Pagi ini seperti yang sudah di rencanakan oleh Bundanya, Nanda akan ikut berbelanja kebutuhan bulanan di super market.
"Bunda ayok berangkat, dah jam 9 nih." ajak Nanda
"Udah siap, kamu?" tanya Bunda.
"Udah dong! Ayok!!" Nanda menarik tangan sang Bunda agar segera mengikutinya.
Omong-omong, Bunda sudah memesan taksi online tadi. Mereka memilih pergi ke super market yang terdekat dari kawasan perumahan mereka.
Tak butuh waktu lama, mungkin hanya 15 menit untuk mereka sampai di tempat yang mereka tuju.
"Ayok, Nan! Mulai dari kebersihan ya?" Tawar Bunda saat Nanda mengambil salah satu troli besar yang tersusun rapi di dekat pintu masuk.
"Boleh." balas Nanda sembari mulai mendorong troli yang ia pegang.
Mereka mulai menelusuri lorong demi lorong menuju tempat barang dan alat-alat kebersihan.
Setelah sampai di lorong yang menjajakan sabun-sabun, Bunda mengambil satu botol sabun mandi cair dengan satu refilnya. Oh ya, sabun itu hanya untuk Ayah dan Bunda. Untuk Nanda beda lagi, kulit Nanda sensitif omong-omong. Salah dikit bisa kaya kulit melepuh tuh sebadan. Nanda menggunakan sabun khusus untuk orang yang memiliki kulit sensitif sepertinya. Jadi ia juga mengambil satu botol sabun untuknya.
Bergeser sedikit ke jajaran shampo, Bunda mengambil 2 botol shampo berukuran sedang dengan 2 refilnya juga. Kali ini Nanda juga sama memakainya.
Tak lupa juga teman shampo dan sabun, yakni pasta gigi. Bunda mengambil 4 pack pasta gigi charcoal seperti yang selalu Nanda minta. Karena menurut Nanda, jenis itu tidak terlalu terasa pedas. Tidak ketinggalan pasangannya. Bunda mengambil 2 set sikat gigi, yang masing masing set berisi 3 sikat gigi.
Lalu mereka juga mengambil satu kemasan besar cairan pembersih lantai, 10 pack pengharum ruangan, 2 botol pembersih toilet dan kamar mandi, 3 sikat wc.
Nanda terfokus pada jajaran facial wash di hadapanya. Sebenernya ia tak terlalu mengerti apa yang cocok untuknya, terkadang untuk facial wash ia sering ganti merek guna mencari mana yang cocok untuk kulit sensitifnya. Jadi ia memilih varian dan merek yang sama seperti yang ia beli bulan lalu. Karena menurutnya lumayan bagus, dan tidak menimbulkan ruam merah di kulit wajahnya.
"Nan, udah cukup deh kayanya. Ke bahan dapur yuk?" ujar Bunda setela Nanda memasukkan facial wash pilihannya.
"Oke. Sini, Biar Nanda yang dorong!"
Keduanya kini beralih ke lorong yang menjajakan berbagai kebutuhan dapur. Lorong pertama terdapat berbagai jenis beras dengan merek yang berbeda-beda.
"Nan, ambil yang itu Nan!" ujar Bunda menunjuk salah satu merek beras di susunan rak ke 3.
Nanda yang melihat karung beras yang di tunjuk bundanya melongo. Apakah ia kuat? Ia bisa memperkirakan berat karung beras itu sekitar 20 kg. Bukan masalah beratnya saja. Rak tempat beras itu berada cukup tinggi. Tidak lucu jika saat ia mengambilnya, justru malah tertiban karung beras itu.
"Kayanya gak bisa deh bun.." lirih Nanda.
"Aduh lupa! Biasanya kan bunda sama Ayah. Mana lumayan tinggi lagi tempatnya." bingung Bunda.
Walaupun anaknya itu seorang pria, tapi bunda tau fisik Nanda tidak sekuat itu. Orang gaweannya aja makan tidur, lari 100m juga cengep-cengep tuh Nanda.
"Ketemu lagi bocah. Butuh bantuan?" ujar seseorang di belakang Nanda membuat Bunda otomatis tersenyum dan Nanda yang memutar badannya kaget.
"ELO?!!" teriak Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sir, I'm Jealous [BL Lokal]
Novela JuvenilBxB bukan lapak homophobic Kisah dimana seorang Guru baru di SMA Cendana yang entah mengapa bisa jatuh cinta dengan salah satu muridnya. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, ia jatuh cinta pada seorang siswa. Iya, lelaki. Sebelumnya pun, ia tidak t...