Jatuh

142 9 2
                                    

Baru saja Nanda melangkahkan kakinya keluar kelas, ia di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang hampir ia tabrak jika ia tak mengerem badannya. Nanda mendongak guna melihat siapa orang si hadapannya.

Ia hanya bisa cengengesan setelah mendapati guru barunya ada di depannya sekarang. "Mau kemana?" tanya beliau.

"Hehehe Elo ter-- ehh Bapak ternyata guru, ya? Saya haus pak, mau beli minum dulu boleh?" izin Nanda.

"Masuk dulu sebentar. Nanti saya beri izin." ucap Alfero.

"Tapi saya udah kehausan pak.." mohon Nanda.

"Nanti, ya? Masuk dulu." sembari mendorong Nanda masuk kembali ke dalam kelas.

Nanda terpaksa berjalan kembali menuju kursinya dengan berjalan kesal, membuat Alfero harus menahan senyumannya.

"Selamat pagi." sapa Alfero mengawali kelas.

"Pagi!!" semangat anak kelas 11 IPA 2 terutama para siswi lagi-lagi. Ah ada Nanda yang tidak menjawab karena masih kesal.

"Heh! Awas aja lu?!" ucap Bagas memperingati Nanda.

Bukan apa-apa nih, karena ia semeja dengan Nanda. Setiap anak itu bermasalah dengan guru mapel ia juga yang kena. Di tanyai ini itu lah, di nasehati untuk menjaga temannya ini lah. Bosen dia tuh.

"Ckk!" decakkan Nanda terdengar oleh satu kelas. Membuat seluruh atensi menatapnya bingung.

"Baiklah. Saya akan mengulang perkenalan diri di sini. Saya Alfero Mahendra. Kalian bisa memanggil saya Pak Fero." ucap Alfero dengan tatapan datarnya sembari mengitari atensinya keseluruh ruangan.

"Pak Fero umurnya berapa?" tanya Sindi.

"23 tahun." jawab Alfero singkat.

"Udah nikah belum, pak?" kali ini Dina yang bertanya.

"Belum. Saya masih lajang."

"Kosong delapan berapa pak?" tanya Maria, salah satu siswi di kelas Nanda juga.

Alfero tidak menjawab, tapi ia menuliskannya di papan tulis yang berada di depan kelas. "Kalian bisa menghubungi saya setelah jam 6 pagi sampai sebelum jam 8 malam."

"Diluar pembahasan mata pelajaran, saya tidak segan-segan memblokir nomor kalian. Bahkan menegur kalian secara langsung saat bertemu." lanjutnya.

Para siswi yang tadinya senang mendapat nomor guru tampannya itu langsung berfikir seribu kali lagi untuk menghubunginya.

"Ada yang ingin di tanyakan lagi?" tanya Alfero.

Tidak ada yang menjawab, membuat Alfero menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu, sekarang giliran kalian memperkenalkan diri."

"Kamu yang duduk di belakang. Berdiri!" ucap Alfero menatap Nanda yang juga menatapnya malas.

"Ananda Sabara." ucap Nanda singkat membuat anak-anak di kelasnya menepuk kepala mereka masing-masing. Anak itu berulah lagi.

"Alamat?" tanya Alfero.

"Perumahan Jati Asri nomor 43."

Alfero menganggukan kepalanya masih dengan ekspresi datar. "Kamu mau izin keluar, kan? Silahkan." ucap Alfero mempersilahkan Nanda keluar sesuai ucapannya tadi.

Tanpa basa-basi Nanda langsung keluar dari kelas. Tentu saja hal itu membuat seisi kelas terheran-heran. Apakah telah terjadi sesuatu diantara teman sekelasnya itu dengan guru baru mereka? Sampai membuat Nanda terlihat begitu kesal.

"5 menit, Nanda." ucap Alfero sebelum Nanda benar-benar pergi meninggalkan kelas.

Setelahnya, satu persatu murid di kelas itu mulai memperkenalkan diri mereka berserta alamat rumah.

Sir, I'm Jealous [BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang