AZZAM DAN FARAH

46 7 4
                                    

~ بسم الله، اسلام عليكم ~
Happy reading 🖤

***

Ada, namun tidak pernah dianggap ada. Itulah yang dirasakan seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun, bernama Azzam.

Dia mampu tersenyum di depan banyak teman sekelasnya, tapi sebenarnya relungnya terus menyimpan luka.

Pendiam, cerdas, irit bicara, dan lebih suka menyendiri adalah dirinya. Selalu menjadi juara kelas sejak pertama kali menempu pendidikan sampai berlanjut ke SMA ini. Tapi, sayang kecerdasannya sering kali hanya dimanfaatkan oleh teman-teman sekelasnya.

"Zam, pinjem PR-nya, dong. Gue tau pasti lo udah selesai, kan?"

Tidak tahu cara menolak. Tetap berusaha berbuat baik untuk setiap orang yang bahkan sebagian sering memandang hina dirinya.

"Ta--tapi—"

"Halah! Mana sini tas lo!" tukas Rian.

Rian mengambil kasar tas Azzam yang terletak di atas meja lalu pergi begitu saja setelah mendapat satu buku tulis.

"Guys, ada PR MTK. Gue tau kalian semua pasti belum pada kelar, kan?" teriak Rian.

"Serius ada?"

"Beneran ada, astaga! Mati ... bisa dimakan ibu killer nih, ntar."

"Lo emang udah selesai, Yan?"

Rian menaik turunkan alisnya sambil tersenyum miring dan dengan santainya berkata, "Tenang ... nih, punya Azzam."

Hitungan detik, semua siswa maupun siswi yang belum menyelesaikan PR itu berkerumun di meja Rian lengkap dengan pulpen dan buku di tangan.

Azzam hanya bisa diam mengamati semuanya seraya membatin, 'Gak papa. Setidaknya aku bisa menolong orang lain.'

"Kamu terlalu baik, Zam," ucap seorang gadis berwajah ayu, menghentikan langkahnya tepat di depan bangku Azzam.

Azzam yang sedang duduk, mendongak sebentar, tersenyum, dan kembali memerhatikan kelompok orang di meja Rian sana.

"Kalau terus-terusan digituin, mereka kapan bisa berusaha kerjain PR sendiri?" Farah dengan lirikan mata sipit khasnya, antara kasihan juga gemas melihat Azzam yang menurutnya terlalu baik.

"Gak papa, Far," balas Azzam mengalihkan pandangannya.

"Gak papa apanya? PR itu Pekerjaan Rumah, bukan pekerjaan sekolah. Trus, itu ... mereka ngerjainnya bukan pake usaha sendiri, tapi nyontek punya kamu. Baik itu bagus, tapi gak bagus kalau terlalu baik."

Lagi-lagi Azzam hanya tersenyum kemudian menunduk.

"Dahlah, malah senyam-senyum." Farah pun berlalu meninggalkan Azzam.

~~~

Di lain hari, Azzam tengah berjalan sendirian kembali dari kantin ke kelas.

Tap, tap, tap ....

Suara hentakan sepatu milik beberapa orang yang sedang berlari terdengar mendekatinya dari arah belakang.

"Zam!"

Azzam menoleh sekilas menatap Farah dan Keysha bergantian sebelum kembali fokus ke depan.

"Zam, hm ... kemarin semua teman kita ke rumahku. Kamu kenapa gak datang?"

"Syut, Farah!" bisik Keysha.

"Apa sih, Sha ...?" Farah mengernyit sambil mendorong pelan Keysha dengan sikunya.

Kumpulan Cerpen oleh AksaraKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang