DIPERTEMUKAN OLEH TAKDIR {COMPLETE}

Thirty Eight

.
.
.

Assalamu'alaikum. Gimana puasanya?
Ngga kerasa udah mau lebaran ae.

Yauda temenin gue buat cerita yok.
Caranya cuma baca doang kokk.

Jangan lupa 🌟

▪▪▪

HAPPY READING📖

▪▪▪

(07.40 PM)

"Memang sudah saatnya gue bertindak. Umur gue sudah bertambah, hanya tampang yang menjadi penghalang. Jika ayah tak mengizinkan, maka tak ada alasan untukku gentar." ungkapnya pada cermin tepat di hadapannya.

Tiba-tiba saja ketukan pintu terdengar jelas di telinganya. Reyfan membukanya dengan pelan, ternyata benar jika itu ayahnya.

"Belum tidur?"

"Baru juga beres-beres kamar." alibinya.

Zefran tersenyum singkat, lalu memasuki kamar putranya dan menyuruh Reyfan untuk duduk di dekatnya. Anak kecil itu hanya menuruti apa yang sang ayahnya perintahkan padanya.

"Mulai besok kita bakal ke rumah kakek, dan tinggal disana."

Reyfan hanya tercengang akan ucapan ayahnya. Isi otak anak itu hanya bagaimana caranya menemukan pembunuh bunda nya.

"Rey!" Dengan spontan Reyfan mengatakan, "Siapa yang sudah membunuhnya?"

Zefran terkejut akan kalimat yang baru saja dikeluarkan dari bibir putranya. Ia langsung ngeh dengan ungkapannya.

"Rey, ayah bilang apa kamu jawabnya apa."

"Bukannya ayah sudah bilang? Jangan pernah berniat untuk membalas perbuatan mereka. Bundamu benar-benar tak suka sifat itu." tuturnya.

Reyfan tak menjawab, melainkan hanya mendengus kasar dengan wajah yang ditekuk.

"Yaudah kamu tidur gih. Ayah mau nyiapin barang-barang untuk besok." angguk Reyfan.

'Yes, kesempatan emas gue!" batinnya.

(08.10 PM)

Reyfan sudah lelah mencari bukti akan pelaku pembunuhan dari sang bunda. Wajahnya terus saja mengalirkan keringat yang begitu banyak.

"Mungkin kalo gue pinjem ponsel ayah akan ada bukti sedikit di dalamnya." lirihnya sembari menutup lemari kamarnya.

Reyfan melangkahkan kaki menuju kamar sang ayah. Ia mendapati sang ayah yang tengah mengemasi bajunya ke dalam koper hitam besarnya. Tanpa ketukan pintu Reyfan main nyelonong begitu saja. Zefran hanya tercengang akan sikap putranya.

"Belum tidur juga?" geleng nya.

"Reyfan boleh pinjam HP-nya bentar buat tugas sekolah?"

Awalnya Zefran mencurigai putranya, tapi ia memutuskan untuk meminjamkannya karena tak ingin ada perdebatan di antara mereka berdua.