|Prolog|

23 16 5
                                    

Hai hai hai!!
Selamat datang di cerita pertama saya!!

Bacanya pelan-pelan aja, jangan buru-buru oke

Happy Reading!

***

Laki-laki itu berlari menembus lorong rumah sakit yang sepi. Kakinya yang tidak terbalut apapun itu menapaki dinginnya lantai rumah sakit. Bulir-bulir air perlahan jatuh membanjiri keningnya juga membasahi kaos putih yang ia kenakan. Perasaannya campur aduk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat hatinya semakin gundah.

Langkah kaki yang kini terlihat sudah tidak bertenaga itu berhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan papan bertuliskan 'IGD'. Bertepatan dengan itu, muncul dua orang suster dan satu dokter sembari mendorong sebuah brankar. Laki-laki itu bergerak menghampiri.

“Boleh saya lihat sebentar?” tanyanya yang di balas anggukan kepala oleh sang dokter.

Ia menyingkap sedikit kain putih yang menutupi wajah seseorang di baliknya. Seketika itu, jantungnya seakan berhenti berdetak, tubuhnya terasa semakin lemas, dunianya seolah-olah berhenti berputar, pandangannya pun mendadak buram.

Maguna Unggu Dagostala. Laki-laki itu menatap nanar wajah pucat seorang wanita dengan lelehan air mata yang meluruh membasahi pipinya.

“Bunda.... Magu belum siap....”

Laki-laki itu menatap penuh luka ke arah brankar yang membawa tubuh kaku bundanya menjauh dari hadapannya.

Hancur.

Ia benar-benar hancur sekarang.

Kenapa harus bundanya?

Kenapa harus seseorang yang ia sayangi?

Kenapa semesta?

KENAPA?!

Maguna jatuh bersimpuh. Hatinya benar-benar sakit sekarang. Ia masih butuh bundanya, tapi kenapa Tuhan mengambilnya?

“ARGHH!” Maguna memukul kepalanya sebagai pelampias amarahnya, sebelum kemudian memeluk kedua lututnya.

Di tengah-tengah keheningan lorong rumah sakit. Lelaki itu memeluk dirinya sendiri, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk meski pada akhirnya ia menangis kembali dalam kesunyian.

“Maguna belum siap bunda....”

***

Pendek ya? Yaudah sih, namanya juga prolog

Segitu dulu ya...

Pabay!!

MagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang