Prolog

32 3 2
                                    


 "Persahabatan itu hidup."

Tidak percaya?

Mereka hidup layaknya manusia. Mereka bergerak, mengikat manusia satu dengan manusia yang lain, dan terus bergerak bahkan hingga mengikat manusia dari satu ujung bumi ke ujung satunya. Sulit dipercaya, namun nyata. Mereka berdampingan dengan kita. Dan tanpa kita sadari, mereka memiliki pengaruh besar ke dalam kehidupan.

Bila mereka dapat hidup, mereka dapat pula mati. Diabaikan dan diinjak-injak dengan keji. Apalagi ketika ada yang beranggapan bahwa mereka tidak berguna dan tidak diperlukan lagi. Hidup, mati, kemudian bangkit kembali, seperti itulah umumnya siklus hidup mereka.

Tidak, mereka tidak butuh makanan maupun minuman, mereka adalah objek nyata dari perasaan manusia yang mendalam.

Persahabatan itu bagai pisau bermata dua. Mereka dapat membantumu setiap saat bahkan setiap waktu, menjadi pelipur lara dan sendu. Namun, mereka juga dapat berbalik arah. Dengan setetes cairan gelap bernama kejahatan, ketajaman persahabatan dapat menjadi lebih mematikan daripada segala racun apapun. Mereka dapat mengacungkan sisi tajamnya kearah orang lain, atau bahkan kearah diri kita sendiri.

Mereka dapat merobek dan menghancurkan apapun disekitarnya, tak kenal umur, jenis kelamin, dan kelas keluarga. Dan semua itu bergantung pada siapa yang memegang ujung gagangnya. Bila ada orang sekitarmu yang berkata bahwa persahabatan selalu membawa hal positif, itu fitnah belaka. Orang-orang tersebut hanya tidak pernah memandang suatu persahabatan dari sisi hingga ruang yang berbeda.

Kisah ini diperuntukkan terutama bagi mereka, yang memiliki perasaan yang sama dengan yang aku rasakan. Bagi mereka yang menganggap persahabatan itu seperti sebuah kotak harta karun yang akhirnya mereka temukan setelah sekian waktu. Mungkin juga ada sisipan tentang mereka yang merasa bahwa persahabatan seperti halnya kotak pandora yang tidak seharusnya dibuka oleh siapapun.

Lucu bukan?

Sebuah persahabatan yang seperti tali tipis tembus pandang di kehidupan sehari-hari, ternyata menyimpan sejuta rahasia. Hanya saja semua orang yang menyingkirkan rahasia itu di balik pandangannya.

Sebuah persahabatan dapat muncul darimana dan dimana saja. Dari tempat terbengkalai hingga di tempat dimana manusia sering berkumpul dan bertatap muka satu sama lain, entah itu langsung maupun tidak. Di era sekarang ini, tidak jarang banyak jalinan benang persahabatan yang terhubung melewati kabel dan sinyal tidak kasat mata melewati layar pada benda yang biasa kita sebut komputer. Benang-benang tersebut melayang bebas di udara kosong dan berjalan-jalan mengelilingi dunia. Mereka menyatukan banyak orang, bahkan yang belum pernah bertemu secara langsung sebelumnya. Mereka membawa suasanya nyaman dan hangat, yang membuat orang yang terjalin olehnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang begitu nyata. Tidak perlu adanya jabat tangan ataupun kontak fisik lainnya, karena terkadang tatapan mata dari balik video kamera, suara yang terkirim ke sisi lainnya, ataupun bahkan hanya dengan deretan kalimat sudah cukup untuk membuat wajah mereka tersenyum bebas tanpa beban.

Banyak pihak yang mendeskripsikan persahabatan sebagai sesuatu yang tidak ada duanya. Ada beberapa yang mengatakan bahwa persahabatan itu layaknya lem super yang dapat menyatukan banyak orang dengan kepribadian yang berbeda. Yang lainnya mengatakan bahwa sahabat itu seperti anggota keluarga yang telah kita pilih dengan sendirinya, seseorang yang membuat kita nyaman berada di sekelilingnya.

Tapi dunia ini nyata. Dimana ada putih, selalu diiringi dengan adanya hitam. Tidak ada keuntungan tanpa kerugian. Karena manusia adalah selayaknya makhluk yang tidak ingin sendirian diantara kebahagiaan yang ada di sekitarnya.

"There is no such thing as true friends."

Pernah mendengarnya? Apakah kalian percaya? Percaya kepada kalimat oleh pembuat dengan nama dan alamat yang tidak jelas lalu merenungi kata-kata yang mereka utarakan tanpa melihat apa yang terjadi sebenarnya. Bahkan ada yang susah-susah untuk menelusuri teori-teori yang tersedia hanya untuk jalinan antar manusia yang samar yang dinamakan persahabatan tersebut. Lalu membuat yang lain ikut berlomba, saling berebut siapa yang paling tepat mengutarakan kebenarannya.

Oh, apa kalian juga salah satunya?

Sisi pertama, teman sejati itu ada.

Orang yang dapat membuat kita terbuka dan berbagi akan berbagai hal adalah teman sejati, sahabat. Banyak yang bilang demikian. Mereka tidak salah, karena menemukan orang seperti itu dapat diibaratkan seperti mencari jarum di tumpukan jerami, atau beberapa orang mungkin justru merasa seperti mencari jerami di tumpukan jarum. Namun, apakah mereka benar?

Banyak yang percaya akan sesuatu yang dibilang sebagai teman sejati itu ada. Namun rasa percaya juga memiliki batas. Dan bila melampauinya, terkadang akan menimbulkan hal sebaliknya. Karena rasa percaya berputar searah dengan ikatan persahabatan. Keduanya mempengaruhi erat satu sama lain, tanpa disadari. Bila yang satu tersentuh, yang lainnya juga merasakan dampaknya. Pernah merasakannya?

Sisi kedua, teman sejati itu tidak pernah ada.

Orang-orang yang menganggap bahwa hidup sendiri tanpa campur tangan orang lain itu yang lebih baik. Mereka juga tidak salah, karena bila ditelisik, banyak masalah dalam hidup yang terjadi karena adanya gesekan antara seseorang dengan lingkungan ataupun orang-orang lainnya. Mereka percaya, bahwa semakin sedikit hubungan yang dibuat dengan orang lain, maka akan makin sedikit masalah yang didapatkan dihidupnya.

Putih selalu berdampingan dengan hitam. Pendapat-pendapat yang ada akan selalu bergesekan, tidak peduli berapa lama waktu akan berputar. Kedua sisi itu menghasilkan percikan-percikan abu-abu yang merupakan campuran antara keduanya. Tidak ada yang tahu siapa yang menang.

Jadi, di sisi mana kalian berada?

The Red BondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang