Chapter 2

464 67 1
                                    

"Nothing is forever in the theatre. Whatever it is, it's here, it flares up, burns hot and then it's gone."

Addison DeWitt - All About Eve


Tori puas dengan penampilannya hari ini, menatap wajahnya di cermin besar toilet gedung, audisinya pasti berjalan lancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tori puas dengan penampilannya hari ini, menatap wajahnya di cermin besar toilet gedung, audisinya pasti berjalan lancar. Dia hampir tidak bisa tidur tadi malam karena ini pertama kalinya bagi Tori menjalani audisi peran. Namun, mengingat tidak mungkinnya ada kantung mata saat audisi, Tori memaksakan diri untuk tenang dan mendengarkan white noise agar cepat terlelap.

Setelah menyatukan kedua tangan dengan tepukan, Tori mengambil napas dalam dan segera beranjak dari toilet menuju ruang tempat diadakannya audisi. Di depan ruangan tidak terlihat banyak orang yang datang, mungkin karena hanya beberapa yang dipanggil dan itu membuat Tori semakin bersemangat, plus percaya diri.

Katanya peran Tori kali ini adalah sebagai tukang bully di kantor untuk iklan sepatu, kalimat yang harus diucapkannya pun cukup singkat dan lugas, tapi Tori tidak ada di posisi untuk pilih-pilih peran yang harus dilakoninya. Tidak mungkin juga dia mendapatkan peran utama ketika ia masih pendatang baru.

Tori menuju ke meja registrasi, menandatangani kehadirannya untuk audisi, saat terdengar suara di belakangnya berkata, "Nice watch."

Reflek, Tori reflek menarik tangannya yang baru saja selesai menandatangani daftar hadir. Tori sangat berhati-hati mengingat jam keberuntungan pemberian kakeknya itu sempat hampir dicuri. Mata Tori mendapati wajah aktor nasional tampan, Marco Sinatra, menatapnya. Jantungnya hampir copot jika saja Tori tidak sadar bahwa orang yang mengomentari jamnya adalah orang di samping Marco. Meski mungkin akan kembali copot setelah mendapati betapa manisnya laki-laki itu. "Patek Genève, ya?

Belum sempat Tori menjawab, Marco berdeham dan menatap tajam pria itu, tapi bukannya terintimidasi, ia hanya terkekeh. "Adel, Pak Leon udah di dalem?" tanya pria manis di samping Marco pada penjaga meja registrasi setelah mengalihkan perhatiannya dari Tori.

"Udah, baru beres makan siang. Masuk aja, Kak Marco, Will." Adel mengangguk ke arah pintu ruangan audisi.

Marco tidak bicara apa pun, tapi pria, yang dipanggil Will, tadi tersenyum lagi pada Tori. "Good luck," bisiknya ketika melewati Tori untuk menyusul Marco yang sudah lebih dulu masuk ke dalam.

Tori dapat merasakan pipinya bersemu, dia bahkan tidak sadar terpaku di tempatnya hingga Adel tertawa. "Kenapa, Marco ganteng, ya?" Hanya bisa tersenyum, Tori tidak ingin dikira aneh jika menjawab Will lebih menawan dari Marco di matanya. Meski entah siapa Will itu. Rasa penasaran mendesak Tori untuk bertanya, tapi belum saja, semua peserta audisi diminta masuk ke dalam ruangan.

Setelah menyesuaikan pandangan dengan ruangan yang gelap, Tori tersadar ruangan itu ternyata merupakan auditorium berukuran sedang, kursi empuk berjajar belasan baris di depan panggung berbentuk setengah oval. Tepat di depan panggung, ada meja cukup panjang dan di belakangnya tempat Marco, seorang pria paruh baya, dan wanita yang sedikit lebih tua dari Tori duduk. Namun, fokus Tori tertuju pada Will yang duduk di salah satu kursi penonton, tepat di belakang Marco. Mungkin saja asisten atau managernya jika duduk di tempat seperti itu.

Kurang lebih ada sepuluh wanita yang masuk bersama Tori dan semuanya diminta untuk berdiri di atas panggung. Tidak lama, wanita yang ada di belakang meja setengah berteriak, "Adel, bagiin naskah barunya."

Adel muncul dari pintu dan datang membawa tumpukan kertas cukup tebal, kemudian membagikannya kepada seluruh peserta audisi, termasuk Tori. Kini giliran pria paruh baya di tengah meja yang bicara, "Kalian kemarin dikontak untuk audisi peran sampingan iklan, kan? Rencananya akan ada audisi dengan peserta yang sama untuk pemeran sampingan FTV khusus, yang peran utamanya Marco, di minggu depan. Berhubung Marco ada di Denpasar hari ini dan ada waktu, jadi dipercepat. Kalian diberi satu jam untuk hafalkan naskahnya, sebelum dikumpulkan lagi. Dialognya cukup panjang, jadi kalau gak siap, silakan mengundurkan diri dari awal untuk menghemat waktu semua orang. Terima kasih."

Tori mendengar beberapa wanita di sampingnya terkesiap selagi dia memeriksa kertas yang diberikan. Tiga paragraf sedang dengan kata-kata yang tidak rumit. Tori bisa.

Tanpa menunggu dipersilakan, Tori menuju ke tepi panggung, mencoba memutuskan ekspresi apa yang harus dibuat oleh karakternya, intonasi, dan yang lainnya.

Jika dibandingkan dengan yang ada di audisi itu hari ini, Tori tahu dirinya adalah orang yang paling tidak berbakat. Tubuhnya kaku dan hanya terbantu oleh latihan balet yang dilakukannya selama empat tahun sebelum menginjak remaja, nada suara normalnya terlalu rendah dan terlalu nasally jika menaikkan sedikit saja membuat Tori mengikuti latihan vokal, juga latihan lainnya yang berakhir menjadi kemampuan setengah mumpuni sia-sia sewaktu memutuskan menjadi calon istri Kelvin.

Maka Tori mengepalkan kedua tangan selagi menarik napas, memikirkan detail apa yang harus dilakukan setiap inci mimik muka serta tubuhnya untuk memenuhi peran. Satu-satunya hal yang Tori bisa pegang kendali secara penuh.

Satu jam berlalu, audisi dimulai. Tersisa lima orang yang siap mengikuti audisi dan yang pertama adalah Tori. Dia berjalan ke tengah panggung, melakukan kedua karakter sesuai dengan yang direncanakan, semua gerak, dari ujung jari tangan hingga kaki. Memutuskan ke mana mata juri harus melihat.

Sekarang semua latihan itu tidak lagi terbuang, usahanya akan berlanjut.

"Keputusannya sudah ada dan akan diumumkan di sini karena kalian belum ada agen resmi, semua peserta audisi silakan ke panggung," ujar pria paruh baya di tengah meja mulai bicara setelah para peserta audisi diminta menunggu selama satu setengah jam. "Untuk yang lolos audisi iklan, Nia, selamat. Lalu, pemeran sampingan FTV ...."

Dan kerja keras Tori akan terbayar.

"Yuki, selamat. Terima kasih untuk semua yang ikut audisi hari ini. Selamat siang."

Dia yakin.

Dia yakin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
But First ... Run, Bride!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang