KEJUTAN

21 1 0
                                    

Bara sibuk memperhatikan perempuan yang berdiri disampingnya, perempuan itu nampak sangat cantik, anggun dengan kebaya putih dan kain yang membalut kaki jenjangnya, make up yang menegaskan kecantikannya dan tatanan rambut yang kali itu disanggul modern. Sesekali Bara tersenyum geli melihat perempuan cantik yang sedang menggandeng tangannya itu, dia terlihat sangat tegang, tidak ada senyum di bibirnya, yang ada malah kesan khawatir. Tangannya yang sedang melingkar di tangan Bara pun digoyang-goyangkan. Tampak beberapa kali dia mengatur nafas, untuk menghilangkan rasa tegang yang telah memuncak. Bara tersenyum lagi.

"Nggak usah takut gitu, nggak ada macan kok disini" ucap Bara kepada wanita yang langsung menatap Bara dengan tatapan kesal.

"Aku nggak takut, ini nervous tau!"

"Maurin sayang, ini cuma resepsi doang, santai aja" Bara menatap istrinya itu dengan matanya yang meneduhkan. Maurin ikut menatap Bara, pria yang telah mejadi suaminya beberapa jam yang lalu itu terlihat santai dengan resepsi pernikahan mereka yang akan dimulai beberapa menit lagi. Bara memang orang yang punya rasa percaya diri tinggi, berbeda dengannya. Untuk Bara bertemu ratusan orang merupakan hal yang biasa saja. Tapi bagi Maurin, itu seperti momok, Maurin tidak terlalu suka keramaian.

"Kenapa sih mesti ada resepsi gini!" Maurin semakin panik setelah melihat jam disamping kirinya, lima, tidak tiga menit lagi acaranya dimulai. Tidak hanya Bara yang tersenyum-senyum melihat tingkah istri barunya itu, tetapi juga empat saudara sepupu masing-masing dua punya Bara dan dua punya Maurin yang berdiri di belakang mereka sebagai pengiring pengantin.

"Hey,, I Love You, pakek banget!" Bara masih berusaha menghibur.

"Nggak mempan dodol!" rutuk Maurin.

Cup... tiba-tiba dan sangat cepat, Bara mengecup bibir Maurin yang hari ini memakai lipstick pink muda, meninggalkan warna pink tipis di bibirnya.

"Bar, nggak bisa nunggu sampai acara selesai yaa" ejek sepupu Bara yang berdiri tepat di belakang Maurin. Bara terkekeh.

"Kamu ngancurin semuanya! Dasar dodol! Pakek banget! Banget.. banget..." Maurin melepas tangan kanannya yang sedari tadi melingkar di tangan Bara dan langsung mencubit pinggang suaminya itu, Bara tidak menghindar, malah tertawa-tawa bersama dengan keempat pengiring pengantin yang sedari tadi mendapat tontonan drama gratis.

Inilah yang ditunggu-tunggu, kedua mempelai yang sangat berbahagia yang siap menyongsong hidup mereka yang baru, Umbara Cakrasena dan Anindya Maurin. Suara itu menggema dari balik pintu yang membisu di depan Bara dan Maurin. Maurin terkesiap, wajahnya berubah panik lagi, langsung mengatur posisi seperti semula, melingkarkan tangan kanannya di tangan Bara, berdiri tegak dan mencoba tersenyum walaupun terlihat sangat terpaksa. Bara menepuk pelan tangan Maurin yang melingkar di lengan kirinya, menatap wajah panik istrinya.

"Tenang aja, ada aku, 2 jam aja, dan acaranya selesai" Bara tersenyum, Maurin membalasnya sambil tersenyum kecil dan kaku. Pintupun terbuka, mereka berjalan beriringan, membelah tamu-tamu yang telah hadir, berdiri menyambut raja dan ratu semalam itu. Bara terlihat tenang sambil sesekali melihat ke kanan dan kirinya sambil menebar senyum bahagianya. Sedangkan Maurin hanya menatap ke depan, sambil terus berusaha mengeluarkan senyum terbaiknya yang tertutup oleh rasa nervous. Singgasana tempat mereka duduk masih berada sekitar 15 meter lagi. Rasanya Maurin ingin mengangkat kain dan berlari ke tempat duduknya itu.

"Kalau aku pingsan, langsung gendong aku ya" bisik Maurin kepada Bara yang masih sibuk menebarkan senyumnya ke ratusan tamu yang hadir.

"Ogah! tinggal aja, nanti juga ada yang gotong kamu,, Aaww" Bara berjengit pelan setelah mendapat cubitan dari Maurin, tetapi tetap sok cool sambil tersenyum.

"Nggak sayang, nanti aku yang gendong kamu kalau pingsan, hey, cinta sekali deh sama kamu" Bara kali ini berbisik sambil menatap Maurin, dengan tatapan hangatnya yang selalu Maurin suka, Maurin menatap Bara sambil tersenyum, mereka berhenti berjalan tepat di depan anak tangga yang akan membawa mereka ke tempat utama. Semua mata langsung tertuju pada dua pengantin yang tiba-tiba berhenti itu.

"Bar, Rin, ayo jalan" bisik pengiring pengantin dari belakang. Tetapi mereka masih diam. Masih saling menatap. Begitu juga dengan ratusan orang disana. Beberapa detik kemudian Bara melepas tangan Maurin, dengan cepat menarik kedua lengan jasnya, dan dengan satu tarikan nafas Bara menggangkat tubuh Maurin yang berbalut kebaya cantik itu, menggendongnya sampai ke tempat utama. Semua orang langsung bertepuk tangan, riuh dan sangat ramai. Bara tertawa, ini tidak ada dalam skenario, ini kejutan Bara untuk Maurin. Maurin menutup wajahnya sesaat dengan bunga yang ia bawa, kemudian melingkarkan tangan ke leher Bara sambil berucap pelan "Hey, cinta sekali juga sama kamu".

Acarapunberlangsung dengan lancar dengan banyak senyum dari Bara dan Maurin, bedanyasekarang sampai 2 jam kemudian Maurin sudah tidak nervous lagi. Dan bisatersenyum bahagia juga seperti Bara, suaminya.

Aku dan DiaWhere stories live. Discover now