Laki-laki yang tidak tahu malu.

135 20 0
                                    

"Eiji-sama, bangun. Ini sudah pagi."

"Hmm... One minute~"

"?... Apa yang kau katakan, Eiji-sama? Huh, baiklah, aku... Kya!"

Saat Kanao ingin membuka selimutnya, Eiji menariknya ke dalam selimut.

"Jangan pergi. Diluar dingin kau tau."

"Tapi... Aku ingin mandi..."

Eiji mengulurkan tangannya ke pinggangnya, memeluknya dengan erat, dan meletakkan dagunya di atas kepalanya.

"Kanao-Chan... Adalah bantal... Favorit ku... Zzzz..."

"Erm... Eiji-sama, kau tidur?"

Kanao tidak menoleh ataupun bergerak, dia tidak ingin membangunkan Eiji, tapi merasakan pernafasannya yang teratur, dia tau Eiji sudah tidur.

Kanao tersenyum dan menutup matanya. Lalu dia berbisik.

"Terimakasih untuk segalanya, Eiji-sama. Aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah kau lakukan."

Kehangatan yang dia rasakan sudah cukup baginya. Dia tidak mengharapkan apapun lagi selain tetap seperti ini selamanya.

Tanpa disadari, mereka tertidur sampai siang hari.

Bangun, Eiji meregangkan punggungnya dan menguap, lalu keluar dan berjalan ke ruang makan.

"Selamat pagi..."

"Eiji-sama, ini sudah siang. Pergi ke belakang dan cuci muka."

Kanao, yang memakai apron, berkata selagi memasak sesuatu di atas kompor api.

"Ohh..."

Eiji pergi ke belakang untuk membasuh muka, lalu kembali dan duduk di atas meja pendek.

Makanan sudah siap di atas meja.

Lalu Kanao datang dan membawa mangkok nasi.

Eiji tiba-tiba mencubit dagunya dengan ekspresi serius di wajahnya.

'aku rasa ada sesuatu yang salah di sini...'

"Eiji-sama, ini."

"Oh, terimakasih. Hmm... tunggu sebentar. Ini salah. Benar-benar salah."

"Salah? Apakah ada yang salah?"

"Tentu saja. Bukankah seharusnya aku yang mengurus hal yang seperti ini, bukan sebaliknya?"

Kanao tertawa kecil setelah mendengar itu.

"Itu tidak salah. Eiji sama sudah mengurusku sebelumnya, aku sangat berterima kasih tentang itu. Untuk kali ini, biar aku membalas kebaikan Eiji-sama."

"... Itu tidak lebih tiga tahun, beberapa umurmu sekarang?"

"Hmm... dua belas tahun."

"Dua belas... jadi sudah lima tahun kah..."

Eiji mengambil dan meminum sup miso nya, dan seperti biasa, dia memberikan komentarnya.

"Berapa kali pun aku memakannya, ini benar-benar enak."

"Terimakasih, Eiji-sama... Selamat makan."

Kanao menepuk tangannya dan mulai makan. Di sampingnya, Eiji melirik ke arahnya selagi menyuap nasinya.

Tidak seperti di manga, Kanao saat ini dengan lancar berbicara, dan dia tidak perlu untuk melempar koin untuk memutuskan sesuatu.

Tidak ada perubahan kepribadian. Kepribadiannya seperti apa yang dia ketahui, baik dan lembut. Tapi untuk Kanao ini, bisa dibilang, kondisinya disaat dia sudah bertemu dengan Tanjiro, yang tidak perlu memutuskan apapun dengan koin lempar.

reincarnation with dimension group chatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang