02

1.6K 262 15
                                    

Javero aneh, benar benar aneh.

Rain tidak tau apa yang terjadi pada Javero hingga sikap lelaki itu berubah drastis, yang semula tak suka akan kehadirannya dan tak segan segan bersikap kasar, kini mulai melembut. Tak ada lagi Javero yang terkadang bicara padanya saja seolah tak sudi. Javero yang biasanya menatap wajahnya saja segan, kini malah terus membuat Rain salah tingkah karena Javero selalu menatap matanya.

"Javero.. kenapa kamu liatin aku begitu banget?" Rain menunduk dengan pipi yang agak merona.

malu hehe..

"Gak boleh?"

"Y-yaa jangan begitu juga natapnya, kamu kayak mau nelen aku." kata Rain dengan gamblang. Javero tertawa pelan, tangannya terangkat dan mengusap surai Rain dengan lembut.

Btw, mereka saat ini sedang ada di perpustakaan. Awalnya hanya Rain yang sedang membaca untuk memperbaiki nilainya yang akhir akhir ini menurun, namun tiba tiba saja Javero datang dengan membawa susu pisang kesukaan. Padahal sudah ada aturan bahwa di perpustakaan tidak boleh membawa makanan dan minuman.

"Udah belum?"

"Apanya?" dahi Rain menyerngit.

"Belajarnya."

"Udah sih, nanti aku lanjutin lagi dirumah." Rain menutup buku yang tadi ia baca. Ia akan meminjam buku ini untuk dibawa pulang.

"Yaudah ayo keluar. Lo gak laper apa?" kata Javero seraya berdiri.

"Sedikit, tadi kan aku minum susu dari kamu." balas Rain.

"Minum susu doang mah mana kenyang. Ayo cepet."

"Sabarr ih!" Rain memicing sebal dan menatap Javero sinis. Yang ditatap menaikkan sebelah alisnya, kemudian terkekeh.

"Gak serem lo begitu Rain, yang ada malah lucu."

"Isss! Taudehh!" Rain berjalan melewati Javero. Javero yang sekarang benar benar tak baik untuk kesehatan jantung Rain. Perkataannya kelewat manis. Membuat Rain jadi takut jika sikap Javero belakangan ini hanyalah rekayasa..

Menyadari pikirannya yang sudah kemana-mana, Rain menggeleng.

"Gak gak, gak boleh overthinking Rain!"

Sedangkan Javero yang melihat Rain menggeleng-gelengkan kepala menyerngit bingung.

Berusaha untuk tidak berpikiran yang tidak tidak, Rain bergegas menghampiri penjaga perpus untuk meminjam buku dan dibawa pulang. Setelah mencatat namanya dan beberapa keperluan lain, Rain keluar dari perpustakaan, disusul Javero yang mengekor dibelakangnya.

"Mau langsung kekantin?" tanya Javero.

Rain menoleh, tampak berpikir. "Eummm, kekelas dulu deh, aku mau taruh buku, ribet kalo dibawa-bawa." kata Rain, Javero mengangguk.

"Oh yaa, Shella mana? Tumben kamu gak sama dia?" kini giliran Rain yang bertanya.

Javero berdecak. Mendengar nama itu entah kenapa membuat Javero kesal. "Gak tau, udahlah gak usah bahas Shella."

Rain mengatupkan bibirnya. Apa ia salah bicara? Nada bicara Javero terdengar sangat kesal. Duh, ia jadi tidak enak kan.

"Okey, maaf.." gumam Rain pelan.

Kelas Rain selesai paling akhir dari kelas lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas Rain selesai paling akhir dari kelas lainnya. Kini Rain sedang membereskan buku-bukunya dan memasukkannya kedalam tas.

Barulah setelah selesai membereskan buku-bukunya, ia beranjak keluar kelas untuk segera pulang. Karena dilihat lihat, sepertinya sebentar lagi akan hujan.

"Javero udah pulang belum ya.."

"Eh tapi tadi aku liat ada Shella sih, kemungkinan udah pulang.." gumam Rain. Memperhatikan area sekolah yang sudah lumayan sepi. Parkiran pun sudah sepi, murid murid sudah bersiap pulang. Rain juga tidak melihat motor Javero. Karena setahunya, hari ini Javero membawa motor.

"Ojol aja lahh." Rain berjalan cepat keluar dari pekarangan sekolah, menuju halte yang jaraknya hanya beberapa meter dari sekolahnya. Ia akan menunggu disana saja.

10 menit Rain duduk disana, namun ia belum mendapatkan ojol. Hujan perlahan mulai turun dengan langit yang menggelap.

"Duhh batre ku tinggal dikittt.." Rain panik. Jika ponselnya mati, bagaimana ia pulang? Sudah mana kosannya jauh dari sekolah.

Ting

Bunyi notifikasi terdengar, Rain buru buru mengecek pesan, hingga nama Javero tertera dilayar.

Javv

dmna? udh pulang?
|| 17.10

belumm ಥ‿ಥ
|| 17.10

loh? kok blm? lo
masih disklh?
|| 17.10

iyaa, aku masih disklh, lagi
kejebak hujan
|| 17.11

lo nunggu dmn?
|| 17.11

aku nunggu dihalte
deket sklh
|| 17.12

tunggu dsna, gue jmput
|| 17.12

ehhh?? gakk usahhh javv
|| 17.13

javvv
|| 17.13

javeroooo
|| 17.13

Karena  nomor Javero sudah tidak aktif, Rain mematikan ponselnya. Ia menghembuskan nafas dan bersandar pada tiang.

Rain memeluk tubuhnya sendiri kala hawa dingin benar benar menusuk kulitnya. Sudah mana ia tidak memiliki jaket dan hanya memakai pakaian seragam yang agak tipis, dinginnya sampai membuat Rain menggigil.

10 menit menunggu kedatangan Javero, mata Rain terasa berat sampai matanya benar benar tertutup.

Tak berselang lama, sebuah mobil mewah berhenti didepan halte bus. Sang pemilik mobil turun dari mobil dengan menggunakan payung bening, berlari kecil menghampiri Rain yang baru saja tertidur.

Javero menggelengkan kepalanya. "Bisa bisanya dia tidur disini.."

Tangan Javero menyelip diantara lipatan kaki Rain dan leher belakang Rain, kemudian membawa si mungil kegendongannya dengan perlahan, berusaha agar tidak membangunkan Rain.

Walau sedikit kesusahan karena menggendong Rain dan memegang payung, Javero berhasil membaringkan Rain dikursi belakang. Kemudian dengan secepat kilat ia masuk kedalam mobil, mengusak rambutnya yang sedikit basah terkena air hujan.

Javero melirik kebelakang, dimana Rain tampak tertidur pulas dengan diselimuti jaket miliknya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

"Lucu.."


TBC

sumpah yaa, aku tuh kesel bgt sampe pengen nangis 😭
sebelumnya udh ngetik sampe 1000an word, eh tiba tiba ilangggggg gitu aja, terpaksa aku ulang lagi dari awal 🙂

jadi maaf bgt kalo part ini acak acakan, abisnya mood aku udh terlampau jelek, bener bener ga mood ngetik, plus jd lebih pendek padahal td udh 1000an word 🙃

sorry kalo ada typo

Past || JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang