Cinta pertama Indo??

149 14 3
                                    

"Acara pemakamannya sudah selesai?" Tanya EU yang sedang mengurus dokumen yang berkaitan dengan pekerjaannya.

"PKI tidak dimakamkan dengan cara biasa." Jawab ASEAN singkat sembari menyusun folder-folder arsip di lemari arsip.

"Hah? Maksudmu tidak biasa bagaimana?" UN menerobos kalimat ASEAN barusan, ia heran bagaimana bisa seorang organisasi dimakamkan tidak melalui protokol pemakaman selayaknya country.

"Jadi begini, kebakaran yang parah di mobil PKI membuat jasadnya menjadi tidak utuh lagi. Sebagai alternatif kami pihak keluarga meminta agar dikremasi secara sempurna dan abu nya kami buang di laut lepas kemarin." Jelas ASEAN, suaranya agak tersekat di tenggorokan karena duka masih menyelimuti dirinya.

"Ah, maaf sudah menanyakan hal yang seperti itu. Aku tak pantas untuk menanyakannya." Balas UN sembari mengelus pundak rekan kerjanya itu.

~ - • • - ~

"A-Aku bisa sendiri, Malay." Ucap Indo ketika melihat Malay ingin membantu dirinya berdiri dari tempat tidurnya.

"Keadaanmu masih belum stabil, stamina mu juga masih belum pulih sepenuhnya, aku disini diamanahkan untuk menjagamu juga." Demikian alasan Malay membantu Indo, padahal sebenarnya itu murni karena ia sangat menyayanginya.

"Get well soon, Indo." Seseorang masuk ke ruangan rawat Indo, Russia. Ia membawakan Indo seikat bunga dan kotak berukuran setelapak tangan sebagai hadiah.

"Ah, Rusky? Kenapa kau repot-repot membawakan ku hadiah? Aku sudah jauh lebih baik sekarang." Indo menolaknya dengan lembut, merasa tidak enak ketika dibawakan bingkisan.

"Ya, kau sudah jauh lebih baik sekarang. Tapi duka itu belum sepenuhnya hilang, aku harap mentalmu segera pulih setelah ini." Jawab Russia dengan senyum hangat khas nya, ia turut prihatin atas kematian PKI, Adik tirinya sendiri.

NB : Adik tiri Russia, Bukan? Ya PKI memang adik tiri Russia karena PKI adalah anak angkat Uni Soviet sendiri pada masa kehidupannya.

"Ah, terima kasih. Tapi sepertinya bingkisan ini terlalu banyak, menyesakkan ruangan rawat ku sekarang." Indo meletakkan bingkisan dari Russia beserta dengan bingkisan dari country-country lain yang menjenguknya.

"Ah maaf, Indo. Tapi aku tidak bisa menjengukmu lebih lama lagi, aku masih ada urusan di luar. Aku pamit ya." Russia melambaikan tangannya dan punggungnya terlihat meninggalkan bingkai pintu ruang rawat Indo.

"I-iya, terima kasih sudah mau menjengukku." Balas Indo ketika melihat punggung Russia menghilang di balik bingkai pintu.

"Uhm, Indo.. Apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu?" Tanya Malay, tampaknya ia ragu ingin mengungkapkan sesuatu.

"Apa? Tanyakan saja?" Jawab Indo santai, ia memperbagus posisi duduknya di ranjang.

"Apa kau pernah terpikir untuk menyukai seseorang?" Tanya Malay dengan penuh keraguan di hatinya.

"Ah soal itu ya? Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau menyukaiku dan hendak mengajakku berkencan?" Jawab Indo dengan mulut menerobos tanpa rem to the point.

"Heh?! Aku bukan bermaksud seperti itu!" Pekik Malay dengan wajah memerah, mulut bisa berbohong sedangkan hati tidak.

"Bagaimana ya, untuk saat ini aku belum memiliki pasangan tapi kalau orang yang aku suka sudah banyak sih." Jawab Indo dengan santainya, wajar saja selama hidupnya pekerjaannya hanya meng-harem saja.

The Dark Of Indonesia AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang