.
.
.
tragedi depan toilet hampir terhitung dua bulan yang lalu, kehidupan (name) mulai berjalan normal setelah puas menangisi masa lalu di rumahnya, meski begitu (name) selalu diikuti banyak orang di sekola, ada yang ingin mengajak makan dll akan tetapi ia cuekin dan masa bodo.
'aku baru ingat, kok belum datang bulan ya dua bulan ini' batin (name) dan diam sejenak ' ah mungkin akhir bukan nanti juga datang' lanjutnya masih berusaha positiv, saat hendak masuk kelas ia terdiam lagi dan langsung pergi keluar sekolah untuk membeli test pack.
'ga bisa aku tuh positiv thinking' batin (name),ia segera pulang untuk mengecheck dan ternyata benar, benda itu menunjukkan 2 garis biru. (name) menghela nafas dan langsung membuang benda itu.
"sial"
shinsuke POV
aku dan aran hendak pergi ke GYM untuk mengikuti club volly,akan tetapi saat hendak pergi ke gedung GYM di lorong aku melihat kunci yang sangat familiar dilantai, aku mengambilnya dan melihat lebih teliti.
"ini punya (name)"ujar aran, melihat sekeliling.
"anak itu selalu tidak hati hati" lanjutku, lalu aku hendak berjalan ke kelas (name) untuk mengembalikan kuncinya yang memang sering kali ia teledor menghilangkannya. akan tetapi dikelas hanya ada tasnya dan anak yang sedang pikat.
"ada yang bisa kubantu, senpai?" tanya salah satu anak yang sedang piket.
"aku ingin mengembalikan kunci milik (name)" jawabku menatap anak itu.
"ah,kalau (name) chan sejak tadi siang ga keliatan, entah kemana" jawab anak itu melihat meja (name) yang hanya diisi tas milik (name), aran mendekati tas itu dan mengambilmnya.
"mungkin dia lagi club di GYM,ayo sekalian mengembalikannya" ajak aran,aku mengangguk dan pamit pada anak yang memberikan informasi.
"maa...(name) chan sejak awal tidak berubah ya, sering sekali teledor" kata aran membuka percakapan, aku mengagguk setuju. sejak kelas satu aku mengenalnya dia memang anak yang teledor akan tetapi sifat rajin dan bertanggung jawabnya itu bisa menutupi sifat buruknya.
'anak yang menarik' batinku dan tanpa sadar tersenyum.
"kau suka ya?" tanya aran melirikku.
"pft, mungkin kalau dibilang suka ya suka, akan tetapi aku lebih memilih menjadikannya adikku daripada menjadi pasangan" ucapku sambil menatap balik aran, tak terasa aku sudah sampai di gym dan segera mencari (name). satu persatu aku tanya keberadaan (name) padfa anak club volly putri, tapi nihil tidak ada yang tau dimana (name).
"bagaimana?" tanya aran yang sudah berganti baju, aku menggeleng.
"aku merasa terjadi sesuatu"gumamku,aran nampak berpikir dan memanggil osamu.
"kau hari ini bertengkar dengan (name)?" tanya aran pada osamu, yang ditanya mengerutkan alis dan menggeleng. benar benar aku punya firasat buruk tentang ini, aku segera melangkahkan kaki untuk pergi kerumah (name). meski kurang dekat, terkadang (name) mengajak anak volly putra untuk makan makan dirumahnya alhasil akupun tau dimana rumah (name). setelah berlari menuju rumah (name) ,akhirnya sampai di depan rumahnya. rumahnya nampak gelap tanpa satupun lampu yang menyala, aku mencoba mengetuk pintu tetapi tidak ada respon, dan saat mencoba membuka knop pintu ternyata rumah tidak dikunci, aku bergegas untuk masuk dan mengecek keadaan. karena tidak melihat sosok yang kucari, aku berinisiatif untuk menyalakan lampu dan mencarinya lagi, ternya a(name) sedang berada di samping kasurnya dengan memeluk lutut, aku menghampirinya dan duduk disebelahnya, nampak ia kaget dengan kehadiranku.
"ada apa?" tanyaku khawatir, akan tetapi dia hanya tersenyum mengejek.
"hee kita san bisa khawatir ya" ucapnya dan kubalas dengusan.
"dasar,kalau ada orang yang khawatir itu yang sopan sedikit" kataku menegur, akan tetapi dibalas helaan nafas oleh (name), aku mengusap kepalanya lembut.
"cerita saja padaku" ucap ku menenangkannya.
"aku lapar" ucapnya tanpa melihatku, aku terkekeh dan menarik tangannya untuk kedapu.
"ku masakkan, tapi kau harus bercerita nanti" ucapku menepuk kepalanya, ia mengangguk singkat.
(skip>>)
"apa maksudnya ini?" tanyaku melihat benda yang diberikan oleh (name), sebuah test dengan dua garis biru, dari semua keluh kesahnya yang memang kurang masuk akal,hanya ini yang tidak bisa kuterima.
"anak siapa?" tanya ku lagi, (name) cemberut dan menggaruk tengkuknya lalu membuang muka.
"jawab aku (name)" ucapku sambil menatapnya intens.
"osamu" jawabnya pelan akan tetapi masih bisa kudengar. aku memijat pangkal hidungku menghilangkan rasa pusing.
"lalu? kau tidak meminta pertanggung jawabannya?" tanyaku memastikan, akan tetapi ia malah menangis, aku menariknya untuk duduk disofa sampingku dan memeluknya untuk menenangkannya.
"aku hiks...aku sudah mencoba menjelaskan bahwa maki sialan itu hanya bermain main dengannya akan tetapi ia malah marah padaku kapan hari, dan tadi suna mengirimkanku sebuah rekaman yang ia berpura pura jatuh ditangga, tapi hiks tapi osamu malah memblock nomorku" jelas (name) sambil sesegukan, aku menghela nafas lelah.
"malam ini biarkan aku menjagamu, dan besok kita akan ke dokter untuk check" ucapku masih terus mengelus kepala (name), (name) mengangguk paham.
shinsuke POV end
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
pomise "Osamu X Reader"
Fanfictionbercerita tentang kehidupan percintaan osamu dan (name) 🔞