Akhirnya, ada yang mau nerima Ano disini.
Ano harap, mereka bakal terus jadi temen Ano.
Rintis, Agustus 14.
_____________________Deliano semakin menancapkan gasnya menuju sekolah. Setelah sampai, ia memarkirkan motornya di depan toko kue yang kebetulan berdiri di samping sekolahnya.
Deliano lantas turun dari motornya, merapikan kembali pakaian agar terlihat lebih baik, ia mulai berjalan ke arah toko roti tersebut, untuk bertemu pemilik sekaligus penjaga toko.
"Ibu Lie? Ano izin ikut markirin motor Ano di sini, ya?" Tanya Deliano sembari tersenyum sopan.
Sang penjaga toko yang bernama Ibu Lie pun menganggukan kepalanya, mengiyakan.
"Iya, Nak Ano. Sok atuh," Jawab Ibu Lie singkat dengan senyuman ramahnya. Setelah mendapat jawaban, Deliano pun menganggukan kepalanya dan kembali meminta izin untuk segera pergi dari sana, ia harus sekolah. Lantas, Delianopun keluar dari toko tersebut dan berjalan menuju belakang sekolah.
Ia sampai, dan itu sesuai prediksinya. Pintu gerbang belakang sudah ditutup. Deliano tak ambil pusing, ia mengeluarkan handphone miliknya untuk memeriksa jam.
Ternyata waktu sudah menunjukan pukul 09.45. Ini waktunya istirahat. Deliano lantas menghubungi Arsenio untuk mengajaknya makan siang bersama seperti biasanya. Tentunya bersama 2 sahabatnya juga.
NOTE : ABAIKAN TIMESTAMP.
Setelah selesai, Deliano memasukan handphone ke saku celananya lagi. Ia bersiap untuk memanjat gerbang tinggi di depannya. Deliano dengan segera melemparkan tasnya ke balik gerbang tersebut.
Ia dengan cekatan memanjat gerbang itu dengan cepat. Sebelum ada seseorang yang melihat. Ia akhirnya berhasil memanjat tanpa diketahui orang lain. Deliano dengan segera memungut tasnya lagi dan berjalan menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deliano and His Dreams.
Teen FictionPERUBAHAN ALUR || REVISI Sinopsis : Deliano Adireksa Kalyndra seorang lelaki muda yang hidupnya dipenuhi tekanan orang-orang disekitarnya. Belajar adalah kegiatannya, merokok adalah kebiasaannya, dan bunuh diri adalah tujuan hidupnya. Namun, kejadi...