Hai hai hai!
Gimana hari ini? Oke kan?Bacanya pelan-pelan aja, jangan buru-buru, oke?
Happy Reading!
***
Sepasang netra kelam itu menatap penuh luka ke arah gundukan tanah merah yang masih terlihat basah. Tangannya yang gemetar itu mengusap lembut nisan bertuliskan 'Disa binti Marko.'
Sepulang sekolah tadi, lelaki itu memutuskan untuk mengunjungi makam wanita yang begitu ia sayangi ini. Terhitung sudah satu jam ia duduk di pinggir makam baru itu.
“Bunda, mimpinya indah banget ya? Sampe-sampe bunda gak mau bangun lagi,” ujarnya dengan seutas senyuman yang justru terlihat menyedihkan.
“Maguna kangen bunda. Ini udah lima hari loh, bunda gak kangen sama Magu?”
Benar. Ini hari kelima pasca Disa pergi untuk selama-lamanya meninggalkan Maguna seorang diri di tengah-tengah sunyinya malam kala itu. Maguna kira, malam itu hanyalah mimpi buruk dari kekhawatirannya. Namun, ternyata Maguna salah, itu justru tragedi nyata yang tak akan pernah bisa Maguna terima.
“Bunda, satu tahun yang lalu ayah baru aja pergi ninggalin kita. Sekarang, bunda juga pergi nyusul ayah, terus Maguna sama siapa?”
“Ada gue. Lo gak sendiri Mag, anggap keluarga gue keluarga lo juga.”
Suara itu mampu membuat Maguna mendongakkan kepalanya. Kini ia bisa melihat dengan jelas siapa pemilik suara itu. Gazie Dentala Akasa.
“Gue tak–
“Lo emang ngerepotin, tapi gue udah biasa. Jadi, santai aja,” ujar Gazie menyela. Lelaki itu bersidekap dada seraya memandang ke arah wajah Maguna dengan raut datar.
“Gue belum selesai ngomong, jing.” Maguna menatap sewot ke arah Gazie.
“Tanpa lo selesaiin juga gue udah tau lo mau ngomong apa.”
“Emang gue mau ngomong apa?”
“Gue takut ngerepotin?” Gazie memiringkan kepalanya.
“Sok tau. Yang bener itu, gue takut ikutan gila kalau serumah sama lo,” ujar Maguna yang langsung di hadiahi jari tengah dari Gazie.
“Fuck,” umpat Gazie dengan wajah datar. Maguna benar-benar menyebalkan!
“Buruan balik, udah mau hujan!” Gazie menyentak. Moodnya terlanjur hancur gara-gara cowok yang merangkap jadi sahabatnya itu.
“Gak mau! Gue masih mau di sini sama bunda!” tolak Maguna mentah-mentah.
“Lo gampang sakit kalau kena air hujan. Gak usah bandel!”
Tanpa aba-aba, Gazie menarik kerah seragam bagian belakang yang di pakai oleh Maguna hingga membuat lelaki itu terseret.
“Lo pikir gue apaan!” Maguna memberontak hingga pegangan Gazie di kerah seragamnya lepas.
Gazie berdecak sebal. Lelaki itu menatap tajam Maguna seolah ingin menerkamnya hidup-hidup.
“Buruan balik!” ujarnya tajam dengan mata melotot dan berkacak pinggang.
“Iya iya.” Maguna bangun seraya membersihkan debu-debu yang menempel di celananya. Ia menatap malas Gazie yang kini terlihat seperti emak-emak yang sedang memarahi anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maguna
Historia Corta'Hanya sebuah cerita dari sang penyembunyi luka yang begitu mencintai hujannya.' *** "Ra." "Apa?" "Lo tau. Lo itu ibaratnya hujan buat gue." "Kenapa hujan?" "Soalnya, gue tetep suka sama lo, meskipun lo bikin gue sakit berkali-kali." "....." •••••°°...