四; berhutang budi

806 147 4
                                    

➶-͙˚ ༘✶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➶-͙˚ ༘✶

Haitani Ran kini sering sekali bertemu dengan (m/n). Aneh tetapi Ran juga tidak tahu alasannya. Buronan seperti (m/n) yang sekarang sedang benar-benar di kejar-kejar polisi tentunya pasti akan menyembunyikan diri untuk beberapa saat.

Namun ... kita berbicara soal main character, sang psychopath yang hanya lembut kepada cintanya. (M/n)─dia tidak akan bersembunyi seperti pecundang, dia malah dengan terang-terangan menantang polisi. Bahkan tak memikirkan apa yang akan terjadi padanya nanti.

Sama halnya saat ini.

Dia tertawa seperti orang gila sambil berlari dari kejaran polisi. Tangan kanannya menekan perut kirinya yang terkoyak berdarah-darah.

"Iyaa! Kemarilah iya seperti itu, HAHAHAHA!"

Polisi yang mengejarnya lebih banyak dan bertambah banyak. Jalur pelarian yang biasanya ia pakai kini sudah dikepung oleh mereka. Bahkan gang yang hanya segelintir orang saja yang tahu sudah penuh dengan polisi.

Tes.
Tes.

Bersamaan dengan air hujan yang turun membuat becek dan darah (m/n) semakin mengalir. (M/n) memundurkan badannya hingga merasakan jika punggungnya menyentuh dinding gang. Sial, tamat.

Bukannya takut, (m/n) malah menyeringai lebar. "Kemari bodoh~!"

"Serahkan dirimu!" teriak salah satu dari mereka. Polisi dengan full armor semakin maju mendekatinya.

Tubuhnya yang mulai melemas dengan pandangan yang sudah mulai kabur. Akan tetapi pegangan tangannya pada tongkat bisbol yang sering ia gunakan semakin erat. Bibirnya tak henti-hentinya menyeringai.

"Pertarungan apa lagi yang kau berikan padaku, ahh~ ini yang paling mengerikan dan ... MENYENANGKAN!"

Bersamaan dengan teriakan suara (m/n) diakhir, (m/n) mengangkat tinggi-tinggi tongkat bisbol itu dan menerjang segerombolan polisi itu. Namun bagaimanapun itu hak yang tidak masuk akal jika dirinya menang.

D-DRORRDRR!

Banyak suara peluru bersamaan menyapanya, sontak (m/n) menutup matanya seakan ini memang sudah ajalnya. Tetapi dia tak merasakan sakit sedikitpun. Lantas ia pun kembali membuka mata.

Alangkah terkejutnya (m/n) ketika melihat segerombolan polisi itu mati dengan luka yang parah.

"Hei~~ kau baik-baik saja, (m/n)-kun?"

Menatap siapa pelakunya, membuat (m/n) tersenyum lebar dan tertawa.

"Yo! Ran!" tangannya melambai-lambai seperti anak kecil. Di belakang Ran terdapat banyak anak buahnya yang harusnya tadi merekalah yang menembak polisi sialan tadi.

Ran menghampiri (m/n) dan mengambil tangan kanannya dan meletakkannya di bahu Ran untuk memapahnya perlahan-lahan sebab Ran melihat perut (m/n) yang terkoyak oleh benda tajam jelasnya.

"Kau berhutang budi padaku, (m/n). Sebaiknya kau membalasnya huh!" Ran tersenyum tetapi tatapannya lirih ke arah depan. Dia sedikit menyesal karena terlambat.

(M/n) tersenyum kecil. Kakinya terhenti membuat Ran jika berhenti. Tangan kanannya menekan kepala Ran untuk menatapnya.

Cup.

(M/n) mencium bibir Ran. Ran sempat terkejut, namun tak bisa bergerak sebab (m/n) membuka paksa mulutnya dan bermain dengan lidahnya. Menekan kepala Ran untuk memperdalam ciuman mereka.

"Nghh...," Ran menutup matanya ketika melihat manik hitam (m/n) tajam mengarah padanya. Jantungnya berdetak lebih kencang dan wajahnya memanas.

(M/n) mengakhiri ciumannya. Menatap Ran yang masih terengah-engah sama halnya dirinya. Dia tersenyum dan mengusap-usap kepala Ran.

"Aku sudah membayarnya hutangku, jadi tolong rawat aku-nee Ran-san~"

Nafas Ran cekatan, dia membuat wajahnya kesamping dan tak berani menatap (m/n). Dia mengangguk kecil.

(M/n) tertawa kecil melihatnya dan kembali mengusap-usap surai Ran dengan gemas.

"(M/n) bodoh!" teriak Ran dalam hatinya.

22 04 2023

𝐆𝐘𝐏𝐒𝐎𝐏𝐇𝐈𝐋𝐀 haitani ran ! male r.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang