Chapter 7

305 42 11
                                    

"Children don't know their parent's ordeals. Sure, they know certain details, striking elements. And they know what they need to know to be on one side or the other."

Fren Ballinger - Youth

Dua minggu berlalu sejak makan malamnya dengan Will

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu berlalu sejak makan malamnya dengan Will. Dari semua casting yang Tori coba, masih belum ada satu pun yang memberinya kabar baik. Belum lagi kabar matinya Kouki membuat Vittoria semakin mati rasa. Hari yang baru dimulai ini menjadi terlalu melelahkan, bahkan untuk mencari kesempatan pekerjaan baru.

Ketika akhirnya Tori memilih bangun dan melipat futon, ponselnya mendapatkan panggilan. Dengan malas dia mengintip identitas penelepon dan melihat nama 'Papa'. Tori memutuskan untuk membereskan futon terlebih dulu agar menyiapkan mental sebelum bicara dengan papanya. "Dear Vittoria, nice to finally hear your voice again," ujar Stefan, yang jelas dipenuhi sarkasme.

"Papa tahu aku gak maksud kayak gitu, you know what I'm fully occupied with." Tori harap papanya mengerti, tapi sepertinya Stefan sedang tidak dalam keadaan hati yang baik karena menjawab Tori dengan sindiran lainnya, "Being estranged to your father, for one."

Vittoria berdecak, dia tidak akan tahu apa yang sebenarnya ingin Stefan bicarakan jika terus saling menjawab sarkastik seperti ini. Tori pun menanyakan langsung intinya, "Ada masalah apa, Papa?"

"Gak bisa Papa cuma kangen sama kamu?" tanya Stefan, membuat Tori tertawa kecil. Jika itu benar, tidak masalah untuk papanya langsung berada di depan pintu apartemen Tori. Konklusi Tori mengatakan pasti ada masalah lain.

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Stefan angkat bicara, "Your mother."

"Apalagi sekarang? Has she killed someone?" tanya Tori seakan itu adalah hal biasa, Stefan pun tertawa mendengar candaan itu.

"I wish it's that easy." Tori mendengar papanya lanjut tertawa setelah menjawab kalimat tersebut dari seberang sambungan, kemudian Stefan melanjutkan penjelasannya, "Sudah cek berita belakangan ini?"

"Lebih spesifiknya tentang apa?" tanya Tori balik. Namun, papanya tidak menjawab lagi. Saat Tori melihat layarnya untuk mengecek, ternyata benar, panggilannya sudah terputus. Tori merasa ada yang aneh, dengan panggilan tiba-tiba dan putusnya sambungan secara tiba-tiba pula. Segera, Vittoria mengeluarkan laptopnya untuk mencari nama sang Mama, meski anehnya tidak ada berita terbaru mengenainya.

Perasaan itu membawa Tori mencoba mencari hal lain yang berkaitan dengan mamanya dan benar saja, salah satu perusahaan keluarga Kelvin menyatakan diakuisisi oleh salah satu perusahaan Bethany. Sepertinya hal ini sudah berjalan sebelum gagalnya acara pernikahan Tori dengan Kelvin dan baru saja diumumkan ke publik lewat media sosial perusahaan kemarin siang. Beberapa berita memuat pernyataan betapa senangnya ayah Kelvin, yang merupakan salah satu founder, dapat bergabung menjadi bagian perusahaan Bethany. Dia tahu perusahaan Bethany sudah sangat stabil dan bisa saja mengakuisisi satu atau dua perusahaan dengan lini minuman kemasan yang menjadi fokusnya. Namun, untuk menargetkan perusahaan Kelvin yang hampir sama besarnya?

Vittoria memang ingin balas dendam atas apa yang sudah dilakukan oleh Kelvin, tapi ini rasanya terlalu jauh. Dan lagi, bagaimana Beth sudah menyiapkan ini semua, bersamaan dengan persiapan pernikahan Tori dan Kelvin?

Matanya seakan melihat ada karpet tak kasat mata di bawah seluruh keluarga serta perusahaan Kelvin dan Beth baru saja menariknya.

Entah apa yang merasuki Tori sekarang ini, tapi dia segera melangkah menuju kamar mandi dan berpakaian setelahnya. Ibu jarinya mengetikkan alamat di daerah Jakarta Selatan, karena Beth pasti sedang berada di rumah Jakarta mereka jika akuisisi ini masih dalam proses. Walau sejujurnya Tori akan langsung menyusul Bethany entah itu ke Bandung atau ke Bali sekalipun. Dirinya butuh jawaban langsung dari mulut mamanya.

Melewati kemacetan Jakarta, Tori butuh waktu hampir satu jam untuk sampai menggunakan ojek online yang kemudian disambut kebingungan oleh Pak Didi, satpam yang dijadwalkan berjaga jam itu. "Non Tori sendirian?"

Tori hanya tersenyum kecil selagi Pak Didi membuka gerbang pejalan kaki dan balik bertanya, "Mama ada di rumah?"

"Ada, ada, Non." Tori berterima kasih dan berlalu menuju pintu depan. Namun, belum saja sampai, pintu depan dibukakan oleh salah satu asisten rumah tangga sementara Beth berjalan ke luar dengan ponsel di telinga. Tampaknya wanita itu sedang menelepon perancang busana langganannya--Marie--karena setelah terdiam menatap Tori beberapa saat, Beth berpamitan, "Toutes mes excuses, Marie. J'ai un imprévu, nous en reparlerons plus tard. Si, si. Bonne journée."

Setelah menaruh ponsel ke dalam tasnya, Beth hanya menatap Tori dari puncak tangga teras. Sepertinya menunggu putrinya mengatakan tujuannya pulang ke rumah mereka.

"Kelvin." Satu kata itu tampaknya cukup untuk membuat Beth mengerti karena, untuk sesaat, Tori melihat tepi bibir sang Mama terangkat. Mata wanita itu melirik sekilas mobil kantor yang pintunya sudah dibukakan oleh sopir dan menunjuk ke arah mobil menggunakan dagu. Beth masuk lebih dulu ke dalam mobil dan Tori berjalan ke sisi lain dan sopir pun membukakan pintu sisinya. Tori tersenyum dan mengucapkan terima kasih sebelum masuk dan berhadapan dengan mamanya yang sedang menilai penampilan Tori dari kepala hingga kaki. "Kamu mau turun di mana? Mama ada meeting satu jam lagi, I don't have time to babysit."

"Aku bisa turun di mana pun setelah Mama jelasin," jawab Tori. "Kecuali di jalan tol atau jalan layang."

"Mama ambil precaution."

"You used me." Tori menatap tajam ke arah Beth yang sedang melihat ke arah jendela. Wanita itu mengembuskan napas dan menoleh ke arah Tori. "Kelvin used you. Mama cuma bikin kamu lebih kaya setelah nanti Mama mati."

Tepat setelah Beth selesai mengatakan hal itu, sopir di kursi depan terbatuk-batuk, mungkin karena tersedak, tapi Tori sedang tidak dalam suasana hati untuk simpatik walau mungkin hal tadi bisa membuat mereka terlibat kecelakaan lalu-lintas. Dia segera meminta mobil berhenti karena merasa Beth tidak akan menjelaskan lebih lanjut. Namun, setelah dirinya berdiri di sisi jalan, Beth membuka kaca mobil dan mulai bicara, "Harus ada yang ambil alih perusahaan, Tori. Not everyone has time to play self-discovery and chat up an acting coach from Covent Garden."

Halo,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo,

Another Friday.

Gimana menurut kalian family dynamic Tori? What are your theories?

Selamat istirahat di akhir minggu.

With love,
Mee

But First ... Run, Bride!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang