Happy Reading!
"Go to his place!"
---
Reina POV
Aku menatap ngeri pisau kapak yang digenggam Mamah. Jariku gemetar mencengkram baju Papah.
"P-Pah... a-ayo kabur..." lirihku takut. Mamah menyeringai seram seperti seringai bang Doyoung, seringai psikopat maksudnya, kemudian kembali mengayunkan kapak ke arah Papah.
"Pah!" Seruku ketakutan. Papah segera menghindar, berhasil lolos dari ancaman kapak itu. Ia menoleh ke belakang dan menatapku. Raut wajahnya terlihat begitu cemas dan ketakutan. Ada sedikit kesedihan juga memancar dari sana.
"Ina. Pergi ke rumah Paman di dalam hutan. Jangan sampe kamu ketangkep Mamah. Nanti Papah nyusul, oke?" Lirih Papah dengan tatapan dalam. Aku menggigit bibir, mengangguk ragu-ragu.
"Pergi sekarang, Ina! Jangan berisik, jangan menimbulkan pemicu yang akan menghidupkan kutukan keluarga kita!" Seru Papah dengan mata berlinang. Pupil mataku bergetar. Dadaku sesak. Mendengar Papah mengatakan kutukan tentang keluargaku, membuat air mataku berdesakan keluar.
"A-aku pergi, Pah. Baik-baik ya," lirihku kemudian segera berlari keluar rumah. Mamah berteriak nyalang melihatku kabur. Ia hendak berlari mengejarku, tetapi Papah menghalanginya. Sehingga kapak yang di ayunkan Mamah mengenai lengan kiri Papah. Mengoyak kulit sehingga darah mengalir dan dagingnya terlihat.
"AARRGHHH!!!"
Teriakan kesakitan Papah terdengar hingga luar rumah membuat air mataku mengalir. Dengan sepatu yang ku pakai asal-asalan, baju dingin terkena air hujan, wajah yang tak karuan, aku berlari sekuat tenaga. Kembali menuju hutan terlarang itu.
Kali ini, aku akan diam di dalam hutan itu. Aku akan diam hingga aku tiba di rumah kayu milik Paman. Iya, Paman yang waktu itu Papah titipkan bang Doyoung kepadanya.
---
Author POV
Reina berlari tanpa henti menuju hutan terlarang di desanya itu. Hutan yang ditinggali Doyoung dan pamannya. Di benaknya tak pernah terpikir alasan mengapa paman dari ayahnya tersebut tinggal di dalam hutan. Padahal jika dipikir-pikir, agak aneh juga.
Kaki Reina berlari menuju arah selatan, dimana rumah pamannya berada. Netranya melirik takut-takut. Ia tidak boleh mendekati wilayah gedung tua yang ditinggali abangnya.
Hujan turun kembali membasahi dirinya. Reina tersenyum miris. Setidaknya, jika ada hujan, air matanya yang mengalir akan tertutupi oleh tetesan hujan. Jadi, tidak ada yang akan melihat jika ia sedang menangis di bawah lebatnya guyuran hujan.
Hatinya terasa terombang-ambing. Hidupnya dalam waktu kurang dari 24 jam berubah sangat drastis. Jika dulu ada Reyna yang selalu menjaga di sampingnya, maka sekarang tidak. Reina tidak tahu harus berbuat apa. Keluarganya telah hancur sejak dulu. Namun, ia memang tidak menyadari kehancuran tersebut. Anggota keluarganya benar-benar menyimpan masa lalu kelam mereka dengan sangat baik.
Hingga hari ini, Reina sendiri yang mengusik masa lalu kelam tersebut. Membuat roda kehidupannya berubah drastis. Menjadi lebih buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
S I L E N T ✓
Fiksi Penggemar[END]《 ft. Kim Doyoung of Treasure 》⚠️ Sekeluarga besar psikopat semua. Tidak ada yang dapat dipercaya, kecuali kembarannya yang telah meninggal dibunuh abangnya sendiri. Apakah Reina bisa terus bertahan hidup dari kutukan yang menimpa keluarganya...