Part 5. A day with U

20 4 0
                                    


Up!!!


Happy Reading 🤗

*****

"Masih mau bandel, heum?" Ghifan mengulurkan tangannya yang menggenggam secangkir cokelat hangat.

Sejak siang tadi dia sibuk mengurus grupnya, beruntung Danira cukup sabar menunggu meskipun gadis itu sudah keluar sejak satu jam yang lalu.

"Apaan, Ira ga bandel. Minta sign kan tugas, lah emang pelanggaran?" bantah nya tidak terima

Kedua tengah berteduh didepan minimarket, dua puluh menit yang lalu mendung saat meninggalkan pekarangan sekolah berubah jadi hujan deras. Ghifan memang selalu sedia jas hujan, namun tidak dengan gadis disampingnya.

"Iya deh, Lo gak bandel!"

Bukan kali pertama laki-laki itu kalah dalam berdebat dengan Danira. Ghifan tidak mau ambil resiko dengan mempertahankan opininya, Danira mungkin bisa saja membencinya sebab sejak siang tadi mood putri maniak roti itu menjadi buruk. Belum lagi roti yang bantal yang biasa ia makan sedang kosong di minimarket sekarang ini.

"Mau makan yang lain aja? Didalam ada sosis, Lo kan suka sosis!"

Ia menggeleng, menyeruput perlahan cokelat hangat yang sudah berpindah tangan menjadi miliknya tadi.

"Gak, itu pedas. Ira belum makan nasi nanti Mama marah!"

Ghifan menunduk, menatapi cangkir kopi miliknya yang tinggal setengah. Ia mengulas senyum tipis, sesekali mengangkat pandangan kearah Danira.

"Lama-lama gue kayak bapak Lo!"

"Eh?"

Ia mengangguk, meyakinkan Danira jika ucapannya barusan memang benar menurut nya. Sementara si gadis mengerjapkan maniknya, pipi gembil seputih kertas itu sedikit turun sebab bibirnya melengkung keatas.

"Kata bang Arka kan emang Ghifan jadi papa nya Ira kalau bang Arka ga sama Ira!"

Ingatan Ghifan masih segar untuk kejadian 8 tahun lalu. Dimana gadis periang didepannya jatuh hancur kala mendengar sang ayah terlibat dalam kecelakaan pesawat saat sedang bertugas. Pertama dalam hidupnya mendengar jerit pilu Danira sebelum keluarga korban lainnya. Bukan hanya Danira yang kehilangan, anak lain juga kehilangan, namun hanya gadis itu yang dapat perlakuan berbeda, Sang papa dikutuk habis-habisan, bahkan sekolah saja ia jadi enggan sebab semua menyalahkan nya, bukan tepat nya Papanya.

"Lo nangis ya?" Tanya Ghifan panik, ia buru-buru meletakkan kopinya diatas meja, berlutut didepan Danira dengan raut bersalah.

"Astaga, maaf gue gak maksud Ra. Gue cuma ngerasa peran gue ternyata sepenting itu buat jaga Lo!"

"Iya, penting-hiks!" Jawab Danira lirih
"Makanya-hiks, kalau Ghifan-hiks marah, Danira takut!"

Ghifan memejamkan matanya, ia benar-benar salah kali ini. Danira yang jarang terlihat menangis akan sangat sensitif jika menyangkut Papanya.

Ia tak tahu harus apa, ingin rasanya memeluk Danira, memberi sedikit rasa hangat untuk meredam tangisnya. Mengingat mereka ditempat yang sangat terbuka besar kemungkinan mereka akan dikira pasangan tidak benar, norak dan tidak punya etika.

"Udah Ra, udah ya, jangan nangis. Ntar gue disangka buat yang nggak-nggak sama Lo!" Ghifan semakin panik, ia bahkan hanya menatap Danira menunggu tangisnya mereda.

.

.

.

"Ira?"

******

"Ghifan, Danira kenapa nangis?"

Ghifan menghela nafas, mencoba untuk tidak gugup meskipun sulit. Dihadapan nya bukan orang sembarangan, dia Arka - kakaknya Danira.

Lemonade 🍋 || YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang