CHAPTER 52: Koper.

7.1K 590 51
                                    

VOTE!!!
KOMEN!!!
FOLLOW!!!

IG: wahyuadisaputra10
TikTok: callmeadi69
YouTube: MEJIKUHIBINIU OFFICIAL

Jangan jadi silent reader!
Budayakan vote dan komen!

***

Biru Alvaro's POV
Sudut Pandang Biru Alvaro

.
.
.

Dan pada akhirnya, keegoisan lah yang menang. Keegoisan orang tua kami lah yang akhirnya, bener-bener memisahkan gua dan Ari. Memisahkan buah hati kami dari sosok ayahnya. Yaitu, Aridamar Putra.

Entahlah... Gua bingung menghadapi apa yang terjadi sekarang. Gua bingung ini salah siapa? Keegoisan orang tua kami atau keegoisan gua dan Ari?

Yah, gua merasa egois. Begitu pun Ari. Kami merasa egois dengan membuat orang tua kami menyetujui dan nerima hubungan ini. Gua paham, orang tua kami akan sulit menerima hubungan yang tabuh ini. Tapi, setabuh apapun itu, hubungan ini adalah bukti nyata tentang kebesaran sebuah cinta. Walau hubungan ini nggak normal, nggak bisa dipungkiri ada cinta yang sangat besar dalam hubungan kami. Dan cinta kami suci. Sama seperti cinta yang dimiliki pasangan normal pada umumnya.

Hubungan kami nggak minta untuk diterima oleh semua orang yang di dunia ini. Yang kami minta cuma, hubungan kami ini dapat diterima oleh keluarga kami sendiri, walau itu berat dirasa.

Kami berbuat egois karena kami memiliki anugerah yang Tuhan berikan dalam perut gua ini. Yah, sang buah hati. Malaikat kecil kami. Buah hati kami nggak salah apapun. Ia nggak tau apapun. Yang salah kami sebagai orang tuanya. Jadi, meski keluarga kami nggak bisa nerima kami, yang kami minta setidaknya, mereka memikirkan keberadaan buah hati kami ini.

"Pulang, Bir! PULANG!!!" bentak Mama yang menarik paksa gua untuk pergi dari kediaman keluarganya Ari.

Walaupun Ari mencoba untuk menangkan dan membuat Mama gua mengubah keputusannya, itu sia-sia aja. Nggak ngaruh untuk Mama. Mama tetap berdiri kokoh dengan keputusan dan pendiriannya.

Perkataan dan penolakannya Om Damar memang cukup menyakitkan untuk kami. Gua mengerti akan hal itu. Tapi, itu nggak berlaku buat Mama. Mama nggak memaklumi dan nggak menerima perbuatan Om Damar. Ia kecewa dan marah atas perbuatan Om Damar.

"Nggak, Tan... Tante, please... Jangan kayak gini. Aku nggak mau pisah sama Biru, Tan. Hiks..." Ari menangis sedih sambil menahan kami untuk nggak pergi dari rumahnya.

"Ari! Biarin mereka!" tegas Om Damar yang melarang Ari menahan kami.

Pada akhirnya, Mama berhasil menyeret gua keluar dari kediaman keluarga Ari. Gua nggak bisa untuk memberontak kali ini, karena badan gua pun nggak mendukung untuk ngelakuin itu. Gua masih lemas. Gua hanya bisa berteriak dan menangis agar kami nggak dipisahin dengan cara yang mengenaskan kayak gini.

"Masuk mobil." suruh Mama ke gua untuk masuk ke dalam mobil.

Gua pun hanya bisa nurut mengikuti perintah Mama untuk masuk ke dalam mobil sambil menangis sedih.

DEP!!!
Mama menutup pintu mobil dengan kencang, setelah gua masuk ke dalam.

"Ma.. Kita nggak harus kayak gini. Kita jangan egois, Ma. Anak yang Biru kandung butuh sosok Ari. Anak itu juga anaknya Ari."..

Di dalam mobil, gua masih bisa mendengar Papa yang mencoba untuk menasehati Mama di luar.

Yah, sepertinya Mama dan Papa berbeda pendapat. Hati gua sedikit memiliki harapan karena pendapat Papa itu yang berbeda dengan Mama. Gua memiliki harapan mendengar perkataan Papa.

DUA GARIS UNTUK BIRU [TAMAT] | GAY, BL LOKAL, M-PREGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang