Happy Reading
Ernest menggendong El untuk masuk kedalam, melihat Papa dan Bundanya yang sedang bersantai sambil menonton TV di ruang keluarga.
"Loh adek kenapa, Bang?" Tanya Fira saat melihat anak bungsunya sedang di gendong oleh si sulung.
Ernest menggelengkan kepalanya, urat-urat di lehernya masih terlihat jelas, menandakan jika ia masih terlihat kesal.
Berjalan masuk kedalam lift tanpa mengucapkan sepatah katapun, membuat pasutri itu dilanda kebingungan.
Bara dan Fira yang melihat tingkah aneh Ernest segera menyusul anaknya, perasaan mereka tidak enak dan sepertinya memang ada masalah dengan kedua anaknya itu.
Fira segera masuk kedalam kamar El, melihat Ernest yang sedang duduk di bawah ranjang sambil mengelus-elus pipi merah El dengan wajah marah.
Fira baru menyadari jika di pipi kanan El tercetak telapak tangan, sebab kulit El yang putih sangat terlihat jelas.
"Abang ada apa sayang?" Tanya Fira khawatir.
Ernest menengok ke belakang, melihat Bundanya yang sedang khawatir akibat melihat dirinya yang duduk di bawah.
Ernest segara bangkit lalu menerjang tubuh Fira, untungnya dengan sigap Bara menahan tubuh Istrinya agar tidak terjungkal ke belakang.
Ernest menangis tanpa mengeluarkan suara, air matanya terus saja keluar, ia masih tidak terima adiknya yang selalu ia jaga mendapatkan kekerasan didepan matanya langsung.
Fira diam, membiarkan Ernest menenangkan dirinya terlebih dahulu.
Di saat itu pula Bara pergi ke pojok ruangan dekat balkon kamar El untuk menelepon seseorang.
"Cari tau masalah tentang kedua anakku" Setelah mengatakan itu Bara segera mematikan teleponnya sepihak tanpa mau mendengarkan jawaban dari yang di teleponnya.
Ernest melepaskan pelukannya, sekarang bukan waktunya untuk menangis.
Ia menatap ke arah Bara, sepertinya paham dari tatapan yang di berikan oleh Ernest, Bara langsung mengangguk.
"Titip Adek, Abang ada urusan" Setelah mengatakan itu Ernest langsung keluar dari kamar El.
"Abang mau kemana?" Tanya Fira namun Ernest sama sekali tidak menjawab dan berjalan buru-buru.
El terganggu dengan suara bisik-bisik namun matanya masih tetap terpejam.
Fira mendekat lalu mengelus pipi merah El.
Bara sudah tau dalang di balik permasalahan anaknya, tadi setelah kepergian Ernest ia mengecek ponselnya dan mendapatkan info dari bawahannya tentang perilaku kekerasan terhadap anak bungsunya.
Mengeraskan rahangnya, menahan amarahnya agar tidak meledek, ia harus bisa mengendalikan dirinya sekarang.
"Sayang" Panggil Bara pelan, melihat kesedihan di mata istrinya.
"Mas, El kenapa?" Tanya Fira dengan suara yang parau
"El ga papa, aku titip El sebentar ada yang harus aku urus" Fira menganggukkan kepalanya, mencium kening sang istri sebelum pergi meninggalkan kamar El.
Sedangkan di lain tempat, Ernest sedang berada di sebuah bangunan tua namun di dalamnya banyak sekali orang-orang yang sedang bekerja.
Dari luar memang terlihat bangunan tua dan kumuh namun jika kalian sudah masuk dalam hitungan detik dalam bangunan itu terlihat seperti mansion. Mewah dan luas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELBARACK
Ngẫu nhiênALANGKAH BAIKNYA SEBELUM BACA FOLLOW AKUN INI TERLEBIH DAHULU DAN JANGAN LUPA VOTE Cover by pinterest