LD - O4.

270 146 149
                                    

Joanna, kita bertemu.
Terima kasih sudah mengobatiku.

- Deliano Adireksa Kalyndra
Amaraloka, Frentys.
__________________________________

__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alam Bawah Sadar.

Deliano terbangun, ia mengerjapkan matanya beberapa kali karena cahaya yang menyinari wajahnya. Ia terduduk dan membulatkan matanya kaget. Ia dimana? Kenapa ia bisa ada di sini? Ini dimana? Dan, dimana sahabat sahabatnya? Lalu siapa anak kecil di hadapannya ini?

"Hello? Kaka baik baik aja? Kaka luka? Kok tiduran disini?" tanya anak kecil tersebut kepada Deliano.

"Hah?" Deliano mengerjap bingung.

Deliano akhirnya bangun, Namun ia terjatuh kembali. Ia memandangi tubuhnya, pakaian berubah, perut bagian kanan tertusuk sebilah pisau, darah bercucuran membasahi pakaiannya. Deliano akhirnya meringis kesakitan sembari memegangi perutnya.

"Akh . . . Sialanhh," desis Deliano sembari mencabut pisau dari perutnya dan membuangnya ke sembarang arah.

Anak kecil perempuan yang sedari tadi memperhatikan pun, duduk menyamakan tingginya dengan Deliano.

"KAKA! KAKA, NGGA PAPA?" teriaknya sembari memasang raut wajah khawatir.

"BENTAR YYA KA! AKU PANGGIL KAKA AKU DULUU BUAT NGOBATIN KAKA!!" sambungnya sembari berlari untuk mencari pertolongan. Deliano yang melihatnya pun, memandang aneh.

"Monyethh, inihh apa-apaanhhh si, inii di manahh lagii, bangsathhh!" Deliano mencoba berdiri, namun ia kembali terjatuh.

Ia memaksakan dirinya sembari berpegangan pada pohon di belakangnya. Ia kembali berdiri, netranya tak lepas dari tempat dimana ia berada sekarang. Tempat ini, begitu cantik dan terasa begitu nyaman. Deliano akhirnya berjalan di jalan setapak tersebut sembari tertatih-tatih.

 Deliano akhirnya berjalan di jalan setapak tersebut sembari tertatih-tatih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-akhh . . . Shhh," Deliano terus meringis, darahnya terus mengalir kembali membasahi pakaiannya lagi. Ia meremas bagian yang terluka.

Deliano and His Dreams.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang