21. Hold You

13 1 0
                                    


Up!

Happy reading 😀

*****

"Abis ini mau kemana lagi?"

Danira dan Ghifan belum selesai berkeliling sore memburu jajanan minimarket sampai kaki lima. Tidak jauh, sebabnya mereka tak menggunakan helm karena hanya seputar lingkungan komplek saja.

"Depan SD kita tuh masih buka gak sih?"

Gadis itu tak puas dengan satu kantung besar belanjaan cemilan dan satu kantung sedang yang berisi beberapa makanan seperti baso kuah, rujak jambu, dan sate.

"Udah jam 5, mana ada anak sekolahan lagi."

Ghifan melirik wajah Danira dari spion kanannya. Kembali muram, benar-benar tidak bisa dibantah — pikirnya

Seingat laki-laki itu periode si gadis masih 2 minggu lagi. Danira tidak pernah se menyebalkan hari ini sebelumnya. Atau mungkin bukan menyebalkan yang seperti sekarang, meskipun selalu menghabiskan uangnya untuk memenuhi mood jajannya.

"Yaudah, kita muter deh ke SD. Kalau ngga ada jangan nangis!"

Ia memutar kembali tujuannya, meski hanya beberapa langkah lagi pagar rumah Danira terlihat. Sembari melajukan motornya Ghifan berpikir, sekiranya alternatif apa yang harus ia lakukan jika benar tempat tujuan mereka selanjutnya tidak ada orang yang berjualan satupun.

"Ada Pan!" Teriak Danira

Kapan sih gadis itu berhenti berteriak?

Ghifan sedikit pening sebab telinganya yang tak terlindungi helm harus langsung menerima gelombang suara dadakan dari Danira.

Lupakan soal teriak, Ghifan sedikit kaget saat melihat beberapa pedagang jajanan anak sekolah masih melayani pelanggan.

"Turun, turun. Ira mau tahu!"

Danira segera turun dari motor begitu Ghifan berhenti. Sudah jadi kebiasaan, meskipun berhenti nya tepat di depan gerobak motor si penjual tetap saja ia tak mau membuat Ghifan keberatan menyangga beban dua orang saat motor tengah diam.

"Pak tahunya 2, masing-masing 7 ribu. Satu cabenya 1 satu lagi 5."

"Buat siapa yang cabe sebanyak itu?" Ghifan menekuk alisnya

"Buat Ira lah, kamu kan yang 1 kayak biasa ga gentle banget!"

Si penjual diam-diam tersenyum saat menggunting tahu yang sudah digoreng kosong itu.

"Jangan 5 pak, 3 aja nanti saya juga yang harus habisin kalau dia ga sanggup!"

"Iih, kok ngatur sih?" Danira merengek tak terima

"Lo jangan batu, tuh baso Lo juga pedas, ntar kalau keterusan maag Lo kumat!"

"Bener loh mba kata masnya, kalau kelebihan pedas terus bisa sakit lambungnya. Saya kurangi ya, ikut kata masnya?"

Penjual tahu itu menanggapi ramah, membuat Danira yang sebelumnya keras kepala perlahan mulai melunak. Ia langsung mengangguk, tanpa memprotes lagi.

"Pak kenapa jam segini masih ramai? Bukannya anak SD udah pada pulang ya?" Ghifan bertanya sekaligus mencairkan suasana canggung setelah berdebat dengan Danira

"Belum mas, masih ada kelas 6 yang try out. Lagipula pembelinya ga selalu anak SD, contohnya mas sama mbaknya!"

Ghifan terkekeh, "Iya juga, saya tamatan sini pak jadinya kangen suasana sore waktu SD!"

"Ira juga!" Sahut si gadis yang mulai tersenyum saat menerima tahu gejrotnya yang sudah siap.

"Jadi mas sama mbaknya temen kecil?" Tanya si penjual antusias

Lemonade 🍋 || YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang