Dua Puluh Lima

12.7K 789 84
                                    

0o0
Happy Reading
























Ernest menggendong El untuk masuk kedalam, melihat Papa dan Bundanya yang sedang bersantai sambil menonton TV di ruang keluarga.

"Loh adek kenapa, Bang?" tanya Fira saat melihat anak bungsunya sedang di gendong oleh si sulung.

Ernest menggelengkan kepalanya, urat-urat di lehernya masih terlihat jelas, menandakan jika ia masih terlihat kesal. Berjalan masuk kedalam lift tanpa mengucapkan sepatah katapun, membuat pasutri itu dilanda kebingungan.

Bara dan Fira yang melihat tingkah aneh Ernest segera menyusul anaknya, perasaan mereka tidak enak dan sepertinya memang ada masalah dengan kedua anaknya itu.

Fira segera masuk kedalam kamar El, melihat Ernest yang sedang duduk di bawah ranjang sambil mengelus-elus pipi merah El dengan wajah marah. Fira baru menyadari jika di pipi kanan El tercetak telapak tangan, sebab kulit El yang putih sangat terlihat jelas.

"Abang ada apa sayang?" tanya Fira khawatir.

Ernest menengok ke belakang, melihat Bundanya yang sedang khawatir akibat melihat dirinya yang duduk di bawah. Ernest segara bangkit lalu menerjang tubuh Fira, untungnya dengan sigap Bara menahan tubuh Istrinya agar tidak terjungkal ke belakang.

Ernest menangis tanpa mengeluarkan suara, air matanya terus saja keluar, ia masih tidak terima adiknya yang selalu ia jaga mendapatkan kekerasan didepan matanya langsung.

Fira diam, membiarkan Ernest menenangkan dirinya terlebih dahulu. Di saat itu pula Bara pergi ke pojok ruangan dekat balkon kamar El untuk menelepon seseorang.

"Cari tau masalah tentang kedua anakku" setelah mengatakan itu Bara segera mematikan teleponnya sepihak tanpa mau mendengarkan jawaban dari yang di teleponnya.

Ernest melepaskan pelukannya, sekarang bukan waktunya untuk menangis. Ia menatap ke arah Bara seperti paham dari tatapan yang di berikan oleh Ernest, Bara langsung mengangguk.

"Titip Adek Nda, Abang ada urusan" setelah mengatakan itu Ernest langsung keluar dari kamar El.

"Abang mau kemana?" tanya Fira namun Ernest sama sekali tidak menjawab dan berjalan buru-buru.

Eughh, El terganggu dengan suara bisik-bisik namun  matanya masih tetap terpejam. Fira mendekat lalu mengelus pipi merah El.

Bara sudah tau dalang di balik permasalahan anaknya, tadi setelah kepergian Ernest ia mengecek ponselnya dan mendapatkan info dari bawahannya tentang perilaku kekerasan terhadap anak bungsunya. Mengeraskan rahangnya, menahan amarahnya agar tidak meledek, ia harus bisa mengendalikan dirinya sekarang.

"Sayang" panggil Bara pelan, melihat kesedihan di mata isterinya.

"Mas, El kenapa?" tanya Fira dengan suara yang parau

"Syutt, El nggak papa. Aku titip El sebentar ada yang harus aku urus" Fira menganggukkan kepalanya, mencium kening sang isteri sebelum pergi meninggalkan kamar El.

Sedangkan di lain tempat, Ernest sedang berada di sebuah bangunan tua namun di dalamnya banyak sekali orang-orang yang sedang bekerja. Dari luar memang terlihat bangunan tua dan kumuh namun jika kalian sudah masuk dalam hitungan detik dalam bangunan itu terlihat seperti mansion. Mewah dan luas.

"Tuan muda" sapa bodyguard serempak sambil membungkukkan badannya. Biasanya jika Tuan mudanya sudah datang ke markas berarti ada masalah yang harus ia tangani sendiri.

"Dimana jalang itu" tanya Ernest menatap tajam para bawahannya jangan lupakan sisi gelapnya yang sudah keluar sejak ia pergi meninggalkan mansion.

"Wanita itu ada ruangan bawah tahan Tuan, namun berada di ruangan paling ujung" jawab bodyguard kepercayaan Ernest. Robert.

ELBARACK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang