Bolos Pagi

140 8 1
                                    

Di pagi hari yang cerah inipun, sudah terjadi keributan di kediaman keluarga Nanda. Apa lagi masalahnya kalau bukan tentang si anak semata wayang mereka yang terlambat bangun dan berakhir kesiangan seperti ini.

"Bunda kebiasaan nih, gak bangunin Nanda!?" kesal nanda yang sedang memakai sepatunya di ruang makan.

"ohh minta dibangunin pake air se ember nih kayanya.." balas Bunda

"Kamu itu loh, yang susah banget di banguninnya. Bunda bahkan ayah udah bolak balik bangunin kamu, kamunya aja yang kebo." sela sang ayah

Nanda mengerucutkan bibirnya. Ia jadi tidak mood. Sudah jelas ia tidak memiliki waktu untuk sarapan sekarang. Ahh ia harus rela kelaparan sampai istirahat nanti.

"ayoo berangkat!!" kesalnya

Bunda dan ayahnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Sudah biasa dengan drama seperti ini.
.
.
.
Nanda sudah sampai di sekolah, dan kegiatan belajar pun sudah dimulai sejak 30 menit yang lalu. Kedatangan Nanda tadi berbarengn dengan bunyi bel masuk, untung saja gerbang belum di tutup.

"Bagas gue laper.." lirih Nanda pada Bagas

"Gue ada bekel. Tapi gila-gila aja lu mau makan pas pelajaran kimia. Ketauan habis lu." desis Bagas.

Nanda hanya mencebikkan bibirnya dan kembali memerhatikan penjelasan dari salah satu guru killer di sekolah mereka.

Sebisa mungkin Nanda berusaha fokus dan memahami materi yang dijelaskan, namun rasanya tidak ada yng tersimpan di otaknya. Oke Nanda pasrah

"Kasih bekel lo ke gue..." lirih Nanda lagi sambil menyenggol Bagas.

Bagas memelototkan matanya kearah Nanda seolah bertanya apakah Nanda yakin dengan keputusannya. Dan Nanda pun hanya membalas dengan anggukkan.

Akhirnya Bagas memberikan kotak bekalnya yang tadi ia simpan di laci meja pada Nanda.

Bekal Bagas berisi Nasi goreng dengan sosis dan telur mata sapi sebagai lauknya.

Nanda makan dengan khidmat sembari menunduk dan berusaha menyembunyikan badannya agar tidak terlihat guru di depan.

"isshh" kesal Nanda karena terus di senggol oleh Bagas.

Ia pun menoleh ke arah Bagas. Tak hanya bagas yang dapat ia lihat. Tetapi buk Tika selaku guru Kimianya itu sudah berdiri di samping Bagas dan menatap dirinya. Seisi kelas juga sedang menatapnya.

"Enak Nanda?"

Kata itu yang terakhir Nanda dengar dari gurunya, sebelum ia di suruh keluar hanya dengan telunjuk guru itu yang mengarah ke pintu.

"Harusnya gue bawa keluar bekelnya tadi anj! Gue masih laper.." desis Nanda

"Ke kantin aja kali ya?"

"ntar tuh guru keluar gue gak ada kan tambah berabe nanti.."

"Bodoamat! Daripada gue pingsan karena kelaperan, kan mending gue makan." ucap Nanda dengan senyuman tengilnya. Ia pun segera melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah.
.
.
"Buu beli nasi uduk 1 buk." ujar Nanda kepada salah satu penjual di kantin.

"ehh belum istirahat loh ini. Bolos kamu?" jawab ibu kantin yang masih fokus pada penggorengannya. Posisinya membelakangi Nanda.

"enggak kok, biasa jamkos. Belum sarapan nih laper." jawabnya berbohong. "masuk ya buk, makan di dalem." lanjut Nanda

"Nah bolos berarti kamu.." desis bu kantin. Sebenarnya ia sudah biasa dengan hal seperti ini. Banyak anak-anak nakal yang datang ke kantin sebelum waktu istirahat. Namun saat ini masih terlalu pagi untuk meninggalkan kelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sir, I'm Jealous [BL Lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang