rahasia tetap diam tak terucap, meski hati bergemuruh berisik meminta untuk menyelami diri sang pemilik hati.
- rennala dan pernak pernik masa muda.
lavendherr, 2023.
cover from pinterest.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang ini, proses pembelajaran di hentikan sementara karena adanya rapat guru untuk mengatur jadwal resmi. Sebab itu banyak anak-anak organisasi maupun eskul yang memanfaatkan waktu itu untuk kumpul dan latihan. Namun tidak dengan Nala yang tidak mengikuti satupun eskul, jadi dia sangat senggang sekarang ini.
Makanya itu, Linda yang tau dari grup bahwa Nala lagi senggang, menyuruh Nala untuk kelapangan basket menemaninya latihan cheers. Nah, daripada tidak punya kegiatan, jadilah kini Nala duduk di pinggir lapangan basket tepatnya di tribun untuk menonton Linda latihan.
Dari tempatnya dia bisa melihat anak cheers dan basket berbagi lapangan, maklum karena keterbatasan tempat.
Omong-omong kata Linda ini adalah latihan terakhirnya sebelum lepas jabatan sebagai ketua berhubung sudah kelas 12 karena sekolah sudah membatasi sampai kapan anak kelas 12 mengikuti eskul. Nala yakin, Linda akan merindukan masa-masa latihannya karena cewek itu terlihat menikmati passionnya.
Kalo Nala mengikuti eskul, pasti dia juga merasakan hal seperti itu. Hanya saja Nala saat itu terlalu takut untuk memulai suatu yang baru. Ia takut tidak mampu dan tidak bisa, padahal belum dia coba.
Nala menggeleng-geleng. Pikirannya jadi kemana-mana kalo dia sendirian. Agak menyebalkan.
"Rennala." panggil seseorang dari samping yang ngebuat Nala menoleh.
Nala tersenyum, memandangi Altezza yang menghampirinya. "Halo!" sapanya.
Altezza membalas senyumannya seraya menyodorkan topi hitam pada Nala. "Panas, di pakai ya. Nanti gosong jadi ireng."
"Boleh?" tanya Nala, kemudian menerima topi itu setelah Altezza mengangguk. Nala pun memakainya. "Cocok, gak?"
Altezza terkekeh, melihat topinya jadi kedodoran di kepala Nala. "Kegedean apa kepala Lo yang kekecilan?" tanyanya, seraya mengambil topi itu kembali.
Cowok itu mulai memperbaiki ukuran topi agar sesuai dengan Nala. Lalu memakaikannya kepada Nala, dia tersenyum puas karena sudsh cocok di kepala Nala. Altezza tidak tau saja ada hati yang bergemuruh karena perlakuannya yang manis ini.
"Makasih, Eja." tutur Nala pelan.
Altezza mengangguk, "Jangan lama-lama di sini, udaranya lagi gak sejuk banget."
"Iya. Nanti juga balik, nunggu Linda selesai."
"Bagus deh dikit lagi. Sepuluh menit lagi selesai tuh dia."
Nala mangut-mangut, "Kalo Lo kapan selesainya?"
Altezza berpikir sebentar sambil berdehem panjang, "Mungkin kalo Basta udah ngeliat anak cheers kelar, kita juga bakal kelar."
"Barengan dong ya." Nala mangut-mangut lagi.
"Balik dulu ya, Na." pamit Altezza, melambaikan tangannya sambil menjauh dan agak berlari.