LOLIPOP

5 0 0
                                    

"Aku mau kita cerai" ucap Maurin singkat seolah tanpa beban. Alis Bara langsung berkerut, tiba-tiba dia merasa ada yang menonjok dadanya, sakit sekali. Ujung bibirnya bergetar, dan pikirannya masih berusaha mencerna apa yang dikatakan Maurin barusan. Kata-kata Maurin itu membuatnya seperti melompat dari tempat yang tinggi dan mendarat tanpa alas apapun. Dia masih menatap Maurin yang juga menatapnya, namun tatapan perempuan itu sangat dingin, menusuk hati Bara.

"Hahaha... kamu, kalo ngelawak bisa lebih lucu lagi nggak Rin? Cerai? Cerai apaan sih? kita kan baru nikah tiga bulan.. kamu jangan ngomong yang aneh-aneh deh. Udah ah aku mau mandi dulu" Bara tertawa hambar sambil beranjak dari kasur, namun genggaman tangan Maurin menahannya. Bara ingin sekali berlari saat itu. bahkan ia tak ingin menganggap ini sebagai kenyataan.

"Aku nggak bercanda Bar, aku mau kita cerai, aku udah mikirin ini matang-matang selama seminggu penuh, aku udah nggak bisa hidup sama kamu lagi, kita cerai aja" Maurin mengatakan ini dengan wajah yang tegar, tak ada ketakutan sama sekali. Bara memejamkan matanya saat mendengar kata cerai yang diucapkan perempuan yang duduk di depannya itu.

"Kenapa?" Tanya Bara dengan bibir bergetar. Maurin menarik nafasnya dalam-dalam, dia melirik ujung kasur sambil menutup matanya, sebelum menatap mata Bara lagi.

"Aku nggak cinta sama kamu lagi"

"BOHONG!" Bara berteriak.

"Terserah kamu mau percaya atau nggak, yang pasti perasaanku untuk kamu hilang, aku nggak bisa terus-terusan maksain ini semua Bar, lebih baik kita cerai, ini lebih baik untuk kamu dan aku" Maurin berkata panjang lebar. Setiap kata yang diucapkannya sangat melukai hati Bara.

"Untuk aku dan kamu?? ngomong yang bener kamu Rin! ini bukan untuk aku, bahkan bukan untuk kamu juga!" Bara lalu pergi meninggalkan Maurin disana. Perasaannya sudah tak karuan. Apabila masih disana Bara yakin emosinya akan terpancing, dia tidak pernah mau bercerai. Bahkan memikirkannya saja tak pernah. Karena yang selalu Bara impikan adalah bisa hidup bahagia bersama Maurin sampai maut memisahkan mereka.

@@@

Bara menatap layar monitor computer tanpa melakukan apapun, dia menyatukan kedua tangannya dengan tatapan kosong. Pekerjaannya menumpuk, hampir setengah hari dan tidak ada satupun yang dia kerjakan. Pikirannya masih disibukkan dengan kejadian tadi pagi. Dia masih tak paham dengan apa yang terjadi, belahan jiwanya meminta berpisah tiba-tiba. Padahal tidak ada hal aneh yang terjadi sejak mereka menikah. Hanya pertengkaran kecil yang selalu diakhiri dengan sesuatu yang manis. Ini yang membuat Bara tak mengerti. Dia lalu membenamkan wajah pada kedua telapak tangannya. Sangat menyiksanya rasanya, setiap kali dia menutup mata bayangan Maurin selalu muncul, bedanya bukan dengan wajah manis yang dulu, tetapi dengan wajah dingin tadi pagi.

Maurin: Hallo, permisi, mas tolong dong ksi tau P'Bara klo istrinya lagi kangen berat, bs gak P'Bara gak lembur hari ini?

Mata Bara tak lepas dari ponselnya. Dia melihat sms yang dikirimkan Maurin 2 minggu yang lalu, masih hangat dan romantis. 2 minggu lalu dia ingat betul, senyum Maurin saat menyambutnya di rumah, memeluk dan menghujaninnya dengan ciuman. Bara merindukan saat itu, merindukan Maurin yang itu, merindukan Anindya Maurin yang sangat mencintainya.

Sebagian orang dikantor Bara sudah pulang, maklum saja waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Hanya beberapa orang memutuskan lembur, yang lainnya lebih memilih pulang untuk berkumpul dengan keluarganya. Biasanya, jika tidak ada pekerjaan yang mendesak, paling lama jam 7 Bara sudah memutuskan untuk meninggalkan kantor. Rasa tak sabar bertemu Maurin membuat semangat kerjanya meningkat, terlebih lagi saat dia dan istrinya itu berjanji menghabiskan malam berdua, Bara tak akan segan makan siang di depan layar komputernya. Namun berbeda dengan hari ini, beranjak dari tempat duduk pun dia enggan. Sampai saat ini, belum ada pekerjaan yang disentuhnya. Dia pun membiarkan perutnya perih karena belum satupun makanan yang masuk ke perutnya sejak tadi pagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Aku dan DiaWhere stories live. Discover now