16

525 64 3
                                    

Di depan matanya Noah melihat bagaimana anak panah yang entah darimana menancap tepat di dada kiri Genevie. Dengan tergesa-gesa ia berlari dengan Genevie yang mulai melemah digendongannya. Firasatnya buruknya benar. Firasatnya tentang gadis itu selalu benar.

Kini mereka berada di kamar yang sama seperti sebelumnya. Bedanya kini kamar itu dipenuhi oleh para maid yang lalu lalang kesana kemari. Tak lama setelahnya dokter yang sama datang dan memeriksa Genevie. Tanpa memperdulikan bajunya yang berlumuran darah Noah tetap setia menggenggam tangan Genevie. Dan untuk kesekian kalinya reaksi dokter selalu sama.

"Hahh tuan Noah bagaimana kronologi kejadiannya?"

"Kami hanya bersantai di dekat danau lalu tiba-tiba ada anak panah yang entah darimana melukai Genevie. Apa dia baik-baik saja dok?"

"Jika dilihat dari reaksi tubuhnya sepertinya di anak panah itu terdapat racun yang mematikan"
Mary yang ada diruangan itu hanya bisa menangis dalam diam mendengarkan ucapan sang dokter. Sementara Noah masih diam membisu.

"Aku sebenarnya tidak tega untuk mengatakannya tapi kalian harus tau kalau kemungkinan hidup Genevie hanya lima puluh persen. Karena racun itu mulai menyebar ke seluruh tubuhnya"







"APA MAKSUDMU BAJINGAN!!! "






Edgard yang baru sampai tentu saja naik pitam mendengar ucapan dokter itu tentang istrinya. Dengan langkah cepat lelaki itu berjalan ke arah dokter dan mencengkram kerah bajunya.

"Lancang sekali mulutmu itu. Kau ingin bermain-main denganku?"

"Edgard bukankah lebih baik aku berkata yang sejujurnya? Ini demi kebaikan kalian semua"

"Kebaikan apa yang kau maksud itu. Apa kau pikir aku akan membiarkan istriku mati konyol begitu saja? Dengarkan baik-baik ucapanku ini. Kau harus bisa menyembuhkannya atau kau juga akan mati bersamanya"

Dokter perlahan melepaskan cengkeraman Edgard dan memasukkan kembali peralatannya kedalam tasnya.

"Aku hanya manusia biasa Ed. Aku bukan tuhan dan aku tidak bisa menunda kematian seseorang. Dan ya aku hanya memprediksi bahwa kemungkinannya untuk selamat hanya lima puluh persen saja. Itu hanya prediksi sementara. Jika kau ingin dia tetap hidup berusahalah mencari penawar racunnya dan kembalikan lagi harapannya untuk hidup"

Setelah selesai dokter menghampiri Edgard dan menepuk pundaknya lalu melenggang pergi namun berhenti dan berbalik.

"Dan ya satu lagi jika kau butuh aku kau bisa meneleponku karena aku agak sibuk akhir-akhir ini jadi tidak sempat membuka surat-surat yang kau kirimkan. Aku pergi dulu"







Edgard terdiam sesaat lalu berjalan kearah Noah dan mencengkeram kerah leher lelaki itu.

"Kau... Jika kau tidak pernah datang istriku tidak akan mengalami hal seperti ini"

Noah hanya mendengarkan apa yang dikatakan Edgard tanpa menjawab apapun karena kenyataannya apa yang dikatakan lelaki itu memang benar. Jika ia tidak pernah datang orang yang dicintainya tidak akan pernah celaka.
Karena geram tidak mendapatkan jawaban apapun Edgard melayangkan pukulannya kepada Noah dengan bertubi-tubi. Dan untuk kesekian kalinya Noah hanya terdiam menerima pukulan demi pukulan yang dilayangkan Edgard.




"EDGARD BERHENTI APA YANG KAU LAKUKAN"





Bahkan teriakan Emily tak mampu menahan Edgard untuk meluapkan emosinya. Melihat itu Emily segera menghampiri Edgard yang masih memukuli Noah dengan membabibuta dan melihat Noah yang sepertinya mulai tak sadarkan diri. Ia segera menarik Edgard dan menampar lelaki itu.

"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH KENAPA KAU MENYAKITINYA!!! "

"Dia menyakiti Genevie" Edgard menjawab dengan lirih disertai airmata yang perlahan mulai mengalir

"JUSTRU DIA YANG MENYELAMATKAN GENEVIE TIDAK BISAKAH KAU MELIHAT KENYATAAN ITU"

Edgard terdiam tanpa menjawab apapun. Edward yang melihat keadaan Noah sedikit banyak merasa kasihan pada lelaki yang tak sadarkan diri itu. Ia tahu pukulan kakaknya sakitnya tidak main-main apalagi jika dia sedang emosi.

"Panggilkan dok-"

"Ada yang butuh saya?"










"Bagaimana keadaannya?"

Bukan Edgard ataupun Emily namun Edward yang menanyakan keadaan Noah yang kini terbaring lemah di kamar tamu

"Tak ada luka serius hanya saja mungkin ada beberapa yang bengkak dan meninggalkan bekas"

"Bagaimana dengan Genevie?"

"Aku tidak bisa memastikannya untuk saat ini karena Genevie belum sadar"

"Apa dia akan baik-baik saja?"

"Aku tidak tau Ed dan aku juga tidak ingin memberikan harapan padamu atau pada siapapun. Tapi yakinlah dia akan baik-baik saja.  Aku harus pergi sekarang"

"Hm terimakasih"

"Sama-sama"

Tinggalah Edward dan Noah berdua di kamar itu. Noah masih belum siuman dari pingsannya. Edward mendekati lelaki itu lalu duduk di sisi kasur samping Noah terbaring.

"Kenapa kay harus datang? Aku bahkan belum bisa menerima kenyataan bahwa orang yang kucintai adalah istri kakakku. Lalu kau datang sebagai masalalu gadis itu yang kini menjelma menjadi sahabatnya. Apa kau mau mengambilnya lagi?. Ingat ini baik-baik aku tidak akan membiarkanmu mengambilnya lagi karena bagaimanapun caranya aku akan merebutnya dari Edgard dan menjadikannya milikku selamanya"

In The Middle Of The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang