24

377 36 10
                                    

"Nak apa dia belum sadar?"

"Belum bu dan tidak ada pergerakan apapun bahkan jarinya sama sekali tidak bergerak. Ini sudah sebulan lebih apakah dia akan mati bu?"

Sang ibu tersenyum mengusap rambut anaknya yang terlihat sangat khawatir
"Dia akan baik-baik saja lagipula ayahmu rutin memberikannya obat pasti dia akan segera sadar banyak-banyaklah berdoa untuknya ya nak"

Sang anak hanya mengangguk pelan dan terus memperhatikan wanita yang masih betah menutup matanya itu

"Oh iya nak bisa tolong jemput ayahmu pulang? Ini sudah hampir senja. Dia sering lupa waktu jika mengobrol bersama paman sam"

"Baik bu aku pergi dulu"

"Hati-hati dijalan ya"

Setelah kepergian sang anak wanita parih baya itu kemudian mendekat kearah ranjang dan duduk di tepian ranjang menatap wanita cantik yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya

Dibelainya dengan sayang wajah pucat itu. Wajah yang halus  dan tenang itu tetap terlihat cantik meskipun ada banyak bekas luka di setiap inci wajahnya.

"Cepatlah sadar ya nak kau harus sembuh aku yakin kau anak yang kuat. Aku tinggal dulu sebentar mengecek masakanku lalu aku akan kembali kesini lagi untuk membersihkan tubuhmu dan kuharap ada keajaiban yang membuatmu tersadar dari tidur panjangmu"

Wanita itu bangkit lalu mengecup singkat dahi penuh luka itu dan kemudian keluar kamar.

Beberapa saat kemudian mata wanita yang telah tertutup sekian lamanya itu akhirnya terbuka. Wanita itu merasakan sakit disetiap inci tubuhnya seolah-olah tubuhnya remuk.

"Dimana aku"
Wanita itu melihat sekelilingnya sepertinya ia berada di kamar yang tak ia ketahui siapa pemiliknya.

Wanita itu berjalan tertatih menuju ke jendela untuk melihat dimana ia sekarang. Namun ia berhenti ketika melihat ke cermin meja rias di pojok kamar. Melihat betapa buruk penampilannya saat ini. Bajunya memang bersih dan rapi karena sepertinya baru diganti. Namun tubuh dan wajahnya penuh bekas luka yang sebagian ada yang sudah mengering namun ada juga yang masih agak basah.

"Ck bajingan-bajingan itu sangat keterlaluan. Lihat saja aku akan membunuh kalian. Dasar brengsek"

Wanita yang kita ketahui bernama Genevieve itu melanjutkan langkahnya menuju jendela dan membukanya memperlihatkan hamparan rumput yang luas dan sebuah bangunan yang agak jauh yang terlihat seperti peternakan. Ada juga kandang kuda dan beberapa kandang ayam.

"Dimana ini sepertinya jauh sekali dari perkotaan. Ck bagaimana aku bisa sampai sini"

"K-kau sudah sadar"

Wanita itu mengalihkan pandangannya pada wanita paruh baya yang baru saja masuk ke kamar yang ditempatinya. Wanita paruh baya itu meletakkan baskom berisi air yang akan ia gunakan membersihkan tubuh Genevieve namun wanita itu ternyata sudah sadar. Ia kemudian memeluk yang lebih muda dengan sangat erat seolah takut ditinggalkan. Sementara Genevieve yang dipeluk seperti itu tentunya terkejut dan ia membalasnya tak kalah erat karena tak bisa dipungkiri ia merindukan pelukan seorang ibu yang sudah lama tak pernah ia rasakan.

"Syukurlah kau sudah sadar nak"
Wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya dan menatap Genevieve penuh sayang

"Apa ada yang sakit? Jika iya katakanlah aku akan memberimu obat"

"Tidak nyonya aku baik-baik saja. Tapi kalau boleh tau anda siapa? Dan bagaimana aku bisa sampai disini"

"Namaku maggie kau bisa memanggilku ibu seperti anak ku. Dan anak ku bernama Jonathan ia yang menemukanmu di hutan dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Kau hampir saja mati nak. Untungnya beberapa obat-obatan racikan suamiku bisa membuatmu pulih walaupun membutuhkan waktu yang lama"

In The Middle Of The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang