Miyagi Ryota

36 4 0
                                    

"Tadaima," ucap Ryota setibanya dirumah.

"Okaeri," jawab sang ibu saat menyambut putranya yang baru tiba.

Namun saat melihat bahwa anaknya sedang menggendong seseorang, ia pun langsung menunjukkan wajah bertanya-tanya.

Tidak terkecuali adik perempuannya yang juga keluar tiba-tiba dari kamar.

"Onii-chan okae____ri.... dare desuka (siapa dia) ?" Ucap sang adik yang terpaut 4 taun darinya.

"Teman sekolah. Malam ini dia akan menginap disini."

"Ada apa dengannya?"
Tanya sang ibu selidik.

"Dia hanya.... sedikit mabuk,"

"Ryota-kun,"

"Tenang saja, kaa-san (ibu). Dia anak baik. Hanya saja sedikit nakal."

"Aku percaya padamu," tatap sang ibu sedikit khawatir.

"Hm, aku mau ke kamar. Tolong jangan ganggu."

Sang ibu hanya bisa diam menatap anak tengahnya itu.

Hubungannya dengan sang putra memang bisa dibilang kurang baik. Sejak kematian suaminya, ia tidak terlalu dekat dengan anak laki-lakinya itu.

Terlebih saat anak sulungnya juga pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Ryota menjadi seperti orang asing baginya.

Ia merasa bersalah karena pernah mengabaikan Ryota selepas kepergian ayah serta kakaknya.

Karena itulah, anak itu juga jadi menarik diri darinya.

Seharusnya ia sadar lebih cepat, bahwa apa yang dilakukannya membuat anaknya tidak nyaman bahkan nyaris membencinya.

Itu membuat Ryota kecil harus kehilangan sosok ibu saat itu.

Ia ingin memperbaikinya, tapi Ryota sudah terlanjur menjauh darinya.

Ia menjadi sosok pemuda yang dingin dihadapan ibunya sendiri.

Disisi lain, Ryota tidak ingin begitu mempedulikan tatapan kekhwatiran sang ibu.

Ia masuk ke kamar lalu mengunci pintunya.

Ryota merebahkan Mitsui di kasur, lalu berganti baju.

Setelah itu, Ia melepaskan sepatu serta baju kemeja Mitsui dan membiarkannya hanya memakai kaos latihannya tadi dan celana panjang seragamnya.

Pemuda berambut ikal  itu kemudian keluar kamar untuk mengambil sebaskom air yang diisi es batu lalu kembali ke kamar.

Ryota sadar jika demam anak ini cukup tinggi. Ia menyadarinya saat kulit mereka bersentuhan tadi ketika Ryota menggendongnya di punggung.

Setibanya di kamar, ia mengambil handuk kecil dan mencelupkannya ke dalam air lalu memerasnya, untuk mengompres Mitsui.

Mitsui tampak sedikit mengernyit saat handuk dingin tersebut bertemu dengan keningnya.

Setelah senpainya itu tampak lebih tenang, Ryota memilih berkutat di meja belajar sambil membaca majalah sport yang baru ia beli kemarin.

"ungh____ juara.... Nasional...." Igau Mitsui dalam tidurnya.

Ryota yang mendengar itupun hanya memperhatikan sekilas dan tersenyum mendengarnya, lalu kembali pada bacaannya.

Satu jam pun berlalu.

Ryota mulai mengantuk. Tapi Mitsui justru menunjukkan gerakan-gerakan kecil. Pertanda akan bangun.

"Air..." Lirih Mitsui masih dengan mata terpejam.

Behind The Slam Dunk Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang