Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➶-͙˚ ༘✶
Akhir-akhir ini banyak perubahan terjadi. Awalnya sang bulan akan datang ketika hujan saja kini bergerak melewati waktu menembus kepada siangnya matahari. Membuat mataharinya terlalu kesenangan menyambutnya.
Ran yang pada saat itu berjalan-jalan di mall dengan adiknya memperhatikan dari jauh seseorang dengan surai putih melambaikan tangannya padanya. Maniknya terkejut tak percaya.
"(M/n)!"
Karena spontan, Ran berlari pada (m/n) yang dengan terang-terangan menunjukkan dirinya padanya. Entah ada apa, tapi (m/n) tak seperti biasanya.
"Kau ... berjalan bersama dengan siapa?" manik (m/n) menajam dan bergulir pada seseorang disamping Ran yang baru saja mengejar Ran yang tiba-tiba berlari padanya tadi.
"Perkenalkan, dia adikku Haitani Rindou."
Mendengar jawaban Ran membuat wajah (m/n) tersentak namun langsung ternetralkan. Rindou menjabat tangan (m/n) dan bertanya-tanya dalam hati siapakan teman kakaknya satu ini? Kenapa dia tak pernah tahu?
Rindou tak sadar jika dia adalah sosok berjas hujan kuning yang selalu Ran temui dalam gang saat hujan turun.
"Kalau ... ah sepertinya kalian sibuk, aku─ "
Hendak saja pergi, tetapi tangan Ran menarik lengan (m/n). Dia menatap Rindou seakan memberinya kode untuk meninggalkan mereka berdua.
"Tidak kok, aku bahkan harus meninggalkan kakak siala─ maksudku kakak tersayangku disini karena ada pekerjaan." Rindou mencoba tersenyum untuk menyakinkan (m/n) dan langsung meninggalkan keduanya.
"Ayo, kau mau mengajakku kemana?"
Ran dengan semangat menarik lengan (m/n) entah kemana. (M/n) tertawa kecil dan menurunkan tangan Ran yang ada di lengannya, membuat Ran sedikit kecewa.
"Tidak ada, tapi mau menemaniku belajar?"
Tangan (m/n) menggenggam tangan Ran. Dia tahu reaksi Ran yang tadi berubah membuat Ran seperti anjing manis yang menginginkan sesuatu dari tuannya, menurut mata (m/n).
"Oh oke! Di cafe itu?"
Sekali lagi saat Ran kembali bersemangat, (m/n) membayangkan jika Ran memiliki ekor anjing yang mengibas-ibas. Terlalu imut menurutnya. Bahkan dia tak sadar jika dia membuang wajahnya untuk tidak menatap Ran.
"(M/n)?"
"Uh ... iya, di sana."
𝘨 𝘺 𝘱 𝘴 𝘰 𝘱 𝘩 𝘪 𝘭 𝘢
Ran menatap (m/n) dihadapannya dengan seksama. Kalau diperhatikan baik-baik, (m/n) tidak semenyeramkan di bawah hujan. Seakan-akan keduanya adalah orang yang berbeda. Wajahnya yang serius menulis di iPad-nya dengan kacamata serta kemeja hitam yang lengannya ditekuk hingga siku.
"Sial, ganteng banget." Ran menjerit mengatakannya dalam hati. Dia refleks menelusupkan wajahnya kedalam lipatan kedua tangannya.
Beberapa saat bergelut dengan pikirannya, Ran sedikit menaikkan kepalanya untuk menatap (m/n). Dan yang dia dapatkan adalah (m/n) yang tengah menyeringai menahan tawanya.
"Kenapa?"
(M/n) akhirnya tertawa. "Kau terlalu manis anjing bodoh hahaha."
Ucapan spontan dari (m/n) membuat wajah Ran memerah. Bahkan (m/n) sendiri tidak tahu apa yang tadi ia katakan. Dia hanya melontarkannya saat melihat Ran yang salah tingkah sendiri, padahal dirinya tidak memancingnya.
"Apa yang tadi kau pikirkan, hm?" tangan (m/n) mengusap-usap surai Ran. Membuat Ran semakin memerah.
"(M/n)!" Dia menepis tangan (m/n).
Sekali lagi (m/n) tertawa terbahak-bahak. Temannya satu ini memang suka menggodanya, ralat crushnya. Sialan, Ran ingin menghilang saja saat pelanggan lainnya menatap mereka sebab tawa (m/n) yang tidak dapat mengkondisikan suasana hening di dalam cafe. Untung sayang.