungcheol menyerah. Pria itu mengerang pelan dan meletakkan sendoknya ke atas meja menimbulkan bunyi berdenting.

"Ini tentang salah seorang anak dari pemilik perusahaan Ling..."  Jeonghan menunggu sementara Seungcheol dengan sengaja menggantung kalimatnya. "Dia ditemukan tewas di kamar apartemennya saat berlibur di luar negeri..."

Napas Jeonghan tertahan seketika. "Kapan kejadiannya? Apakah media memberitakan kasus ini?"

Seungcheol menggeleng, raut wajahnya berubah menjadi sangat serius. "Mayatnya ditemukan tadi malam oleh petugas kebersihan hotel tempatnya menginap. Pihak keluarga belum ingin bicara dan meminta semua pihak untuk menutup mulut sampai penyebab kematiannya ditemukan".

Rasanya, jagung giling yang ada di dalam perut Jeonghan terasa berputar-putar bahkan menari salsa di dalam perutnya. Ia merasa mual dan ingin sekali memuntahkan semua isi makanannya yang sudah sempat ia telan.

"Lantas apa hubungan kematiannya denganmu?"

Kini Seungcheol mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Masalahnya, sehari sebelum mayatnya ditemukan, seseorang ditangkap karena kedapatan menyelundupkan narkotika di bandara setempat. Dan orang itu mengaku sebagai anak buah si,-"

"Anak dari Ling Taesuk... Aku mengerti,"  potong Jeonghan.

Seungcheol berprofesi sebagai petugas Bea Cukai di Bandara Internasional kota tempat mereka tinggal. Dia bahkan memegang jabatan eselon di instansinya. Jeonghan sendiri berprofesi sebagai seorang pramugari di salah satu maskapai komersil. Hal itu yang membuat keduanya sulit untuk mendapatkan waktu bersama.

Selepas pukul sembilan Seungcheol bergegas untuk pergi menghadiri rapat sementara Jeonghan memutuskan untuk pergi bersepeda. Sudah lama sejak terakhir kali ia bersepeda keliling lingkungan.

Seorang pria tua yang berdiri di seberang jalan ketika Jeonghan mengeluarkan sepeda melambaikan tangan. Dia Mr. Lee, seorang pensiunan angkatan laut yang kini berusia tujuh puluh lima tahun. Menurut rumor yang beredar, Lee menaruh hati pada Nenek Emma. Mengingat apa yang menjadi gosip hangat di antara para tetangganya membuat Jeonghan terkekeh.

Kaki jenjangnya terus mengayuh pedal, bibirnya tertarik hingga menjadi lengkung senyuman merasakan betapa segar udara pagi itu. Beruntung salju tidak turun dan matahari sedikit bersinar meskipun hawa masih terlalu dingin. "Jangan lupa memakai pakaian hangat, Sayang..."  Begitu ucap Seungche tadi sebelum pria itu melajukan mobilnya.

Suara klakson yang ditekan dengan cukup keras dari belakang membuat Jeonghan membelokkan sepedanya begitu saja. Ia nyaris terjatuh, membuatnya menyumpah-serapah.

Camaro berwarna silver berhenti tepat di sebelahnya. Berbagai macam makian sudah ia siapkan di bawah lidahnya, siap ia keluarkan untuk memaki siapapun pengendara mobil mewah tersebut.

Tapi ternyata, Tuhan gemar bermain-main dengan takdir seseorang... Tubuh Jeonghan membeku dan umpatannya tertahan di bawah lidah saat melihat dengan jelas siapa pemilik mobil mewah yang hampir saja menabraknya.

"Jeonghan?!"  Bahkan suaranya masih sama sejak terakhir kali Jeonghan mendengarnya. Bahkan tatapan dan senyuman simpul itu masih sama seperti empat setengah tahun yang lalu, saat mereka berdua memutuskan untuk berpisah.

Atau saat sosok tersebut memutuskan untuk pergi meninggalkan Jeonghan tanpa satu pun kabar setelah Jeonghan mengumumkan kabar kehamilannya.

PINWHEEL • JEONGCHEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang