Long time no see you, guys!Happy Reading! <3
"Kau jahat! Dasar brengsek! Bisa-bisanya kau mengkhianatiku?!"
"Kau juga tidak becus mengurus anak-anak!"
"Ha! Berani-beraninya kau!"
Praang!
Plak!
"Aaa! Sakit!"
"Hiks! Abaang! Abang! Huhuu."
"Abang, takut. Takut, hiks."
"Sini kamu! Ikut kami mati!"
Deg.
Berisik. Hentikan... hentikan..."Bang Doyoung?"
Sepersekian detik, sebuah pisau kecil yang tajam mengarah ke wajah Reina. Tanpa aba-aba, Doyoung yang terbangun dari tidurnya itu refleks menodongkan pisau yang ia taruh di sampingnya, segera duduk. Membuat Reina mundur beberapa langkah. Terkejut.
"Ah, maaf. A-aku nggak bermaksud..." cicit Reina ketakutan.
Doyoung yang masih setengah sadar menatap Reina tajam. Pisau kecilnya mengacung kearah adiknya. Waspada.
Reina mengangkat kedua tangannya, menyerah. Jika dia dibunuh Doyoung sekarang, ya sudahlah.
"Apa yang kau lakukan?" Sisi gelap Doyoung mengambil alih. Pikiran jahat menguasainya. Perlahan ia bergerak mendekati Reina, lantas menggores pipi adiknya dengan seringai di wajahnya. Darah mengalir dari sana.
Reina bungkam, menahan rasa sakit yang dirasakan. Ia tidak ingin mengeluarkan suara, takut jika Doyoung tambah kambuh. Tubuhnya gemetar. Air matanya mengalir. Bukan ini yang dia inginkan.
"Kenapa? Kau takut, hm?" Ujar Doyoung, menatap Reina lekat. Reina menghindari tatapan itu dengan memejamkan matanya erat. Mulutnya bungkam. Sungguh, ia takut. Rasanya ingin berlari menyelamatkan diri, tetapi ia malas kejar-kejaran dengan Doyoung.
"Kenapa kau berada di dekatku saat aku terbangun?" Tanya Doyoung, berbisik dengan dingin. Netranya yang menggelap menatap tajam. Satu tangannya digunakan untuk mencengkram dagu Reina, dan yang satu menurunkan pisaunya.
Reina mengambil napas perlahan. Membuka matanya. Tidak apa. Ayo beranikan diri.
"Abang nangis pas tidur, makanya aku ke sini dan khawatir," ucap Reina dengan suara tercekat. Maniknya takut-takut menatap sang Abang. Mendapati aliran air mata yang membekas di wajah Doyoung.
Doyoung terdiam, lantas pisau kecil di tangannya luruh. Jatuh ke lantai. Dia mematung. Kemudian beberapa menit setelahnya, lelaki itu menyeka bekas air mata di wajahnya. Tersadar.
"Ah, mimpi buruk itu. Aku menangis?" Gumam Doyoung seraya menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan.
Doyoung menghela napas, kemudian dia berusaha menghilangkan pikiran jahat yang tadi menguasai otaknya. Saat bangun tidur tadi, dia setengah sadar. Dan sisi gelapnya segera mengambil alih, waspada terhadap orang di sekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
S I L E N T ✓
Fanfiction[END]《 ft. Kim Doyoung of Treasure 》⚠️ Sekeluarga besar psikopat semua. Tidak ada yang dapat dipercaya, kecuali kembarannya yang telah meninggal dibunuh abangnya sendiri. Apakah Reina bisa terus bertahan hidup dari kutukan yang menimpa keluarganya...