Rain menggeliat pelan, perlahan membuka matanya yang terasa berat. Ia mengucek matanya dan bangun perlahan.
"Hngg? Kok aku bisa ada di kosan?" gumam Rain yang masih setengah sadar. Seingatnya, ia tertidur dihalte bus, dan sekarang ia berada dikosannya?
"Apa Javero ya?"
Ceklek
Pintu kamar kosan Rain terbuka dengan pelan. Javero masuk membawa kresek bening.
"Eh, Jav?" dahi Rain menyerngit. "Kamu yang bawa aku ya?"
Javero mengangguk. "Lo tuh kenapa bisa sampe tidur dihalte sih? Kalo ada orang jahat gimana? Kalo sampe waktu lo tidur ada yang ngapa ngapain lo, gimana?"
Rain merengut. "Iya maaf, aku ga sengaja ketiduran."
Javero menghela nafas. "Yaudah sini, gue beliin makanan buat lo. Cuci muka dulu."
Rain menurut, ia masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci muka. Setelahnya menghampiri Javero.
"Maaf ya."
Javero menoleh pada Rain, menatap yang lebih mungil dengan dahi menyerngit. "Maaf kenapa?"
"Aku ngerepotin kamu. Kamu pasti risih ya?"
"Enggak, gue gak risih. Udah gak usah mikir macem macem, makan aja." kata Javero, Rain menghela nafas dan mengangguk.
Sejujurnya Rain merasa takut.. Ia takut jika sifat Javero yang baik padanya hanya sementara. Ia takut jika Javero hanya berpura pura baik padanya, padahal sebelumnya Javero selalu kasar dan tak sudi berdekatan dengannya.
Sifat Javero yang berubah mendadak seperti ini tentunya membuat Rain keheranan. Walau ada rasa senang kala Javero tak lagi bersikap kasar, tapi tetap saja Rain heran, apa yang terjadi hingga menyebabkan Javero berubah seperti ini?
Dan juga Rain lihat lihat, hubungan Javero dengan Shella tampak merenggang. Rain tak pernah lagi melihat Javero yang bermesraan dengan Shella. Malah ia lihat Javero tampak risih dan tidak nyaman saat berdekatan dengan Shella.
"Jav.." ditengah tengah mengunyah makanan, Rain menoleh kearah Javero yang tengah memainkan ponsel dan duduk disebelahnya. Fyi, mereka ini duduk disofa yang didepannya ada meja kaca.
"Hmm?" Javero menutup ponselnya dan menatap Rain.
"Kamu.." Rain gigit bibirnya, jujur agak ragu mengatakannya.
"Kenapa, Rain?"
"Kamu.. gak lagi pura pura kan?" tanya Rain pelan.
Dahi Javero menyerngit. "Pura pura apa?"
"Ya.. pura pura?"
Javero merasa gemas karena Rain yang berbicara setengah setengah. "Iya pura pura kenapa??"
"Pura pura baik ke aku, kamu kan sebelumnya gak gini.."
Javero diam sesaat, menghembuskan nafas berat, tangannya secara tiba tiba terangkat memegang kedua bahu Rain agar si mungil menatap kearahnya. "Raine, gue sama sekali gak ada pemikiran untuk pura pura baik didepan lo. Gue bersikap gini karena gue sadar, kalo lo itu orang yang baik. Gue gak mau mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.
Maafin sikap gue yang dulu, gue akuin gue dulu jahat sama lo. Gue sering bersikap kasar sama lo, gue sering ngomong yang gak baik ke lo, gue sering bersikap semena mena sama lo. Tapi sekarang, gue mau perbaiki semuanya, Rain. Gue gak mau menyesal lagi. Lo mau maafin gue?"
Rain menatap tepat pada manik kelam Javero yang menatapnya dengan lembut, ia tidak menemukan kebohongan disana.
"Kamu... serius?"
Javero tersenyum, ia mengangguk, mengusap pipi berisi Rain yang halus dengan lembut. "Gue serius Raine.."
Jantung Rain berdegup amat kencang. Wajahnya memanas dan perutnya tergelitik seolah ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Ia tak mampu hanya sekedar mengalihkan perhatian dari Javero, seolah ia terkunci dalam manik kelam Javero yang entah mengapa membuatnya tenang.
"Percaya sama gue, ya?"
Oh Tuhan, Rain rasanya mau meleleh mendengar nada lembut dan dalam yang diucapkan Javero. Ia mengangguk patah patah, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Javero benar benar membuatnya tak berdaya.
Javero jauhkan tangannya dari pipi Rain, beralih menggenggam tangan mungil Rain, mengusap punggung tangan yang lebih kecil dengan ibu jarinya.
Oke cukup, Rain sudah tidak kuat lagi. Rain ingin mengibarkan bendera putih tanda ia sudah menyerah.
"Javerooo udahh dongg, jantung aku detak kenceng bangettt.." Rain merengek kecil lantaran sudah kepalang frustasi dengan afeksi yang diberikan Javero. Siapa yang akan tahan diperlakukan seperti ini oleh orang yang kita sukai? Jika ada yang tahan patut diberi penghargaan.
Javero terkekeh kecil. Ia bawa satu tangannya untuk merangkul bahu Rain. Rain sudah pasrah, ia tanpa sadar bersandar pada bahu Javero. Dengan jarak sedekat ini, Rain dapat mencium aroma parfum yang Javero kenakan, yang entah mengapa, begitu menenangkan.
Javero menunduk, menghirup aroma rambut Rain yang wangi stroberi. Walau ia tak suka dengan buah itu, tapi entah kenapa wangi stroberi yang menguar dari rambut Rain membuatnya candu untuk menghirup lebih lama.
"Aku percaya sama kamu, Jav.." suara Rain begitu pelan, untunglah Javero dapat mendengarnya karena suasana yang hening.
Javero menarik kedua sudut bibirnya, berikan sebuah kecupan singkat dikepala Rain. "Thanks."
TBC
WKWK, MAAF BGT KALO CRINGE 😭😭🙏
jujur aku ngetiknya geli sendiri 😭sorry for typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Past || Jaemren
RomanceKembali ke masa lalu? Memangnya bisa? Hal itu lah yang dialami Javero yang baru saja mengetahui kebusukan sang tunangan, ia kembali ke masa lalu setelah mengalami kecelakaan. Haruskah ia memperbaiki kesalahannya? warn[❗] ✦₊ bxb ࿐ ✦₊ fluff ࿐ ✦₊ non...