Ganda Putra

157 9 0
                                    

Sunyi, hening, dan haru mengiringi saat Pak Darto berpamitan di kelas 11 IPA 2. Kelasnya Nanda.

"Oke, pelajaran yang bapak kasih tadi sebagai penutup pertemua kita pada mata pelajaran ini sekaligus masa kerja bapak disini. Seperti yang kalian tau, bapak akan di pindah tugaskan ke sekolah yang ada di Jawa Barat. Lumayan jauh dari jakarta." ucap pak Darto sembari menutup dan menata buku yang tadi ia kenakan sebagai materi pembelajarannya.

Kini pak Darto berdiri di depan kelas, "Bapak minta maaf sama kalian, kalau selama bapak ngajar disini membuat kesalahan ataupun sering membuat kalian jengkel. Tapi kalian selalu tau, kenapa bapak kaya gitu."

Salah satu dari murid yang ada di kelas itu berdiri. "Iya, pak. Saya sebagai ketua kelas di kelas ini juga meminta maaf kalau kelas ini sering buat kesalahan sama bapak." ujar Sandi selaku sang ketua kelas.

"Iya, kita saling memaafkan saja. Oh ya, bapak ingin berpesan sesuatu ke kalian. Mengenai guru pengganti bapak, beliau masih muda. Dan sudah bapak pastikan, guru itu akan lebih tegas di banding bapak. Jadi, jangan sampai buat beliau marah." ucap Pak Darto membuat semua murid di kelas itu saling tatap bingung.

"Yasudah, Bapak pamit ya. Semoga kita bisa bertemu di lain kesempatan." ucap Pak Darto sebelum meninggalkan kelas. "Nanda, jangan bandel kamu."

Hening, dan murid dalam kelas 11 IPA 2 itu masih bingung dengan pesan yang pak Darto sampaikan mengenai guru penggantinya. Masih muda? Lebih tegas? Apa akan lebih menjengkelkan?

Di tengah ke heningan itu tiba-tiba "AKHIRNYAA!!" teriakan itu berasa dari Nanda yang mengundang seluruh atensi kelas ke arahnya.

"Kaget bego!" ujar Bagas yang di samping Nanda, dengan mengiri geplakan di kepala Nanda.

"Kesambet lu, Nan?" tanya Dina, salah satu siswi di kelas itu.

"Enggak. Gue cuma seneng aja pak Darto dah pindah." balas Nanda dengan senyum mereka di bibirnya.

"Heh!! Lu gak denger kata pak Darto tadi? Tuh guru ngomong guru yang gantiin dia lebih tegas, anjrrr." serkas Sindi yang merupakan kembaranya si Sandi.

"Ya biarin. Yang penting lepas dari pak Darto. Kesel gue sama tuh guru, gue berasa kek udah di tandain banget." kesal Nanda mencebikkan bibirnya.

"EMANG!!" teriakan satu kelas membuat Nanda kicep.

"Percuma keluar dari kandang harimau kalau akhirnya masuk ke kandang Singa." celetukan Bagas membuat Nanda berfikir.

Benar juga apa yang diucapin sama Bagas. Gimana kalo Nanda kembali diberi tanda sama guru Matematika karena gak pernah ngerjain tugas dengan benar bahkan sesekali tidur saat pelajaran itu berlangsung.

"Tergantung di elu nya aja sih Nan. Kalo selama guru baru itu ngajar nantinya elu kagak buat masalah sama dia, ya elu gak bakal di tandain. Sama sebaliknya, dah." Bagas kembali berucap.

Saat jam istirahat, kantin dipenuhi dengan gosip guru matematika pengganti Pak Darto. Khususnya kelas 11. Karena memang Pak Darto mengajar matematika di kelas 11.

"Kata Pak Darto, gurunya bakal lebih tegas dari dia."

"Masih muda juga katanya."

"Jangan sampe orangnya nyebelin deh."

"Kasian masih muda."

"Ganteng gak ya kira-kira?"

Begitulah keributan para murid khususnya para siswi saat di kantin.

"Buset dah, heboh bener kek mau hajatan." celetuk Bagas mengalihkan atensi Nanda yang sedang makan bakso di hadapannya.

Lupakan soal tekadnya yang ingin rajin membawa bekal.

Sir, I'm Jealous [BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang