Pergerakan Yakuza Minamoto terbagi menjadi dua kelompok di bawah pimpinan Yura dan Yuuta. Tim kami dipimpin oleh Yura untuk melakukan penyerangan di wilayah selatan Shibuya sedangkan tim yang dipimpin oleh Yuuta mengarah ke Utara Shibuya. Rumah bordil bernama Tango House adalah tujuan kami saat ini. Untuk menjaga agar tidak ada kecurigaan dari pihak musuh, setiap mobil yang kami tumpangi menyebar melewati jalan yang berbeda dan mengarah ke lokasi yang sama. Inti dari misi ini adalah penyergapan di waktu yang tepat.
Selain itu, Minamoto yang memang telah memiliki lisensi sebagai Yakuza resmi di Jepang pun melakukan kerja sama dengan kepolisian agar mereka membantu di saat yang dibutuhkan. Juga ketika misi yang dilakukan telah berhasil, tersangka dari pihak Nagashima beserta musuh yang terlibat akan diadili oleh pihak kepolisian.
Langkah pertama yang kami lakukan ketika tiba adalah menjaga jarak dari lokasi. Kami memarkirkan kendaraan di bangunan yang berdekatan dan mulai melakukan pemantauan dengan teropong masing-masing. Kemungkinan pergerakan Nagashima akan dilakukan menjelang tengah malam sehingga lokasi itu masih tidak terlihat mencurigakan di jam-jam sekarang.
Hanya membutuhkan sekitar satu jam, sampai akhirnya rombongan yang kami intai tiba. Mobil-mobil pick-up berdatangan, berjejer di depan rumah bordil yang kami pantau dan mereka menepi secara bersamaan. Sopir-sopir dari mobil-mobil itupun turun dari kendaraan, dari pakaian mereka yang lengkap disertai senjata, sudah bisa dipastikan bahwa itulah yang kami incar.
Berdasarkan dari informasi yang diterima dari Bagas, mereka akan membawa banyak pekerja ilegal wanita yang akan dijadikan sebagai pekerja malam di rumah bordil tersebut. Begitu mereka mulai membuka pintu belakang mobil dan mengeluarkan para wanita itu, mataku seketika menajam.
Teropong yang kugunakan dalam genggaman pun semakin erat. Mataku menatap ke masing-masing mobil yang sekarang mengeluarkan banyak wanita di sana. Aku berusaha memastikan bahwa adikku Fanya juga ada di antara mereka. Sampai mataku menangkap di mobil ketiga, seorang gadis cantik dengan dua tangan diborgol, juga kaki yang dirantai, berambut panjang lurus dengan setelan gaun merah kemerlap membuatku seketika terkesiap. Hembusan napasku memberat, keringat dingin mengucur deras, dentuman jantungku juga semakin tidak tenang.
"Keparat! Beraninya kalain memperlakukan adikku seperti itu!" Emosiku tertahan. Tidak bisa kulampiaskan untuk saat ini.
Sambutan dari penjaga rumah bordil pun diberikan, mereka memeriksa masing-masing gadis yang dibawa oleh sang rekan. Mataku kembali menangkap sesuatu tak mengenakkan. Mana kala seorang penjaga ketika ia memeriksa Fanya dengan kurang ajarnya menggoda gadis itu. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan mencubit pantat Fanya hingga membuat adikku itu marah dan meronta hendak memukul. Alih-alih berhasil memukul, justru Fanya yang dipukul oleh mereka.
"BAJINGAN BRENGSEK!" Aku mengumpat kuat dan hendak keluar dari mobil.
"Fareru-kun!" Suara di earpeace, alat komunikasi jarak jauh bersama rekan Minamoto lainnya memperdengarkan suara Yura yang menghentikan pergerakanku. "Jangan gegabah Fareru-kun. Kita akan menyergap mereka bersama-sama di dalam. Ingat, kita akan memasang jebakan."
"Aku mengerti," balasku meski masih emosi dengan pemandangan yang kulihat.
Setelah penyambutan yang membuat panas kepala itu terjadi, mereka masuk ke dalam. Di saat seperti ini, salah satu mata-mata Minamoto yang ditugaskan untuk menyusup pun mulai bergerak. Ia adalah Ryosuke, seorang mafia kelas kecil yang bernaung di bawah perlindungan Minamoto. Hubungan antara Minamoto dengan Ryosuke pun tidak diketahui oleh kalangan sesama Yakuza atau Mafia sehingga mudah baginya untuk menyamar sebagai mafia tamu yang diundang oleh Nagashima.
Jas yang dikenakan oleh Ryosuke juga sudah dipasang sebuah kamera dan terhubung ke setiap tablet yang dimiliki oleh setiap anggota Minamoto, tepatnya tertempel di balik kursi mobil. Sehingga dalam posisi bersandar seperti ini pun, di depanku tengah menayangkan bagaimana situasi dalam rumah bordil tersebut yang sangat mirip dengan sebuah diskotik berukuran besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tokyo Rampage
ActionTerhasut oleh iming-iming gaji fantastis, Farel Bramantyo rela ikut penyalur ilegal yang memberangkatkan tenaga kerja ke luar negeri. Alih-alih mendapatkan pekerjaan, dirinya justru menjadi korban penyelundupan dalam skandal perdagangan manusia. Per...