Bab 2

290 33 4
                                        

Happy Reading!

"He is indeed psychopath. So, don't be noise, please?"

---

Author POV

Reina berlari menuju tempat Eliza berada. Air matanya mengalir deras. Ia merasakan sakit yang diderita tubuh Reyna. Hatinya terasa mulai mati. Sepotong hatinya telah pergi.

Reyna. Ya, Reyna telah meninggal di bunuh sang psikopat. Ia bisa merasakannya, rasa sakit ketika ajal menjemput Reyna. Ia tidak tahu siapa si psikopat yang telah membunuh secara kejam kembaran beda 4 menitnya itu.

"Hiks... Reyna... hiks... maafin aku..." isak Reina pelan seraya berlari tanpa suara mencari keberadaan Eliza di lantai 4 yang luas ini.

Reina tadi melihat dengan jelas kembarannya ditusuk-tusuk jantungnya hingga bolong.

Sakit. Reina merasakan rasa sakitnya. Reina sakit hati. Seharusnya dia saja yang dibunuh, karena dia yang berisik, bukan Reyna. Ini semua salahnya. Tapi kenapa si psikopat itu malah membunuh Reyna? Kenapa jadi Reyna yang mati? Kenapa?

Apa yang harus ia katakan pada orang tuanya nanti, bahwa saudari kembarnya telah meninggal dibunuh psikopat?

Netra Reina akhirnya menemukan keberadaan Eliza yang sedang duduk dikelas pojok samping hutan. Eliza meringkuk seraya menenggelamkan kepalanya kedalam lutut. Memeluknya erat.

Reina yakin bahwa Eliza sudah mendengar suara tadi. Suara teriakannya serta suara pembunuhan.

Kaki Reina melangkah mendekati Eliza. Setelah sampai didepan Eliza yang berada disamping pintu kelas, ia segera memeluknya erat. Dadanya terasa amat sesak. Matanya panas.

"Eli... Eliza... huhuu... hiks... hiks... Eli... Reyna, Li... Reyna..." isak Reina dipelukan Eliza. Eliza terkejut mendapat serangan pelukan tiba-tiba. Akhirnya ia membalas pelukan Reina sama eratnya. Tangannya bergerak menuju punggung Reina dan berupaya menenangkannya.

"Rei... Reyna... dia... dia meninggal?" Tanya Eliza pelan. Reina mengangguk sebagai jawabannya. Air matanya masih mengalir dengan deras. Ingusnya ikutan keluar. Hidungnya merah. Matanya terlihat sangat sembab dengan air mata yang terus mengalir.

Eliza terkejut melihat respon Reina.

Jadi... yang dibunuh sama cowok yang ada ditangga tadi itu... Reyna? Bukan Reina? Kenapa?

"Mmm, sebelum Reyna pergi, dia ngomong apa?" Tanya Eliza. Ia ingin tahu pesan terakhir dari salah satu sahabatnya. Reina menatapnya. Kemudian ia menjawab, "kata Reyna tadi, 'Rei. Kabur sekarang. Jangan pernah berisik, ya?' Gitu katanya."

Eliza mengangguk. Ia mengerti sudah mengapa Lisa melarang mereka semua kesini, dan tidak boleh berisik. Itu karena ada psikopat yang sangat membenci berisik tinggal disini.

"Ya udah. Rei. Ayo kita cari Lisa. Abis itu pulang." Ucap Eliza seraya mengelus punggung Reina. Reina mengangguk. Mereka bangkit dari posisi duduk kemudian keluar dari kelas itu dengan sangat tenang.

Saat mereka ingin turun lewat tangga, Eliza melirik kearah kelas tempat Reyna dibunuh. Ia tahu lokasi kelasnya karena tadi melihat Reyna mengikuti psikopat itu dari belakang.

DEG!!

Eliza menatap sedih melihat keadaan tubuh Reyna yang terkulai diatas lantai. Dia sudah meninggal?

Tubuh Reyna dipenuhi darah. Bau amis menyengat menguar dari kelas itu. Eliza melihat tubuh Reyna yang bolong dibanyak tempat. Telapak tangan Reyna yang terputus berada didekat wajah Reyna. Eliza merasa amat menyesal melihat kondisi sahabatnya seperti itu.

S I L E N T ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang