06

1.4K 209 35
                                    

"Kamu udah putus sama Shella?"

Javero yang tengah mengunyah roti terdiam sebentar dan melirik sang mama, kemudian mengangguk dan kembali mengunyah.

Sang ibu bernama Yura itu memicing tak percaya. "Masa sih? Mama gak percaya, kamu kan bucin bukan main ke Shella sampe mama aja berani kamu lawan."

Javero terhenyak, ia tatap Yura dengan perasaan bersalah. Diotaknya begitu banyak perasaan bersalah pada sang ibu yang sudah melahirkannya. Ibu yang di masa depan sering kali ia buat kecewa dan menangis. Javero tidak mau mengulang hal bodoh itu lagi. Cukup sekali saja ia kecewakan Yura.

"Maaf ma, Jav khilaf." gumam Javero yang masih dapat didengar Yura.

Yura tersenyum tipis, mengusak surai legam anak tunggal kesayangannya itu dengan halus. "Mama cuma mau yang terbaik untuk kamu, nak. Mama yakin, Shella bukan perempuan baik seperti yang kamu kira. Dia didepan kamu memang berperilaku manis, tapi didepan mama dia kurang ajar dan gak bisa berperilaku sopan sama orang yang lebih tua." kata Yura.

Javero mengangguk. "Iya ma, aku tau. Maaf ya aku sering ngelawan mama cuma demi Shella?"

"Mama selalu maafin kamu. Udah sekarang cepet dihabisin sarapannya terus berangkat sekolah."

"Iya, aku juga sekalian mau jemput Rain."

Yura yang sedang mengoleskan selai ke rotinya lantas mengernyit, dan menatap sang anak heran.

"Kamu kesambet sesuatu, nak? Tumbenan kamu mau jemput Rain, biasanya kamu gak pernah mau?"

Javero meringis. "Y-ya itu kan dulu!"

Yura menggeleng gelengankan kepalanya pelan. "Kamu sama Rain kan udah kenal dari kecil, walaupun kamu selalu nolak kehadiran Rain, tapi mama yakin Rain itu anak yang baik. Mama sebelumnya pengen kamu pacaran sama Rain, cuma kamunya malah pacaran sama orang lain, padahal mama liat kamu sama Rain itu cocok banget." ujar Yura, Javero tercengir kikuk

"Hehe, iya.." Javero jujur tidak tahu harus menjawab seperti apa, jadi ia hanya mengiyakan saja. "Aku udah selesai sarapan, aku berangkat dulu ya, takutnya telat soalnya kan aku juga harus jemput Rain."

"Iya, hati hati, jangan ngebut!"

"Siap!"

Hanya butuh waktu tidak sampai 15 menit Javero sampai dikosan Rain. Ia melepaskan helm nya dan turun dari motor, kemudian menaiki tangga karena kamar kos Rain berada dilantai 2 paling ujung.

Sampai didepan kamar kosan Rain, Javero mengetuk pintu kayu kamar beberapa kali, namun tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

Dahi Javero mengernyit, tidak mungkinkan Rain belum bangun? "Rain! Rain lo udah bangun kan?"

Masih tidak ada jawaban dari dalam. Javero mengetuk agak brutal pintu kayu itu. Memakan waktu sampai 2 menit barulah pintu kamar kosan Rain terbuka, memperlihatkan seorang pemuda dengan wajah agak pucat juga rambut berantakan dan masih mengenakan piyama bermotif babi yang tampak lemas.

"Rain? Lo sakit?" Javero reflek meletakkan punggung tangannya didahi Rain, ia agak berjengit karena merasakan dahi Rain yang panas. "Lo sakit, kenapa gak bilang?"

Rain menggeleng lemas. "Kamu berangkat aja Jav, nanti kamu telat."

Javero menggeleng. "Gue absen aja, gue mau jagain lo."

"Jangan, kamu harus tetep masuk."

"Rain—"

Rain tetap kekeh menggeleng, melarang Javero untuk tidak sekolah hanya demi dirinya. "Aku gak mau kamu absen gara gara aku. Sekolah ya? Aku sekalian boleh titip absen?"

"Tapi lo lagi sakit Rain." ujar Javero yang dilanda rasa khawatir.

"Gapapa, nanti siang paling udah mendingan. Udah sana pergi, nanti kamu telat." dengan tubuh yang lemas, ia berusaha mendorong Javero untuk segera pergi. Javero berdecak, menahan tangan kurus Rain yang berusaha mendorongnya.

"Iya gue sekolah, udah berenti, lo gak ada tenaga sok sokan mau dorong gue." kata Javero yang mendapat cebikan bibir dari Rain.

"Istirahat ya? Jangan lupa minum obat, nanti gue pesenin makanan, okey?"

"Hngg, udah sana cepet berangkat!"

"Iya bawel. Lagi sakit aja masih tetep bawel." Javero bergumam diakhir, tidak ingin Rain mendengarnya. "Kalo ada apa apa hubungin gue ya?" lanjutnya.

"Umhhh." Rain mengangguk patuh.

Cup

"Gue berangkat dulu." setelah mengatakan itu, Javero langsung berlalu pergi, tidak repot repot ingin melihat reaksi Rain atas apa yang baru saja ia lakukan.

Tubuh Rain menegang karena baru saja merasakan sesuatu yang lembab mendarat didahi nya selama 2 detik. Ia tak mampu merespon dan bergerak bahkan saat Javero sudah pergi dari hadapannya.

Pipi yang pucat itu sedikit berubah warna menjadi merah, sang empunya masih syok ditempat dengan wajah syok.

"Ta-tadi Javero, cium.. aku?"






TBC

udah sebulan keknya ika ga update book ini wkwk, mmaaf ya pendek, ika ngetiknya sambil nahan ngantuk smpe hampir ketiduran beneran 🙏

bonus pict jaemren xixixi

bonus pict jaemren xixixi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Past || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang