Rain bosan. Ia tidak tahu harus melakukan apa saat ini, jadi ia hanya goleran dikasur nya dengan bibir seperti bebek.
"Akhhh bosennn! Keluar aja lah!" Rain bangkit dari ranjang. Mungkin jalan jalan sebentar bisa mengurangi rasa bosannya saat ini.
Tok tok
Baru saja ingin membuka lemari pakaian, pintu kamar kosannya diketuk. Dahi Rain mengernyit, ia mendekati pintu dan membuka pintu berbahan kayu itu.
"Ehhh, Javero? Kok kamu kesini?"
Javero berdiri didepannya sambil merapikan sedikit rambutnya yang berantakan.
"Mau ngajak lo jalan."
Mata Rain berbinar cerah. "Ihh kamu tau aja aku lagi bosen dan emang pengen jalan jalan!! Ayo ayoo, tapi aku siap siap dulu yaa? Ehh kamu masuk dulu!" Rain bergeser dan mempersilahkan Javero untuk masuk. Ia langsung bergegas mencari pakaian dan menggantinya dikamar mandi.
Javero mendaratkan bokongnya disofa, menunggu Rain bersiap siap.
10 menit kemudian, Rain sudah selesai bersiap. Ia tampak begitu manis saat ini, membuat Javero tak kuasa untuk tidak mengembangkan senyum tipis. Tangannya terangkat mengusap surai halus Rain.
"Emang kita mau kemana?"
"Gatau, terserah lo aja, gue ngikut."
Rain berdecak. "Gimana sihh? Kan kamu yang ngajakkk."
"Kita ke mall aja gimana? Main di timezone?" tanya Javero. Rain mengangguk cepat.
"Bolehhh! Ayo kita main ke timezone ajaa!"
"Ihhh!! Kok gak masuk masuk!! Ring nya kurang besar inii!! Seharusnya masukkk!!"
Javero tersenyum geli melihat Rain yang terus mengomel karena tidak dapat memasukkan bola kedalam ring basket. Mereka sudah 20 menit berkeliling di timezone dan memainkan permainan yang ada disini.
"Jevaro kok bolanya gak masuk terus sihh!"
"Lo ngelempar nya jangan pake emosi." Javero tidak ada niatan ikut bermain, melihat Rain yang saat ini terus mengomel saja sudah cukup baginya.
"Ahh udahlah! Gak mau main lagi!" Rain merengut dan menghentakkan kakinya kesal. Javero tertawa dan mengusak gemas surai Rain.
"Lucu."
"Hngg? Apa? Kamu bilang apa?" Rain sebenarnya mendengar apa yang Javero ucapkan, ia hanya memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
"Lo lucu."
Pipi yang berisi itu memerah. Si empunya pergi begitu saja meninggalkan Javero karena merasa malu.
"Rain kok gue ditinggal!" Javero buru buru mengejar Rain yang berjalan dengan cepat.
"Kenapa ninggalin gue?" Javero berhasil menarik lengan Rain. Pemuda yang lebih pendek darinya itu mendongak dengan pipi yang memerah.
Javero lantas terkekeh geli. "Salting ya?"
"Apasihh! Enggakk!" Rain memukul dada bidang Javero sambil mengalihkan perhatian kearah lain. Enggan menatap pemuda tampan itu.
"Lo kenapa gemes banget sihh!"
"Akhhhh! Javero sakittt!!" Rain memukul tangan Javero yang mencubit gemas pipinya. Bibirnya mengerucut dan menatap Javero tajam.
"Hahaha, mau main lagi gak nih?"
"Maulah! Tapi kamu nya ngeselin!"
"Iyadeh maaf yaa, yaudah yuk lanjut main, mau main apa hm?" Javero merangkul Rain, yang dirangkul menegang dan mendongak menatap Javero yang terlihat biasa saja.
"Jav—"
"Main itu aja tuh, capit boneka." Javero membawa Rain mendekati permainan capit boneka. Boneka didalamnya tampak lucu lucu.
"Ihhh boneka yang itu lucu banget, mirip kamuu!" Rain menunjuk sebuah boneka kelinci dengan ukuran yang sedang.
Setelah memasukkan koin, Rain mencoba fokus untuk mendapatkan boneka kelinci yang menarik perhatiannya. Javero ikut memperhatikan, lebih tepatnya memperhatikan wajah Rain yang tampak serius. Entah kenapa terlihat berkali lipat lebih menggemaskan.
"Yahhh.." Rain mendesah kecewa. Ia tidak berhasil mendapatkan boneka kelinci itu bahkan setelah 4 kali mencoba.
"Coba gantian." kini Javero yang mencoba. Percobaan pertama gagal, namun percobaan kedua Javero berhasil mendapatkan boneka kelinci yang Rain inginkan.
"Nih."
"AAAAAA JAVERO MAKASIH!!" Rain melompat dan memeluk Javero dengan penuh bahagia. Javero yang mendapat pelukan mendadak itu menegang seketika.
"Huhuhu aku seneng bangett! Kamu hebat!!" Rain melepas pelukannya pada Javero dan memberikan jempol pada pemuda tampan yang lebih tinggi darinya itu. Javero masih dengan keterkejutannya dan tidak merespon Rain.
Rain memeluk boneka kelinci itu dengan senyum yang mengembang. "Hihi, mirip kamu tauuu!" Rain mensejajarkan boneka kelinci disamping wajah Javero.
"Aku kasih nama.. apa yaa? Javero menurut kamu boneka ini aku kasih nama siapaa?"
Javero mengerjap, menatap Rain dan boneka yang dipeluk Rain secara bergantian.
"Nana?"
"Hngg?"
"Gimana kalo Nana?" kata Javero, mata Rain berbinar setuju.
"Aku setuju! Namanya lucu! Sekarang nama kamu Nana ya?" Rain menatap boneka kelinci yang sudah diberi nama Nana, kemudian ia peluk erat.
"Makasihh ya Jav!"
Javero mengangguk. "Lo seneng?"
"Umhh!" Rain mengangguk semangat. "Ayo kita main yang lain lagi!"
Javero mengusak surai Rain, kemudian menggenggam tangan yang lebih kecil darinya itu dengan nyaman.
"Yuk."
TBC
berapa lama aku ga update book ini? sampe udah berdebu 😭
maaf yh, janji deh update nya ga akan lama lama lagi 🙏
btw kalian adakah yang kangen sama book iniii??
KAMU SEDANG MEMBACA
Past || Jaemren
Roman d'amourKembali ke masa lalu? Memangnya bisa? Hal itu lah yang dialami Javero yang baru saja mengetahui kebusukan sang tunangan, ia kembali ke masa lalu setelah mengalami kecelakaan. Haruskah ia memperbaiki kesalahannya? warn[❗] ✦₊ bxb ࿐ ✦₊ fluff ࿐ ✦₊ non...