Klub Relawan.

433 66 16
                                    

Ruangan itu kosong dan putih. Meja dan kursi yang ditumpuk di bagian belakang. Hanya alat belajar, tidak ada peralatan khusus untuk disebut ruang klub.

Tempat gudang? Tidak. Tempat itu bersih. Terutama ada seorang gadis yang sedang membaca buku di atas kursi, seolah-olah tidak peduli dunia kiamat, gadis itu membaca buku dengan wajah yang tenang.

"Sensei, bisakah kau melepaskan aku sekarang?" Eiji mengeluh, " Aku terlihat seperti benda yang ingin dibuang."

Setelah mengatakan itu dia mengangkat tangannya, "Aku tidak akan lari, janji. Dimana letak kepercayaan?"

"Pah!" Shizuka meludah, "Kepercayaan sudah rusak sejak lama."

Eiji hanya menghela nafas, pasrah pada dirinya, seperti induk kucing yang membawa anaknya, menyeret- nya ke dalam.

Di belakang mereka, ada laki-laki dengan mata yang terlihat seperti ikan mati, terus melirik ke arahnya sambil mengikuti langkah Shizuka.

Posturnya bungkuk, menundukkan kepalanya saat berjalan, dan terlihat sangat menyedihkan.

Beberapa menit untuk sampai.

Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Shizuka menarik pintu hingga terbuka, dan tanpa salam, dia langsung masuk ke dalam ruangan.

Baru saat itu Shizuka melepaskannya, dan dia segera merapikan kerahnya yang kusut, lalu melihat sekeliling dan mendarat di gadis yang diam.

Menyadari ada yang datang, gadis itu meletakkan pembatas buku pada bukunya, mengangkat kepalanya, dan menghela napas.

"Bukankah aku sudah mengatakannya untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?"

"Aku sudah melakukannya, tetapi kau pasti tidak menanggapinya." Jawab Shizuka, tidak ragu dalam perkataannya.

Eiji tanpa sadar berkata, "Tapi Sensei tidak mengetuk-"

Hanya saja siku mencuat ke perutnya.

Meskipun tidak ada rasa sakit, Eiji tidak berani lagi mengatakan apapun, dan memilih untuk diam.

Tapi tidak untuk Laki-laki bermata ikan itu, dia mengernyitkan alisnya, dan keringat dingin jatuh di dahinya.

(Apaan dengan itu?! Sangat menakutkan! Jadi Sensei selama ini berbaik hati denganku? Aku akan mengingatnya, terimakasih atas kemurahan hatinya, Sensei.)

Laki-laki itu mengatupkan tangannya dalam benaknya.

"Jadi, ada apa dengan laki-laki yang kebingungan itu?" Tanya gadis itu sambil menatapnya dengan dingin.

"Dia mau bergabung."

Hiratsuka menoleh, dan kemudian menjelaskan, "Sebagai hukuman atas hasil tugasmu, kau harus bergabung dalam klub ini."

Laki-laki itu tanpa sadar menundukkan kepalanya, dan memperkenalkan dirinya.

"Aku murid kelas 2-f. Hikigaya Hachiman."

Shizuka mengalihkan pandangannya ke gadis itu dan berkata,

"Yah, dia memiliki hati sebusuk matanya, membuatnya keliatan sedih dan kesepian. Aku ingin dia bergabung untuk memperbaiki masalahnya itu."

"Aku menolak." Gadis itu memeluk tubuhnya, dan matanya terlihat jijik saat melihat Hikigaya Hachiman. "Di balik matanya aku merasakan sesuatu yang jahat. Aku tidak ingin tubuhku ternoda olehnya."

"Tenang saja. Meskipun matanya seperti itu, dia tidak akan melakukan sesuatu yang membawanya ke ruang pemeriksaan. Anggap saja dia sebagai lalat kecil."

"Bisa Sensei sebut saja aku bisa membedakan antara benar dan salah, 'kan?" Timpa Hikigaya Hachiman.

"Lalat ya... Aku mengerti."

reincarnation with dimension group chatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang